Mohon tunggu...
siti latifatul wahidiyah
siti latifatul wahidiyah Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

mempelajari sesuatu yang baru terasa menarik buat saya . karena saya suka dengan hal2 yang baru dalam hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Masa TK : Waktu Bermain yang Terancam oleh Tuntutan Akademik

13 Agustus 2024   20:11 Diperbarui: 13 Agustus 2024   20:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.majalahsuarapendidikan.com/2023/06/tips-memilih-sekolah-untuk-anak-tk.html

Fenomena Anak TK yang Diharuskan Bisa Membaca dan Berhitung: Sebuah Tinjauan Kritis

Perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan tantangan. Salah satu fenomena yang mencuat dalam beberapa tahun terakhir adalah tekanan yang semakin besar terhadap anak-anak TK untuk bisa membaca dan berhitung. Padahal, masa kanak-kanak di TK sejatinya adalah masa bermain, bernyanyi, dan mulai mengenal lingkungan sekitar. Artikel ini bertujuan untuk mendorong orang tua agar memahami proses perkembangan anak dengan lebih baik, dan untuk mengingatkan bahwa pendidikan anak usia dini bukan hanya soal akademik, tetapi juga tentang pengalaman belajar yang menyenangkan dan holistik.

 Masa TK: Waktu Bermain atau Belajar?

Banyak orang tua saat ini merasa khawatir jika anak mereka belum bisa membaca atau berhitung saat masuk TK. Akibatnya, mereka cenderung memaksakan anak untuk belajar membaca dan berhitung sejak dini. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan sosial, persaingan antar orang tua, dan standar pendidikan yang semakin tinggi.

Namun, penting untuk diingat bahwa masa TK adalah masa emas untuk bermain dan belajar melalui pengalaman. Menurut berbagai ahli perkembangan anak, seperti Jean Piaget, anak-anak usia TK berada pada tahap praoperasional, di mana mereka belajar lebih baik melalui permainan, eksplorasi, dan interaksi dengan lingkungan. Pada tahap ini, anak-anak lebih baik diarahkan untuk mengenal huruf dan angka secara alami, tanpa paksaan.

 Mengapa Membaca dan Berhitung Dini Menjadi Tren?

Fenomena ini muncul dari keinginan orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Banyak orang tua yang merasa bahwa jika anak mereka bisa membaca dan berhitung lebih cepat, mereka akan memiliki keunggulan di sekolah dasar. Namun, tekanan untuk mencapai standar akademik ini bisa berdampak negatif pada perkembangan anak.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terlalu dini dipaksa untuk belajar membaca dan berhitung dapat mengalami stres, kebingungan, dan kehilangan minat dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam kesiapan perkembangan anak, di mana tidak semua anak siap untuk belajar hal-hal tersebut pada usia dini.

 Contoh Kasus Nyata

Di Indonesia, fenomena ini sangat nyata di banyak sekolah TK yang mengharuskan anak-anak untuk bisa membaca dan berhitung sebelum memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Sebagai contoh, di sebuah TK di Jakarta, seorang anak bernama Dinda dipaksa oleh orang tuanya untuk mengikuti les membaca dan berhitung sejak usia 4 tahun. Akibatnya, Dinda sering merasa stres dan kehilangan semangat untuk pergi ke sekolah. Ketika anak-anak seusianya bermain dan bernyanyi, Dinda harus duduk di kelas tambahan untuk belajar membaca. Kondisi ini membuat Dinda merasa tertekan dan cenderung kurang bahagia.

Dari contoh ini, kita bisa melihat betapa pentingnya memahami kebutuhan anak pada usia dini. Tekanan akademik yang terlalu besar bisa mengurangi kegembiraan belajar yang seharusnya menjadi bagian dari pengalaman anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun