"Jon, kamu mau ke mana?" Wanita paruh baya itu bertanya pada sang anak yang hendak menghidupkan motor.
"Mau ke rumah calon mantu emaklah. Doain ya, Mak!" Jon melajukan motor, meninggalkan pekarangan rumah.
Hari ini dia akan mengajak jalan wanita yang menjadi kekasihnya sejak bulan lalu. Senyum manis menghiasi bibir pria jangkung itu. Dia memakai baju kaus hitam dengan celana jeans warna hitam pula. Dia juga mengenakan sepatu sport berwarna putih berbintik-bintik hitam.
"Sayang, kamu cantik hari ini," puji Jon saat mereka ada di taman. Wanita yang mengenakan baju biru muda itu tersenyum malu-malu. Pipinya memerah.
"Makasih," balasnya kemudian menunduk.
"Oh ya, kamu tau nggak kenapa bunga itu mekar?" Jon mengarahkan telunjuk ke setangkai mawar merah.
Ima mengikuti arah telunjuk Jon. Dia menjawab, "Karena dia hidup."
Jawaban Ima sontak membuat Jon terbahak-bahak. "Gak itu, Sayang. Coba kamu pikirkan lagi." Dia mengulum bibir agar berhenti tertawa.
"Ya ... karena dia hidup. Kamu yang aneh, masa nanya kenapa bunga mekar. Kalau dia nggak hidup, kan gak mungkin mekar. Dia hidup makanya mekar!" seru Ima. Dia mengayunkan bibir, terlihat menggemaskan.
"Duh, Sayang. Aku tu, tadi mau gombal. Eh, kamu gak peka. "Jon terkekeh, menarik sang kekasih ke dalam dekapan. "Bunga itu mekar karena ada kita di sini."
"Kok bisa?" Sontak Ima melepas pelukan. Dia menatap wajah Jon dengan serius.