Mohon tunggu...
Siti Koisah
Siti Koisah Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Ciledug-Cirebon

Mengajar di SMPN 1 Ciledug Kab.Cirebon, sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9.Senang dan bersemangat menjadi sahabat untuk saling sharing praktik baik dan sharing pengalaman dengan rekan-rekan satu profesi baik dalam satu Instansi maupun berbeda Instansi.Menjadi Wakli Kepala sekolah bidang HUMAS adalah satu tantangan yang memacu saya terus belajar dan belajar bagaimana memahami orang lain dan keadaan lingkungan di mana saya bekerja dan berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching dengan TIRTA dan RASA

31 Desember 2023   15:00 Diperbarui: 31 Desember 2023   15:03 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada refleksi kali ini saya akan sharing mengenai bagaimana metode Coaching bisa diterapkan di lingkungan sekolah kepada murid-murid yang masih belum bisa menjalankan atau berkomitmen pada kesepakatan belajar yang telah disepakati bersama.

Materi Coaching ini saya dapatkan pada modul 2.3 di Pendidikan Guru Penggerak.Pembelajaran pada modul ini banyak sekali memberikan saya pengalaman belajar yang sangat bermakna dan menyenangkan karena dimodul ini juga saya mempelajari apa itu coachee dan bagaiamana seorang supervisor bisa berperan sebagai coach dalam kegiatan supervisi pendidikan, saya merasa bersemangat untuk berlatih bagaimana menjadi seorang coach, chocee dan supervisor bersama rekan-rekan CGP yang lainnya dan banyak mendapatkan sharing pandangan sekait dengan apa itu coaching, bagaimana prosesnya dan maknanya dari Fasilitator juga Instruktur.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). 

Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Selama mempelajari modul ini saya sangat merasa antusias dan bersemangat sekali untuk mengikutinya karena menurut saya ini adalah salah satu ilmu dari Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang bisa menjadi bekal bagi pendidik agar bisa juga menjadi mitra bagi yang lain dalam sharing permasalahan hingga coachee mampu menemukan solusi yang muncul dari pemikiran ide-idenya sendiri.Ketika melakukan praktik coaching emosi saya bisa beragam terkadang mersa kagum, bahagia, aneh dan tenang.

Dari mempelajari  modul ini pula kompetensi saya dalam berkomunikasi menjadi lebih meningkat dan tertata denga jelas kemudian kemampuan saya dalam menghadapi seseorangpun menjadi lebih bisa memahami situasi apa yang sedang dihadapi sehingga tidak langsung menghakimi ataupun memandang seseorang hanya berfokus apada karakternya saja.Dalam hal emosi dan pemikiranpun saya jadi lebih mampu untuk bisa lebih terbuka dan kooperatif.Saya lebih mampu untuk memulai percakakapan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka serta mampu juga melatih diri untuk bisa selalu presence (hadir secara penuh) ketika ada yang sedang berkomunikasi/bercerita dengan saya dan belajar menjadi pendengar aktif tidak menyela/memotong pembicaraan orang lain.Selalu mengapresiasi apapun yang disampaikan orang lain.

Percakapan berbasis Coaching dengan alur TIRTA yaitu :

 1.TUJUAN (coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini), 

2.IDENTIFIKASI (proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee),

3.RENCANA AKSI ( coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi),

4.TANGGUNG-JAWAB (komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya)

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan ketika melakukan Coaching adalah mampu menjadi pendengar aktif  dengan “RASA” yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.Seperti penjelasan berikut ini:

RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut:

R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan.

A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…” “ya…”. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat.

S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai

Setelah merangkum apa yang disampaikan coachee bagian terakhir adalah

A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan:

1.Ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing).

2.Ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya.

3.Pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana.

4.Hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”.

Setelah saya mempelajari tentang coaching ini ternyata strategi percakapan yang paling ideal ketika akan berbincang dengan seseorang yang ingin sharing permasalahan namun dengan sikon yang aman, nyaman dan saling percaya sehingga ketika choachee bercerita akan terasa mengalir saja bahakan seperti tak menyadari kalau coachee ini sedang menguraikan akar-akar dari permasalahnnya itu hingga pada akhirnya akan menemukan solusinya sendiri berdasarkan pemikiran dan ide-idenya sendiri.Proses percakapan coaching ini terjalin atas rasa saling percaya dan terlaksana dari hati ke hati tanpa ada penghakiman dan labeling.Seperti satu media yang disiapkan untuk coachee merefleksi dengan segala sesuatu yang terjadi pada permasalahan tersebut, coaching ini paket lengkap yang memiliki kekuatan untuk menuntun pada meningkatnya kompetensi dan pola pikir seseorang.

