Proses pembunuhan
Timbul rasanya ingin membunuh dan pada saat melihat korban, korban dipanggil untuk diambilkan mainan di bak mandi. Karena sudah terbiasa bermain di rumah NFÂ yang merupakan tetangganya, bocah tersebut nurut.Â
Pada saat di bak, ditenggelamkan sampai lima menitan. Supaya tidak berteriak, pelaku menyumpal mulut korban menggunakan jarinya.Â
Tindakan itu yang membuat mulut korban mengalami pendarahan. Lalu diangkat dimasukkan ke dalam ember, lalu ditutup pakai seprai, niat awal akan dibuang tapi karena sudah terlalu sore akhirnya mayat itu dimasukan ke dalam lemari.
Pasca pembunuhan
Setelah melakukan pembunuhan NF bersikap seperti biasa tidur di kamarnya, bersiap berangkat sekolah dan berniat akan menyerahkan diri dengan membawa pakaian ganti. Melapor dan mengaku tidak merasa bersalah justru merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya.
Kasus seperti ini hanyalah sebagian kecil dari kasus yang pernah terjadi, kasus suami yang menikam istrinya sendiri karena selingkuh, orang yang membunuh tentangganya karena kesal lantas menyerahkan diri pada pihak berwajib dan merasa puas, seolah itulah hal yang seharunya dilakukan.Â
Mereka siap dengan segala risiko asalkan hasratnya tersalurkan dan justru menikmati hal itu. Apa yang salah? Apakah memang manusia memiliki sifat buas dan menikmati kekejaman dalam dirinya? Bukankah manusia adalah makhluk yang sempurna.
Kita mungkin sudah mengenal 3 kecerdasan dasar yang dimiliki oleh manusia, IQ, EQ, SQ. Setiap kecerdasan memiliki peran tersendiri dalam proses pembentukan karakter seseorang.Â
IQ (Kecerdasan Intelektual) adalah kemampuan menalar, membuat perencanaan, memecahkan masalah dan berpikir secara kritis, oarang dengan IQ yang baik akan terlihat menonjol, dikenal pintar dan memiliki kemampuan perencaan yang baik.
EQ/Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengendalikan diri, semangat, ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri, bertahan menghadapi frustrasi dan kesanggupan untuk berempati kepada orang lain.Â