Dalam sunyi malam yang tak bertuan, Â
Kupintal rindu di antara bayang-bayang, Â
Wajahmu hadir dalam setiap helaan, Â
Namun jarak mengukir batas tak terbayang. Â
Kutulis namamu di atas angin, Â
Hingga gemanya sampai ke langit senja, Â
Tapi waktu menjelma dinding dingin, Â
Tak tergapai, meski hati terus mengiba. Â
Kita dua jiwa di persimpangan takdir, Â
Menggenggam cinta yang tak berpijak, Â
Seperti bintang yang tak pernah hadir, Â
Dalam pelukan malam yang penuh retak. Â
Kutatap hujan yang jatuh perlahan, Â
Setiap tetesnya memanggil namamu, Â
Tapi asa ini hanya sebatas angan, Â
Sebab dunia menulis jalan yang tak satu. Â
Oh, cinta, haruskah kularung rinduku? Â
Ke laut biru yang tak mengenal tepi, Â
Karena meski hatiku terus mengaku, Â
Kita takkan pernah bisa berbagi. Â
Maka biarlah kenangan ini abadi, Â
Dalam sunyi yang tak memerlukan saksi, Â
Cintaku padamu tak pernah mati, Â
Meski takdir melukis kita di garis yang terpisah pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H