Melakukan proses coaching tentu saja bukan hal yang mudah untuk diterapkan dalam kontekstualnya.Beberapa tantangan yang bisa saja muncul didalam coaching ini yaitu harus memunculkan rasa saling percaya terlebih dahulu kemudian apakah nantinya coachee ini juga bisa dengan mudah menceritakan segala permasalahannya dan mau berkomitmen serta bertanggung-jawab ketika sudah menentukan ide solusi yang didapatkannya sehingga apa yang menjadi rencana akan bisa terwujud dengan baik dan maksimal.Tantangan lainnya yaitu membutuhkan konsistensi dan latihan yang berkelanjutan sehingga coaching ini bisa terimplementasikan dalam kehidupan di sekolah maupun dimasyarakat agar tidak hanya menjadi sesuatu yang ngetren dimasanya saja namun bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhannya.

Mengidentifikasi beberapa tantangan yang muncul pada kegiatan coaching maka harus dibarengi pula dengan bagaimana solusi alternatifnya untuk mengatasi tantangan tersebut agar proses coaching ini mampu terlaksana sebagaimana mestinya.Adapun beberapa alternatif solusi yang bisa dimunculkan yaitu seperti:

Berlatih membangun komunikasi yang positif dan tidak berfokus pada pribadi seseorang saja sehingga akan mencipatakan suasana keterhubungan yang nyaman, aman dan saling percaya.

Memberikan follow up terhadap coachee atas komitmen dari rencana yang telah dihasilkannya sehingga coachee merasa terkawal dan tidak melupakan apa yang sudah diperbincangkannya serta agar apa yang menjadi permasalahannya bisa teratasi sesuai dengan target waktu yang sudah ditentukannya sendiri.

Menumbuhkan rasa komitmen kepada coachee bahwa apapun keputusan yang sudah dibuat memiliki tanggung-jawab yang memang harus dipegangnya.Dengan begitu coachee akan merasa melatih dirinya untuk berkomitmen dan bertanggung-jawab atas apapun yang sudah diputuskannya dan memiliki pemikiran yang baru bahwa proses coaching ini tidak sekedar percakapan yang hanya menghabiskan waktu tetapi tidak menghasilkan apapun sesuai dengan tujuan utamanya pada saat kegiatan coaching.

Sebelum mempelajari tentang coaching ini saya ketika ada rekan guru/murid yang ingin bercerita mengenai permasalahnnya belum memahami bagaimana seharusnya alur percakapan agar mampu mengeksplore coachee untuk terbuka atas segala permasalahan yang sedang diahapainya sehingga apa yang menjadi tujauan utamanya tidak tercapai sesuai harapan kemudian saya lebih banyak memberikan solusi tanpa memberikan kesempatan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka pada coachee agar mampu berfikir untuk memunculkan ide-ide solusinya sendiri, saya juga belum hadir secara penuh dan berusaha fokus terhadap rekan/murid tersebut sehingga masih merespon dengan sewajarnya saja sehingga terkadang belum mampu menangkap kata-kata kunci dari orang tersebut dan percakapan yang terjadi terkadang hanya berlalu begitu saja tanpa ada target ketercapaian, komitmen dan tanggung-jawab dari apa yang dihasilkan.

Setelah saya mempelajari tentang coaching maka paradigma berfikir sayapun menjadi berubah tentang bagaimana cara membantu orang lain agar mampu mengatasi permasalahannya dari hasil percakapan yang telah dilakukan sehingga orang tersebutpun menjadi memiliki kompetemsi baru dari hasil proses coaching tersebut.Dimasa yang akan datang saya akan menerapkan coaching ini dengan berpedoman pada alur TIRTA dan kompetensi-kompetensi yang harus dimilki oleh seorang coach agar proses coaching bisa berjalan dengan baik dan mampu mencapai target dari tujuan utama mengadakan coaching.Sayapun akan banyak melatih diri dalam meningkatkan kompetensi coaching saya dengan banyak berbincang bersama rekan sejawat/murid yang memang sedang terlihat memiliki kendala dalam dirinya baik itu hubungannya dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun