Mohon tunggu...
Siti Hasna Fadhilah
Siti Hasna Fadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Nusa Putra

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ketimpangan Bonus Demografi, Pengangguran Terdidik dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

23 Juni 2021   21:07 Diperbarui: 24 Juni 2021   07:44 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Menurut analisis statistik oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia akan mengalami bonus demografi dalam beberapa tahun kedepan. Bonus demografi Indonesia diperkirakan akan terjadi antara tahun 2020 sampai 2030, yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2025. Bonus demografi terjadi ketika adanya masyarakat usia produktif yang lebih banyak daripada masyarakat usia nonproduktif. Diperkirakan pada tahun tersebut, akan ada usia angkatan kerja atau tenaga kerja yang melimpah, dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dalam memanfaatkannya.

Bonus demografi berpotensi menciptakan peningkatan aktivitas manusia baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik. Bonus demografi akan dapat menguntungkan bagi Indonesia, namun di sisi lain juga akan merugikan negara. Hal ini akan menguntungkan negara jika sumber daya manusia yang ada berkualitas dan akan berbahaya jika sumber daya manusia yang ada tersebut kurang berkualitas.

Dikutip dari etos ID, bonus demografi merupakan fenomena yang langka yang akan terjadi satu kali sepanjang sejarah Indonesia. Hal ini tentu saja harus dikelola dengan baik agar sumber daya manusia yang melimpah itu dapat memberikan dampak yang baik bagi kelangsungan perekonomian negara.

Adapun dampak positif dari adanya fenomena bonus demografi yaitu terjadinya peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan sosial. Hal ini lah yang akan memicu pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Bahkan, beberapa pakar mengatakan bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara maju dengan adanya fenomena bonus demografi ini.

Ada atau tidaknya keuntungan atau dampak positif yang dapat dicapai dengan adanya fenomena bonus demografi ini, sangat ditentukan oleh generasi milenial, karena mereka yang akan melanjutkan pengelolaan negara dan bangsa ini. Jika dapat memanfaatkan fenomena langka ini, maka diharapkan akan membantu Indonesia dalam mendorong laju perekonomian di masa mendatang.

Di sisi lain, adanya peningkatan usia produktifitas, maka akan berdampak pada tingginya tingkat kelulusan murid Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun mahasiswa di perguruan tinggi. Peningkatan kelulusan ini dikhawatirkan akan menyebabkan peningkatan angka pengangguran terdidik di Indonesia. Pengangguran terdidik merupakan mereka yang sedang mencari pekerjaan atau belum berja, telah lulus dari pendidikan SMA ke atas dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum bisa memperolehnya.

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sedang menghadapi permasalahan yang serius, karena besarnya angka pengangguran terdidik yang dikhawatirkan jumlahnya akan terus bertambah setiap tahunnya. Bonus demografi dapat menjadi ledakan penduduk yang memicu pengangguran terdidik di Indonesia, karena ketersediaan lapangan kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan individu dalam dunia kerja dan menyebabkan mereka menunggu untuk mendapatkan pekerjaan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran terdidik di Indonesia pada Agustus 2020 dibandingkan dengan Agustus 2019 telah melonjak drastik hingga 34,16 persen, yaitu mencapai angka 6,27 juta jiwa atau 64,24 persen dari seluruh jumlah pengangguran di Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa jumlah pengangguran terdidik lebih banyak daripada jumlah pengangguran lainnya. Meningkatnya angka pengangguran terdidik di Indonesia tentunya tak lepas dari dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 selama setahun terakhir.

Penyebab utama pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka. Dalam hal ini, dunia kerja jumlahnya terbatas dan tidak semua lulusan dapat tertampung di dunia kerja, sehingga meningkatkan angka pengangguran terdidik.

Untuk itu, diperlukan suatu upaya dalam pengelolaan sumber daya manusia yang ada agar lulusan SMA dan sarjana dapat memiliki keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Bukan hanya itu, generasi milenial memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan pengelolaan negara di masa mendatang. Oleh karena itu, generasi milenial hendaknya jangan hanya berfokus untuk mencari pekerjaan saja, tetapi diharapkan dapat menciptakan pekerjaan bagi orang lain, sehingga akan dapat mengatasi lonjakan pengangguran terdidik.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bonus demografi dapat menjadi keuntungan bahkan menjadi ancaman bahaya. Bonus demografi tidak akan memberikan keuntungan yang signifikan terhadap negara yang minim melakukan investasi sumber daya manusia, karena bonus demografi dapat memperbesar angka pengangguran massal dan akan semakin menambah beban anggaran negara. Investasi sumber daya manusia berperan sebagai alat dalam memacu pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang tepat untuk memanfaatkan bonus demografi agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Menurut laporan United Nations Development Programme (UNDP), peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada urutan ke-113 dari 188 negara di dunia. Hal ini  menunjukkan bahwa Indonesia masih kalah dari beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Dalam hal ini pemerintah perlu mempersiapkan berbagai hal untuk mengahadapi bonus demografi yang akan terjadi beberapa tahun ke depan, salah satunya yaitu dengan meningkatkan kualitas dibidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal utama untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas. Pendidikan juga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan masyarakat, salah satunya yang telah dilakukan yaitu dengan adanya program kartu BPJS. Kesehatan masyarat perlu diperhatikan karena kesehatan merupakan investasi jangka panjang serta masyarakat perlu adanya jaminan kesehatan terutama bagi usia produktif yang nantinya akan berkontribusi mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan berkesinambungan.

Meski demikian, tentunya kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Para usia produktif tentunya harus mencari ide dan gagasan dalam menghadapi fenomena bonus demografi ini salah satunya dengan menanamkan jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan dapat berupa sikap kemandirian untuk mencari sumber penghasilan sendiri, dapat dilakukan dengan membuka usaha atau bisnis. 

Di tengah sulitnya mendapat pekerjaan di dunia kerja, menanamkan jiwa kewirausahaan para generasi milenial merupakan hal yang sangat penting, karena lapangan kerja yang tersedia tidak akan bisa menampung seluruh masyarakat pencari kerja yang berusia produktif. Untuk itu, dengan adanya jiwa kewirausahaan maka akan membuka peluang usaha baru dan peluang kerja yang baru bagi para pencari kerja.

Kesimpulannya, Indonesia harus mempersiapkan secara matang dan sungguh-sungguh agar fenomena bonus demografi bisa menjadi dampak positif bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan pemanfaatan yang baik, maka hal ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, karena akan meningkatkan aktivitas manusia di berbagai bidang sehingga dapat berpotensi menumbuhkan tingkat tabungan masyarakat.

Tanpa adanya persiapan yang matang, maka bonus demografi akan menjadi sebuah ancaman dengan meningkatnya tingkat pengangguran terdidik. Karena, pada situasi ini jumlah pencari kerja akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia produktif.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi fenomena bonus demografi adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta menanamkan jiwa kewirausahaan dalam diri generasi milenial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun