Kegiatan panas bumi juga dapat menimbulkan risiko terjadinya gempa, akibat adanya aktivitas mikroseismik (getaran kecil) yang dihasilkan akibat adanya pengeboran atau proses injeksi. Dalam proses panas bumi terdapat dua jenis sumur, yaitu sumur produksi dan sumur injeksi, seluruh aktivitas yang diciptakan kegiatan panas bumi berasosiasi dengan dua sumur tersebut. Menurut Majer (2007) terdapat 4 mekanisme utama penyebab induced seismicity, yaitu sebagai berikut.
- Peningkatan tekanan pori, akibat injeksi air dingin pada sumur injeksi yang akan menyebabkan rekahan pada batuan sekitar sumur injeksi
- Regangan termoelastik, merupakan kontraksi dari hasil perbubahan suhu pada reservoir
- Alterasi pada rekahan, karena adanya pergerakan fluida pada rekahan sehingga menyebabkan perubahan pada batuan (alterasi)
- Perubahan volume reservoir, perubahan volume dan tekanan dalam reservoir dapat memengaruhi retakan atau sesar. Jika tekanan terlalu tinggi, akan dapat memicu gempa kecil (microearthquake)
Meskipun kegiatan panas bumi sebenarnya menghasilkan aktivitas seismik yang tergolong kecil, namun tetap bisa menimbulkan risiko apalagi jika kegiatan panas bumi dilakukan di daerah rawan gempa. Seperti hal nya Gempa bumi berkekuatan 5.4M yang terjadi di Pohang (Korea Selatan, 2017) yang disebabkan oleh injeksi air dalam jumlah besar ke bawah tanah untuk menstimulasi produksi energi panas bumi.
PERAN GEOFISIKAWAN
Analisis permasalahan menunjukkan bahwa penolakan masyarakat terhadap kegiatan panas bumi sangat dipengaruhi oleh informasi yang mereka terima. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini meliputi kurangnya sosialisasi, edukasi, dan pemahaman tentang seberapa besar nya manfaat energi panas bumi.
Kegiatan panas bumi diawali dengan survey, salah satu survey yang dilakukan adalah survei geofisika. Untuk meningkatkan penerimaan masyarakat, geofisikawan dapat menyajikan informasi yang akurat dan transparan. Seperti data tentang potensi panas bumi, hasil survei MT (Magnetotelluric), pemetaan geolistrik, dan analisis suhu tanah dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keandalan sumber daya. Selain itu, analisis dampak lingkungan yang menunjukkan bagaimana teknologi geofisika dapat meminimalkan risiko lingkungan yang dapat membantu masyarakat merasa lebih aman.
Geofisika membantu memetakan kondisi bawah tanah sebelum proyek panas bumi dimulai, untuk memahami struktur batuan dan potensi risiko aktivitas seismik (gempa). Dengan teknologi geofisika, seperti monitoring mikroseismik. Dalam kegiatan panas bumi mikroseismik dapat berperan untuk meneliti retakan dan jalur fluida injeksi. Mikroseismik juga dapat membantu untuk mitigasi gempa apabila retakan yang dihasilkan dari sumur injeksi jalur nya berhubungan dengan sesar. Hal ini penting untuk memastikan pengembangan energi panas bumi aman dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat.
Penyelesaian masalah dengan melakukan pembaruan teknologi yang tepat terkait produksi dan injeksi serta metode analisisis yang tepat diharapkan dapat membantu dalam mitigasi rekahan yang dapat menyebabkan gempa sehingga masyarakat disekitar kegiatan panas bumi mendapatkan perlindungan dan merasa aman. Dengan langkah yang tepat, peralihan menuju Energi Baru Terbarukan (EBT), termasuk energi panas bumi, yang dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis energi dan perubahan iklim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H