Mohon tunggu...
Siti Nurjanah
Siti Nurjanah Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru Sekolah Dasar

Pernah bersekolah di SDN 5 Jatisrono, MTsN Wonogiri, MAN Wonogiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menumbuhkembangkan Budaya Positif dengan Keyakinan Kelas dan Restitusi

3 Februari 2022   13:37 Diperbarui: 3 Februari 2022   15:50 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru ibarat petani yang menyemai benih tetumbuhan, merawat, dan menjaga tumbuh kembangnya dengan sebaik-baiknya tanpa mengubah kodrat yang dibawa tetumbuhan tersebut. Sementara sekolah diibaratkan lahan atau tempat bercocok tanam yang harus dipersiapkan dengan seksama sehingga menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi siswa dari hal yang tidak baik. 

Suasana positif perlu dibangun tanpa perlu adanya tekanan-tekanan yang membuat tumbuh kembang anak menjadi terhambat.
Untuk menuntun siswa memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila sehingga terbentuk generasi emas yang mandiri, kompeten, kreatif, kolaboratif dengan menjunjung nilai sportifitas yang sehat dan bahagia dengan tidak meninggalkan akar budaya bangsa diperlukan sebuah kolaborasi setiap elemen sekolah. 

Kolaborasi tersebut dapat dimulai dari penanaman budaya positif di dalam kelas.
Dalam kaitannya membangun budaya positif, salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah. 

Diseminasi Modul 1 PGP
Diseminasi Modul 1 PGP

Disiplin selama ini dipercaya sebagai perlakuan dari luar untuk menertibkan dan sering dihubungkan dengan hukuman serta ketidaknyamanan yang lain. 

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia: yang pertama untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman; kedua untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain; dan ketiga untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Untuk mewujudkan merdeka belajar seperti yang dicanangkan oleh Ki Hajar Dewantara, disiplin adalah perilaku bertanggung jawab yang mencerminkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini secara universal yang berasal dari motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat ditumbuhkan melalui penanaman nilai-nilai kebajikan dalam keyakinan kelas.

Mengapa Keyakinan Kelas? Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. 

Keyakinan kelas dibuat berdasarkan curah pendapat dari semua warga kelas. Nilai-nilai kebajikan yang diyakini bersama dituliskan kemudian dirumuskan dengan lebih abstrak dan menjangkau semua kebutuhan dasar dari setiap warga kelas. Keyakinan Kelas kemudian dituliskan di sebuah kertas atau papan tulis kecil untuk kemudian di tempel di tempat yang mudah dilihat oleh siswa. 

Ketika Keyakinan Kelas dirumuskan secara bersama, keyakinan akan nilai-nilai kebajikan yang tampak pada siswa dalam perilaku sehari-harinya. Keyakinan kelas juga akan lebih mengontrol perilaku siswa karena diri mereka sendiri meyakini nilai kebajikan tersebut.

Dalam pelaksanaannya kenyataan yang terjadi di lapangan kadang terjadi kondisi dimana lingkungan belajar menjadi tidak kondusif karena beberapa perilaku siswa yang dinilai melanggar Keyakinan Kelas. 

Sesungguhnya setiap perilaku seseorang menunjukkan sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar manusia ada lima macam yaitu bertahan hidup, cinta dan kasih sayang (kebutuhan untuk diterima), penguasaan (kebutuhan pengakuan atas kemampuan), kebebasan (kebutuhan atas pilihan), dan kesenangan (kebutuhan untuk merasa senang). 

Setiap orang akan senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar ini, akan tetapi apabila seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan dengan cara yang positif akan menggunakan cara yang negatif. Situasi seperti ini biasanya akan membuat guru bertindak sebagai kontrol atas perilaku siswa dengan menerapkan disiplin yang sayangnya tidak membuat siswa menjadi mandiri untuk mengontrol perilaku mereka.

Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Siswa yang merdeka akan bisa mengontrol perilaku mereka sendiri dengan nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini. 

Hal ini dapat terwujud manakala guru memposisikan dirinya sebagai manajer dengan menerapkan segitiga restitusi untuk mengarahkan siswa pada jalan yang benar. 

Segitiga restitusi merupakan cara mengembalikan siswa kepada kelompoknya setelah mereka melakukan sebuah kesalahan dengan nilai diri yang berkembang lebih baik dari sebelumnya. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). 

Melalui Restistusi anak, akan belajar untuk mengontrol perilakunya sendiri dengan lebih percaya diri dan bertanggung jawab. Selain itu anak tidak akan merasa tertekan dan rendah diri karena pernah melakukan sebuah kesalahan, karena pada dasarnya setiap manusia pernah melakukan kesalahan.

Sumber bacaan: Modul 1 Pendidikan Guru Penggerak

Diseminasi Modul 1 PGP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun