Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... -

cita-citaQ jdi se'orang ibu dan pendidik...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Anak Kritis, Kreatif, dan Problem Solver...

5 Desember 2011   05:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:49 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 yaitu “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Berdasarkan UU di atas sudah selayaknya sebagai guru atau pendidik berupaya untuk mewujudkan tujuan atau cita-cita pendidikan nasional. Melalui pembaharuan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran, dapat dijadikan sebagai modal untuk para guru menjadikan siswanya mempunyai sikap kritis, kreatif, serta pemecah masalah atau problem solver.

Hal yang pertama dilakukan ialah memahami konsep ataupun makna dari sikap kreatif, kritis, dan problem solver serta kiat-kiat menjadikan siswa dapat bersikap kreatif, kritis, dan problem solver dalam pembelajaran. Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap berbagai pernyataan dan mengambilan keputusan, yang didasarkan pada alasan dan fakta yang memiliki dukungan yang baik, bukan berdasarkan emosi atau anekdot.

Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk bersikap kreatif dan konstruktif, kemampuan melontarkan berbagai penjelasan alternatif terhadap kejadian-kejadian yang ada, memikirkan dampak dari hasil penelitian yang diperoleh, dan mengaplikasikan pengetahuan baru ke berbagai masalah sosial maupun pribadi. Ciri-ciri anak kritis yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki kepercayaan diri tinggi, memilki kemampuan bahasa dan rasa yang baik.

Sebuah cara mendorong siswa berpikir kritis adalah dengan menghadapkan mereka pada topik-topik kontroversional. Debat dapat memotivasi siswa untuk meneliti sebuah topik secara mendalam dan menguji masalah-masalah, khususnya jika para guru menahan diri untuk tidak menyatakan pandangan-pandangan mereka sendiri sehingga para siswa merasa bebas untuk mengeksplorasi prespektif-prespektif yang beragam.

Kreativitas adalah kemampuan menghasilkan suatu pekerjaan atau hasil karya yang baru dan bermanfaat. Komponen utama dalam kreativitas adalah novelty (sesuatu yang baru). Novelty merupakan keaslian dan ide yang benar-benar baru serta merupakan penggabungan dari dua hal ataupun dua pemikiran atau lebih. Mengajar yang baik adalah mengajar dengan kreatif. Secara sederhana, mengajar merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan dan mencakup pengembangan kreativitas.

Kiat-kiat dasar mengembangkan kecerdasan kreatif pada anak, antara lain dengan menyediakan fasilitas dan sarana untuk mendukung kreativitas anak, menyediakan tempat yang aman bagi anak, memotivasi anak ketika dia mulai putus asa, dan lain-lain.

Tingkat belajar Problem Solving merupakan tingkat belajar tertinggi sehingga dapat berlangsung jika proses belajar fundamental lainnya telah dikuasai. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru sehingga seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berfikir. Belajar pemecahan masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, yang harus dilakukan guru antara lain dengan mengajukan berbagai permasalahan yang menarik bagi siswa yaitu sesuatu yang baru, selain itu masalah harus berada dalam jangkauan siswa yaitu sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki, memberi petunjuk yang jelas kepada siswa, yaitu dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hokum, dan aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi, memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih merumuskan dan mencari alternatif pemecahannya, dsb.

Hal-hal di atas dapat dilakukan guru dalam pembelajaran di sekolah, namun alangkah baiknya orang tua siswapun dapat mendukung tujuan guru untuk menjadikan siswa-siswanya bersikap kritis, kreatif, serta problem solver dengan cara seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pengetahuan mereka, berikan juga pada anak pertanyaan untuk kecakapan menganalisa, orang tua dapat mengembangkan kembali pertanyaan-pertanyaan yang lebih realitis dengan lingkungan anak. Selain itu, pola asuhyang baik dan maksimal dari orang tua juga dapat mendukung berkembangnya potensi anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun