Mohon tunggu...
siti hardianti merdekasari
siti hardianti merdekasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Universitas Negeri Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Event Expression Differance Pameran Foto dan Screening Film Mahasiswa Prodi FTV-UPI

28 September 2022   17:06 Diperbarui: 28 September 2022   17:56 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Modul Nusantara para Mahasiswa Inbound Universitas Pendidikan Indonesia pada tanggal 24 September 2022 dengan kegiatan Screening Film & Pameran foto EXPDIFF. Di selenggarakan oleh Expression Differance, Event tersebut dari Program Studi Film Dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia.Expression Differance artinya Mengepresikan suatu karya dalam perbedaan sesuai dengan tema Event tersebut "Diffrerent Perspective of Everything Around Us"

dokpri
dokpri
Expression Differance 2.0  di selenggarakan tahun ini secara Offline karena pada tahun sebelumnya Online maka ini menjadi tantangan baru bagi para panitia penyelenggara, tapi terlepas dari itu Panitia yang Expdiff dapat menciptakan event yang keren!! Setiap rangkaian acara tersusun dengan rapi mulai dari pameran foto lalu sesi diskusi hingga penayangan film yang keren-keren juga. Dalam Pameran Foto karya masing-masing Mahasiswa Program Studi Film dan Televisi Pastinya melalui seleksi yang tidak mudah sampai pada terpilihnya karya yang memiliki karakter kuat sehingga para Apresiator ataupun Orang awam dapat memaknai karya-karya tersebut dengan sendirinya. bahkan dalam Penataan Pameran Fotonya pun tidak biasa. Masuk dalam sesi diskusi, Event tersebut menyediakan Narasumber yang tak kalah kerennya yaitu M Legawa Allit A beliau merupakan Winner of Expdiff 1.0 Photography Category Dan juga Arsya Ardiansyah yang pernah mengikuti selected student for festival university 2022 : welcome to planet b Linz, Austria, Berbagai Ilmu serta pengalaman yang di sajikan oleh Beliau.

dokpri
dokpri
Rangkaian Acara Selanjutnya ialah Penayangan Film serta diskusi bersama Sutradara Film fiksi dan dokumenter ada 3 Film yang di tayangkan yang pertama Film dengan Judul " Awan di atas truck" oleh Laudza Dermaga Nareswara menceritakan pengalaman dan perspektif supir truck antar provinsi yang tinggal jauh dari bising kota bandung bersama istri dan dua ekor kucing. hidup dibalik kendali kemudi sejak kelas 5 SD membuat ia sudah mabur dalam bidangnya. Namun, dibalik lapisan awal yang terlihat ceria, banyak pengalaman dan perspektif yang bisa kita ambil dari kelas pekerja dengan bayaran yang tak sebanding dengan resiko yang di alaminya. yang Kedua Sintas Berlayar & Rawa belok oleh Firgiawan Mulai dari Film "Sintas Berlayar" Film Dokumenter yang menceritakan tentang seorang nelayan penyandang disabilitas (tuna daksa) bernama Uus Usmawan, Pak Uus memiliki semangat yang tinggi untuk memperjuangkan kehidupan keluarganya tanpa terhalang dengan kekurangan fisiknya. Dengan pekerjaannya yang memiliki resiko yang cukup tinggi tidak membuat dirinya mengeluh. selanjutnya film kedua yang di sutradarai juga oleh Firgiawan ialah " Rawa Belok" menceritakan seseorang yang bengis dengan ekonomi rendah yang bimbang harus memperjuangkan ekonomi keluarganya dengan menjadi petarung ilegal atau mempertahankan budayanya dengan menjadi penari topeng cepet. lalu yang terakhir "How To be Forgiven By God?" oleh Adzka Ananda Putra menceritakan 4 sekawan dengan latar belakang yang berbeda-beda hendak untuk balapan sepeda, ketika mereka tidak sengaja melindas kucing. takut akan dosa besar, mereka melakukan penguburan dan ritual untuk menebus dosa mereka. masalah ternyata tambah besar ketika kuburan kucing dan taman bermain mereka akan digusur, dan mereka pun melakukan upaya pengusiran para penggusur dengan kepolosan mereka. Film tersebut mempunyai kelebihan yang berbeda-beda.
dokpri
dokpri
Salah satu film yang menarik perhatian ialah Film Dokumenter "Sintas Berlayar". Bagaimana Tidak, dalam film tersebut berisikan perspektif lain yang tak pernah di ketahui oleh orang awam mengenai orang yang berprofesi sebagai nelayan, Pak Uus Usmawan berusaha menerima dirinya yang penyandang disabilitas ( tuna daksa ) ia berusaha ikhlas dengan segala situasi yang ia hadapi. Pak Uus Usmawan membuktikan bahwa kekurangan yang ia miliki tak akan menghalangi ia untuk terus berlayar dan menghidupi keluarganya. Yang terpenting dari membangun sesuatu dalam setiap kehidupan, bukanlah material ataupun finansialnya, melainkan hati yang tulus dan ikhlas. Ketika sesuatu tersebut telah dilakoni dengan hati yang tulus dan ikhlas, maka hasil yang akan dicapai akan luar biasa dan hikmah yang dapat di petik juga tak sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun