Angka positif covid-19 yang makin tinggi memaksa pemerintah untuk mengambil sejumlah kebijakan guna memutus rantai penularan Covid-19. Kebijakan utamanya adalah memprioritaskan kesehatan dan keselamatan rakyat. Bekerja, beribadah dan belajar dari rumah.
UNESCO menyebutkan bahwa pandemic Covid-19 mengancam 577.305.660 pelajar dari Pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas dan 86.034.287 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di dunia.
Indonesia meliburkan seluruh aktivitas pendidikan bagi para peserta didiknya, untuk menghindari terciptanya klister baru penyebaran Covid-19 di tempat belajar baik sekolah maupun universitas. Menjadikan pemerintas dan lembaga pendidikan terkait menciptakan alternatif proses pembelajaran dengan belajar mengajar jarak jauh atau  belajar online dari rumah dengan pendampingan orang tua.
Namun, kegiatan belajar di rumah  pada level Pendidikan sekolah dasar masih bayak mengalami problema. Masih banyak siswa yang belum memiliki akses internet atau bahan tidak memiliki smartphone, padahal pembelajaran biasanya dibagikan melalui pesan aplikasi WhatsApp. Selain itu,banyak juga siswa yang tidak didampingi belajar oleh orang tua mereka sehingga tidak focus Ketika belajar dan menjadikannya cepat bosan karena tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru dan teman-temannya melainkan hanya ditemani oleh Smartphone.
Menjadikan Siti Noor Shahfrianney seorang mahasiswa UNDIP yang sedang menjalankan KKN di Desa Randusari Kec. Rowosari Kab. Kendal, berinisiatif untuk melakukan pendampingan belajar dengan siswa-siswa Sekolah Dasar yang berada di sekitar rumahnya. Pendampingan belajar yang disebut dengan program "Sinau Bareng" disambut baik oleh orang tua siswa, Salah seorang warga RT 2 RW 3 desa Randusari, Endang Purwanti Senin (14/1) menuturkan sebenarnya mulai sudah mulai jenuh dengan kondisi anak yang hanya di rumah saja dan bermain game, namun tugas sekolah para orang tua yang membuat untuk anaknya.
"Pembelajaran daring yang dilakukan anak-anak perlu pendampingan, sedangkan jika anak-anak didampingi oleh orang tuanya sendiri cenderung menyepelekan dan berujung malas mengerjakan, pada akhirnya kami para orang tua yang bersekolah dengan mengerjakan PR anak-anak", tuturnya.
Endang juga mengeluhkan bahwa anaknya semenjak pandemi makin sering bermain game online yang menjadikannya khawatir akan kesehatan mata anaknya.
"Semenjak pandemi ini anak saya makin sering bermain game dan boros kuota internet, saya khawatir akan kesehatan matanya karena terlalu sering menatap layer smartphone dengan jarak yang dekat dan durasi waktu lama", sambungnya.
"Saya merasa sangat terbantu dengan adanya mahasiswa KKN ini. Jadi anak saya belajarnya bisa lebih fokus karena ada yang membimbing dan mememani berlajar," pungkasnya.
Patuh pada protokol kesehatan merupakan hal yang wajib dilakukan saat proses pendampingan belajar "Sinau Bareng", para siswa wajib mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak. "Sinau Bareng" dilakukan secara rutin setiap hari dengan dua sesi agar tidak terjadi kerumunan. Pagi pada pukul 10.00-12.00 untuk siswa kelas 1-3 sedangkan siang pukul 14.00-16.00 untuk siswa kelas 4-6.
Selain mengerjakan tugas sekolah mereka, para siswa juga diajarkan untuk menciptakan dan membaca puisi karangannya sendiri di depan teman-temannya. Walaupun pada awalnya merasa malu, sebenarnya mereka antusias untuk membacakan puisi karangannya sendiri. Menciptakan puisi membantu siswa-siswa untuk lebih berimajinasi dan meningkatkan kreativitas, dengan menciptakan puisi anak-anak mengekspresikan apa yang mereka rasa dan pikirkan ke dalam sebuah larik-larik kata yang indah dan serat akan makna.