Tahun 2021 adalah tahunnya orang disuruh bermalas-malasan. Semua kegiatan dilakukan di rumah. Pekerjaan pun sebisa mungkin harus dikerjakan di tempat berteduh ini. Banyak orang diberhentikan sementara karena wabah ini. Corona memang kejam.
        Di saat ini orang-orang sibuk menghalau rasa bosan dengan berbagai kegiatan. Pun media yang berlomba-lomba menyuguhkan fitur-fiturnya untuk menghibur mereka. Media sosial di wakilkan dengan tik tok. Konten yang mereka buat unik-unik sehingga timbullah kata-kata viral.Â
        Lain halnya dengan media televisi. Mereka sibuk memupuk hati pemirsanya dengan sinetron-sinetron untuk mendapatkan rating baik. Ikatan cinta misalnya. Sinetron ini menjadi prediksi tren di awal tahun 2021.
        Pemeran yang sangat berbakat dalam berakting mampu mengantarkan sinetron ini menuju puncak kepopuleritasan. Tokoh Andin dan Aldebaran sering menjadi buah bibir saat keluar rumah. Potongan rambut cepak Andin mulai ditiru oleh masyarakat. Pun sosok Aldebaran yang tidak pernah mengungkap cinta tapi penuh dengan perhatian.  Sikapnya yang dingin menjadi ciri khas utamanya dengan jargon yang mengelilinginya misalnya, 'Gak usah GR', 'Gak usah senyum-senyum', 'Apa lagi'.
        Tukang sayur depan rumah menjadi markas emak bertemu komplotannya. Berdiskusi adegan Aldebaran semalam. Wajah Aldebaran yang mempesona, potongan rambutnya yang rapi, sampai menjadi stylish dadakan membaca penampilan tokoh ini. Menceritakan kembali perilakunya ke Andin. Hingga memprediksi bak peramal membaca masa depan.
         Aldebaran kini menjadi bintang paling terang di mata emak gue tiap malamnya. Satu hari  tak pernah terlewatkan. Televisi dijajahnya. Memberontak sekali, tidak makan sebulan. Kira-kira begitulah perumpamaannya. Karena jika tidak menonton tak bisa ikut bercerita kala ritual tiap paginya. Katanya, rasa malu menggerogoti ginjalnya.
        "Pak, Ibu pergi belanja dulu..." Pamitnya setelah menyiapkan keperluan.Â
        "Mas Al mau dimasakin apa?" Tambahnya. Mem-blow rambut selehernya ke belakang telinga.Â
        Ayah mendengus, "Apa saja yang enak."Â
        "Oke." Ucapnya berjalan pergi sambil membawa tas kain.
        Aku cekikikan di sebelah ayah. Ekspresinya memaklumi. Lantaran setelah ibu diberhentikan dari pekerjaan karena wabah ini, ia sering mengeluh bosan. Namun dengan adanya sinetron ini keluhan itu seperti sudah terbawa aliran air hujan yang turun di musim penghujan.
        Bapak, ibu, saudara-saudara... Mungkin dengan wabah ini kita bisa diberi waktu lebih banyak untuk bisa quality time bersama orang yang disayang. Duduk sejenak di teras. Menikmati kopi atau secangkir teh dengan pisang goreng. Ditemani mega orange dan cicitan burung yang akan berangkat mencari makan. Mengobrol hal-hal ringan. Hingga tawa tercipta menghilangkan semua kecamuk yang bersarang di pikiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H