Di tengah Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat kita untuk mempelajari dan menelaah peran dakwah walisongo di tanah jawa. Mahasiswa KKN RDR 77 kelompok 123 UIN Walisongo Semarang mengadakan podcast walisongo bersama salah satu tokoh masyarakat Desa Branjang yaitu, Ustd Mustaqim, M. Pd pada hari minggu 24 Oktober 2021.
Podcast walisongo ini juga di hadiri oleh beberapa tokoh masyarakat lainnya dan mahasiswa KKN RDR 77 kelompok 123, dan tidak lupa tetap menerapkan prokes ketat.
Podcast walisongo ini membahas tentang Penyebaran Islam era walisongo melalui lokal wisdom, Ustd Mustaqim menjelaskan bahwa metode dakwah Walisongo itu lebih mengedepankan unsur budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian dijadikan sebagai perangai dalam menyebarkan Islam. Meskipun seperti yang kita tahu bahwa Islam datang dari tanah Arab, namun para Walisongo tidak mentah-mentah mengajarkan Islam sebagaimana Islam di Arab
Saat Walisongo datang ke Indonesia, para wali sadar bahwa Nusantara ini begitu banyak kebudayaan yang beragam. Dan ketika berdakwah, kemampuan Walisongo dalam berdakwah ajaran Islam kepada masyarakat nusantara menyesuaikan dengan fakta yang ada yang tengah berkembang saat itu dengan tidak meningalkan kultur budaya asli daerah tersebut. Lalu, beberapa tradisi asli daerah di masukkan unsur-unsur nilai-nilai Islam.
Ustd mustaqim juga menjelaskan bahwa "tantangan era modern dalam peran dakwah bukan hanya ilmu yang memumpuni, tapi juga bagaimana kemampuan seorang dai beradaptasi dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Bahkan sering terjadi tradisi di benturkan dengan ajaran Islam, padahal pada hakikatnya tradisi diperbolehkan dalam Islam asalkan tidak mengundang Mudharat. agama dan kultur tradisi budaya  tidak untuk dibenturkan, tapi bisa saling berkolaborasi memerankan fungsinya masing-masing dalam meninggikan syi'ar Islam".
Bentuk reaktualisasi dakwah walisongo yaitu dengan dakwah yang tidak memaksa, merangkul, menjaga tradisi budaya daerah, dan kegigihan berdakwah. Salah satu budaya yang digunakan dalam penyebaran dakwah yaitu gamelan dan wayang, kita bisa menggunakan social media untuk mengangkat kembali kultur budaya asli sebagai media dakwah, dan meramaikan jagad maya dengan konten positive dan bermanfaat agar tidak terjadi degradasi adat, moral dan nilai-nilai keagamaan.
Beliau juga menyitir ayat dalam QS. Al- Maidah ayat 35 (kalau tidak salah, mohon diceck) dan membacakan tafsirnya pada Kitab Tafsir Showi, bahwa dalam berdakwah yang merupakan bentuk ketaatan kepada Allah juga perlu menggunakan media sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya, salah satunya dengan mencintai para Nabi, para wali ataupun kekasih Allah, berziarah, bersilaturrahim, memperbanyak do'a, berdzikir dll. Hal tersebut juga sebagai upaya dalam mempertahankan peradaban yang sudah madani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H