Mohon tunggu...
siti latifatul wahidiyah
siti latifatul wahidiyah Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

mempelajari sesuatu yang baru terasa menarik buat saya . karena saya suka dengan hal2 yang baru dalam hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengais Harapan di Tengah Kelaparan Sebuah Seruan untuk Empati dan Solidaritas

21 September 2024   20:18 Diperbarui: 21 September 2024   20:26 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tingkat Kelaparan yang Tinggi di Kalangan Buruh Serabutan: Menggugah Empati dan Tindakan Nyata

Saat ini, Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang cukup serius terkait kelaparan dan ketidakcukupan pangan, terutama di kalangan buruh serabutan. Buruh serabutan, yang tidak memiliki penghasilan tetap dan bergantung pada pekerjaan harian atau musiman, sering kali mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama untuk makan. Penghasilan mereka sering kali jauh dari cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, sehingga banyak yang terpaksa berjuang keras hanya untuk mendapatkan sepiring nasi.

Artikel ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini serta mendorong masyarakat untuk lebih peduli dan empati terhadap mereka yang kekurangan, terutama dalam hal pangan. Pemerintah juga diharapkan memberikan perhatian khusus kepada golongan masyarakat yang paling rentan terhadap kemiskinan dan kelaparan. Kita akan melihat bagaimana masalah ini berdampak di tingkat nasional dan lokal, serta langkah-langkah apa yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasinya.

Potret Kelaparan di Indonesia: Sebuah Realitas yang Memprihatinkan

Kelaparan di Indonesia sering kali tidak menjadi sorotan utama dibandingkan dengan isu-isu lain, namun kenyataannya, masalah ini semakin mendesak. Data dari Global Hunger Index (GHI) menempatkan Indonesia pada peringkat yang cukup memprihatinkan terkait tingkat kelaparan. Faktor-faktor seperti ketidakpastian ekonomi, kenaikan harga bahan pokok, serta kurangnya akses ke pekerjaan yang stabil menyebabkan banyak keluarga terjerumus ke dalam jurang kemiskinan, dengan kelaparan sebagai salah satu dampak terbesarnya.

Di kalangan buruh serabutan, kondisi ini jauh lebih parah. Buruh serabutan merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan ekonomi. Dengan penghasilan yang tidak tetap dan sering kali sangat rendah, mereka sulit untuk merencanakan pengeluaran atau menabung. Pekerjaan serabutan seperti buruh bangunan, tukang becak, atau pekerja kasar lainnya hanya mampu memenuhi kebutuhan harian mereka secara terbatas. Dalam banyak kasus, penghasilan mereka hanya cukup untuk membeli makanan seadanya, dan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.

Contoh Kasus Nyata: Buruh Serabutan di Tengah Pandemi

Pandemi COVID-19 memperparah kondisi buruh serabutan di Indonesia. Selama pandemi, banyak pekerjaan harian hilang, sementara harga kebutuhan pokok terus naik. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia yang bekerja di sektor informal mengalami penurunan pendapatan. Di Jakarta, seorang buruh serabutan bernama Budi, yang biasanya bekerja sebagai kuli angkut di pasar, harus menghadapi kenyataan bahwa pekerjaannya menghilang saat pasar tutup selama masa pembatasan sosial. Dengan penghasilan yang terhenti, ia terpaksa mengandalkan bantuan dari pemerintah yang sering kali datang terlambat dan tidak mencukupi.

Budi bukanlah satu-satunya. Ribuan buruh serabutan di seluruh Indonesia menghadapi masalah yang sama. Mereka yang sebelumnya hidup di ambang batas kemiskinan kini terperosok lebih dalam. Bahkan setelah pandemi mulai mereda, banyak dari mereka yang masih berjuang untuk mendapatkan pekerjaan dan memulihkan kondisi ekonomi keluarga mereka. Di berbagai kota, antrean panjang terlihat di dapur-dapur umum dan lembaga amal yang membagikan makanan gratis, memperlihatkan betapa seriusnya masalah kelaparan ini.

Mengapa Kelaparan di Kalangan Buruh Serabutan Begitu Tinggi?

Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kelaparan di kalangan buruh serabutan. Pertama, penghasilan mereka yang tidak stabil dan rendah membuat mereka sulit untuk mengamankan kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Tidak adanya kontrak kerja jangka panjang atau jaminan sosial membuat mereka rentan terhadap guncangan ekonomi. Bahkan dalam kondisi normal, pekerjaan serabutan sering kali hanya cukup untuk bertahan hidup, apalagi dalam kondisi krisis seperti pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun