"Karena kita dipenuhi dengan cinta, bunga juga ikut bahagia," tutur Jon. Dia menggaruk kepala yang tak gatal. Kaku sendiri.
"Hahaha!" Tawa Ima meledak, bahkan sampai memegang perut. "Apaan, sih, gak jelas." Dia menampol pipi Jon pelan.
"Ya, maaf. Aku gak pande gombal. Hehe ...," ucap Jon pelan.
"Gak jago gombal juga aku tetap sayang, kok." Ima meraih tangan Jon. Mengecupnya lembut.
Jon terlonjak kegirangan, tubuhnya memegang. Jantung Jon bergemuruh mendapat perlakuan itu. Sedangkan Ima malah semakin bergelayut manja di lengannya. Ima ... kau sungguh luar biasa.
"Sayang ... tanganku sakit," keluh Jon. Dia berusaha terbebas dari kungkungan Ima.
Ima melonggarkan, menarik tangan. "Maaf, Yang. Aku terlalu senang," ujarnya tersenyum manis.
Jon mengangguk."Kita ke sana, yuk!" Dia bangkit, menuntun sang kekasih. Mereka berjalan bergandengan menuju penjual bunga. Senyum Jon merekah, dia berniat membelikan sekuntum mawar merah untuk Ima. Namun, saat akan membayar dia kelabakan karena tak menemukan dompet di kantong celana.
 Ima yang melihat itu pun bertanya,"Ada apa, Sayang?"
"Do-dompetku keknya ketinggalan, deh," ucapnya berbisik. Sontak Ima membelalakkan mata.
Jon mengusap wajah frustrasi. Ke mana dompet itu? Perasaan tadi sudah dimasukkan ke kantong. Gaji bulan ini juga masih di situ semua, belum ada yang dibagi pada emak.