Mohon tunggu...
Siti JanatunAniah
Siti JanatunAniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana Jakarta

NIM: 55521120068 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Model Dialetika Hegelian dan Hanacaraka untuk Prosedur Audit Perpajakan

21 Oktober 2024   23:50 Diperbarui: 28 November 2024   22:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dialetika Hegelian, tessis , antithesis, sintesis

Dialektika Hegelian adalah metode filosofis yang diperkenalkan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel, yang digunakan untuk memahami perkembangan ide dan pemikiran melalui proses pertentangan dan rekonsiliasi.

Berikut adalah penjelasan mengenai tiga komponen utama dalam dialektika Hegelian:

1. Tesis: Ini adalah afirmasi atau ide awal yang menjadi titik tolak dalam suatu argumentasi atau proses pengembangan pemikiran.

2. Antitesis:Ini adalah negasi atau pertentangan terhadap tesis, yang muncul sebagai respons terhadap tesis dan menyajikan konflik atau ketegangan.

3. Sintesis: Ini adalah solusi atau resolusi terhadap pertentangan antara tesis dan antitesis. Sintesis mengintegrasikan elemen dari keduanya dan memberikan ide atau keadaan baru yang lebih tinggi. Proses ini bukanlah linier, melainkan siklik dan berkesinambungan. Setiap sintesis dapat menjadi tesis baru, yang melanjutkan proses dialektika dalam perkembangan pemikiran dan realitas.

Sumber:Dokpri
Sumber:Dokpri

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Jagat Gumelar

Konsep Jagat Gumelar merujuk pada pemahaman mengenai penciptaan dan kehidupan yang saling terhubung dalam siklus alam semesta. Berikut adalah beberapa aspek penting dari konsep tersebut:

1. Dialektika

Jagat Gumelar adalah hasil dari proses dialektis, di mana berbagai elemen dan kekuatan alam berinteraksi, menciptakan perubahan dan perkembangan yang berkelanjutan.

2. Siklus Kehidupan

Konsep ini menekankan bahwa segala sesuatu berada dalam siklus. Kelahiran, kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali adalah bagian dari proses alami yang tidak terpisahkan.

3. Keterhubungan

Semua elemen dalam jagat memiliki hubungan yang erat, di mana keberadaan satu elemen dapat mempengaruhi elemen lainnya. Ini menciptakan keseimbangan dalam ekosistem dan kehidupan secara keseluruhan.

4. Buwono Langgeng

Dalam konteks ini, Buwono Langgeng merepresentasikan aspek abadi atau permanen dari alam semesta yang terus berlanjut meskipun mengalami perubahan.

5. Warisan Budaya

Konsep Hanacaraka yang lahir dari proses ini menunjukkan bagaimana bahasa dan budaya berkembang, menjadi alat untuk menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan dari generasi ke generasi.

Jagat Gumulung

Konsep Jagat Gumulung adalah bagian integral dari pemikiran filosofis yang berkaitan dengan siklus kehidupan dan keberadaan alam semesta. Berikut adalah beberapa elemen kunci dari konsep ini:

1. Proses Perputaran

Jagat Gumulung menggambarkan siklus perputaran yang terus-menerus, di mana segala sesuatu mengalami perubahan, tumbuh, dan akhirnya hancur. Ini mencerminkan sifat dinamis dari alam semesta.

2. Transformasi

Dalam konsep ini, setiap tahap dalam siklus tidak hanya merupakan akhir, tetapi juga pembukaan untuk tahap baru. Setiap energi yang hilang dipahami sebagai energi yang akan muncul dalam bentuk lain.

3. Interkoneksi

Semua elemen dalam Jagat Gumulung saling terhubung, di mana perubahan pada satu elemen dapat mempengaruhi elemen yang lainnya. Hal ini menciptakan pemahaman bahwa setiap tindakan dan peristiwa di alam semesta memiliki dampaknya sendiri.

4. Keseimbangan

Melalui siklus ini, Jagat Gumulung juga mempertahankan keseimbangan. Perubahan dan perputaran yang terjadi berkontribusi pada stabilitas keseluruhan dari ekosistem dan kehidupan.

