Seperti yang kita ketahui bersama, pengangguran merupakan salah satu masalah ekonomi yang saat ini masih menjadi PR bagi pemerintah Indonesia. Pengangguran muncul disebabkan karena faktor-faktor produksi yang mampu menghasilkan barang dan jasa, tidak secara aktif terlibat dalam kegiatan produksi.
Mengapa pengangguran menjadi salah satu masalah ekonomi ?
 Pengangguran ini menjadi masalah dalam ekonomi karena beberapa alasan yaitu :
1. Pertama, perusahaan mengalami penurunan penjualan sehingga harus mengurangi jumlah produksi sehingga mengharuskan adanya pengurangan tenaga kerja, sehingga banyak tenaga kerja yang akhirnya mengganggur dan tidak punya pendapatan atau pendapatan lebih kecil;Â
2. Kedua, karena jumlah produksi berkurang menyebabkan terjadinya kelangkaan dalam perekonomian;Â
3. Ketiga, dengan adanya tenaga kerja yang menganggur menyebabkan turunnya standar hidup masyarakat;Â
4. Keempat, dengan sedikitnya jumlah barang yang diproduksi akan berdampak pada penurunan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi masalah penganguran ini adalah dengan menciptakan sumber daya yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan inovasi-inovasi baru yang kemudian dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Salah satu cara mencetak sumber daya yang berkualitas dapat dilakukan dengan cara memberikan akses pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat.Â
Lalu apakah dengan menempuh pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mampu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia?
Apabila kita lihat sekilas, pendidikan memang memberikan dampak positif, salah satunya dapat mencetak sumber daya manusia yang lebih unggul dan mampu bersaing. Namun apabila kita lihat dari data statistik diketahui bahwa per tahun 2022 tingkat pengangguran untuk tingkat pendidikan SMA umum dan SMA kejuruan  sebesar 8,57% dan 9,42%. Angka ini lebih tinggi  apabila dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang hanya sampai SMP maupun SD/tidak sekolah yaitu 5,95% dan 3,59%. Untuk tingkat diploma dan universitas sebesar 4,59% dan 4,8%.
Berdasarkan data tersebut, dapat kita lihat bahwa pendidikan lebih tinggi belum tentu menjamin mendapat pekerjaan lebih cepat. Namun bukan berarti pendidikan yang rendah juga menjamin mudahnya mendapat pekerjaan.