5. Keberlangsungan

Jagat Gumulung menyoroti pentingnya keberlangsungan, di mana proses alami berlangsung secara terus-menerus dan tidak terputus, memberikan ruang bagi kehidupan baru dan ide-ide baru untuk lahir.

Buwono Langgeng:

Konsep Buwono Langgeng mengacu pada pemahaman tentang keabadian dan ketahanan dalam konteks alam semesta, kehidupan, dan budaya. Berikut adalah beberapa aspek penting dari konsep ini:

1. Kekekalan 

Buwono Langgeng mencerminkan sifat abadi dari alam semesta, di mana meskipun mengalami perubahan dan transformasi, esensi dasar dari kehidupan tetap terus ada.

2. Keberlangsungan 

Konsep ini menekankan bahwa meskipun individu atau elemen tertentu mungkin mengalami kematian atau perubahan, siklus kehidupan akan terus berlanjut dan menghasilkan kehidupan baru.

3. Keseimbangan 

Buwono Langgeng mencakup ide bahwa seluruh ekosistem dan kehidupan memiliki keseimbangan yang harus dijaga. Perubahan yang terjadi dalam satu aspek akan mempengaruhi aspek lainnya, dan menjaga harmoni adalah kunci.

4. Nilai Budaya 

Dalam konteks kebudayaan, Buwono Langgeng dapat diartikan sebagai warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Nilai-nilai, pengetahuan, dan tradisi akan terus dipelihara dan dikembangkan, membentuk identitas kolektif.

5. Spiritualitas

Buwono Langgeng juga memiliki dimensi spiritual, di mana dapat dipahami sebagai pencarian akan makna dan tujuan yang lebih dalam dalam kehidupan. Ini mendorong individu untuk memahami dan menghargai perjalanan hidup mereka dalam konteks yang lebih besar.

Dialektis Jagat Gumelar, Jagat Gumulung menghasilkan Buwono Langgeng kemudian melahirkan Hanacaraka

Dialektis Jagat Gumelar adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara alam semesta, penciptaan, dan unsur-unsur yang membentuk kehidupan. Jagat Gumulung, sebagai bagian dari dialektika ini, menggambarkan proses terus-menerus dari pembentukan dan penghapusan, yang menghasilkan Buwono Langgeng, simbol dari ketahanan dan keabadian dalam alam semesta. Dari proses ini, lahirlah Hanacaraka, yang dapat diartikan sebagai sistem komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yang membawa pengetahuan dan budaya kepada masyarakat.Konsep ini menekankan pentingnya saling keterhubungan antara seluruh elemen dalam siklus kehidupan.

Buwono Agung, atau yang sering diartikan sebagai makrokosmos, mencakup berbagai aspek kehidupan yang terorganisir dalam skala yang lebih besar dan kompleks. 

1. Makrokosmos (Buwono Agung)

Merupakan konsep yang menggambarkan keseluruhan alam semesta atau ruang di mana berbagai interaksi sosial, budaya, serta lingkungan berlangsung. Dalam konteks ini, semua hal terhubung dan berinteraksi satu sama lain.

2. Masyarakat 

Merupakan kumpulan individu yang hidup dalam suatu komunitas atau lingkungan tertentu. Masyarakat memiliki norma, nilai, dan kebudayaan yang membentuk identitas serta interaksi antaranggota.

3. Bangsa

Mengacu pada sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, bahasa, dan sejarah. Bangsa sering kali berasosiasi dengan identitas nasional dan memiliki aspirasi serta tujuan bersama.

4. Negara

Suatu entitas politik yang memiliki kedaulatan, sistem pemerintahan, dan batas wilayah yang jelas. Negara berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat dan melindungi hak-hak warganya.

5. Internasional (Dunia)

Menyangkut hubungan antara berbagai negara dan bangsa di seluruh dunia. Ini mencakup kerjasama, konflik, serta berbagai interaksi sosial, ekonomi, dan politik yang melintasi batas-batas negara.Setiap elemen ini saling berhubungan dan memainkan peran yang penting dalam membentuk tatanan global yang lebih luas.

Buwono Alit, atau yang sering diartikan sebagai mikrokosmos, merujuk pada bagian terkecil dari kehidupan sosial kita, yang mencakup individu dan unit-unit keluarga. 

1. Mikrokosmos (Buwono Alit)

Merupakan konsep yang menggambarkan dunia kecil yang ada di dalam kehidupan manusia, di mana interaksi, nilai, dan norma terjadi dalam skala yang lebih personal. Dalam mikrokosmos, fokus utamanya adalah pada kehidupan individu dan keluarga.

2. Pribadi

Seorang individu memiliki keunikan dan identitas tertentu yang terbentuk dari pengalaman, pendidikan, serta lingkungannya. Kehidupan pribadi seseorang meliputi pikiran, perasaan, dan tindakan yang dipilih, yang pada gilirannya membentuk karakter dan kepribadian.

3. Keluarga

Keluarga adalah unit sosial yang paling dasar, di mana individu belajar nilai-nilai, norma, dan tradisi. Keluarga berfungsi sebagai support system yang mendukung anggotanya dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Dinamika dalam sebuah keluarga dapat memengaruhi perkembangan pribadi setiap anggota.Mikrokosmos ini berperan penting dalam membentuk identitas individu yang akan berdampak pada interaksi mereka dalam makrokosmos, seperti masyarakat, bangsa, atau dunia internasional.

Buwono Langgeng, yang diartikan sebagai konsep ketahanan atau keabadian, seringkali dikaitkan dengan siklus kehidupan yang meliputi berbagai fase, termasuk lahir, hidup, dan akhirnya mati. 

1. Buwono Langgeng (Abadi)

Merupakan ide tentang keberlanjutan dan ketahanan dalam kehidupan, meskipun semua hal di sekitar kita mengalami perubahan. Dalam konteks ini, keabadian tidak selalu berarti hidup selamanya, tetapi lebih kepada siklus yang dialami individu dan kolektif.

2. Waktu

Dalam siklus hidup, waktu menjadi elemen penting yang mengatur fase-fase kehidupan kita, baik lahiriah maupun batiniah. Waktu yang berjalan memengaruhi perkembangan, pengalaman, dan cara pandang seseorang terhadap hidup dan kematangan.

3. Lahiriah & Batiniah

-Lahiriah: mengacu pada aspek fisik kehidupan, yaitu saat individu lahir, tumbuh, dan menjalani kehidupan sehari-hari. 

- Batiniah: merujuk pada aspek mental dan spiritual, yang melibatkan pemikiran, perasaan, dan pengalaman batin individu. Keduanya saling memengaruhi dalam perjalanan hidup.

4. Menuju Kematian

Kematian dianggap sebagai parte dari siklus kehidupan yang tidak terhindarkan. Dalam banyak pandangan filosofi dan spiritual, kematian bukanlah akhir, tetapi transisi menuju fase berikutnya. Ini adalah bagian dari siklus alami yang membuat kehidupan menjadi dinamis dan penuh makna.

5. Siklus Cokromanggilingan

Merupakan konsep yang menggambarkan siklus kehidupan yang terus berputar. Hukum alam melihat kelahiran, kehidupan, dan kematian sebagai hal yang saling terkait dan berulang. Cokromanggilingan menunjukkan bahwa setiap awal pasti memiliki akhirnya, dan setiap akhir adalah awal baru bagi sesuatu yang lain.Melalui pemahaman tentang Buwono Langgeng, kita dapat menghargai setiap momen dalam hidup dan memahami bahwa kematian adalah bagian dari siklus yang lebih besar.

Hakekat Aksara Jawa

Aksara Jawa, atau sering dikenal sebagai Hanacaraka, adalah sistem penulisan yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa.Berikut adalah beberapa hal mengenai hakekat Aksara Jawa:

1. Asal Usul

Aksara Jawa memiliki sejarah yang kaya, berasal dari aksara Brahmi dan melalui beberapa perkembangan hingga bentuknya yang sekarang.

2. Karakter dan Penggunaan

Terdapat20 huruf dasar dalam Aksara Jawa, yang masing-masing dapat dikombinasikan dengan tanda diakritik untuk menghasilkan bunyi vokal.

3. Makna Budaya

Aksara ini bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga merupakan simbol identitas budaya dan sejarah masyarakat Jawa.

4. Dalam Kesusastraan

Aksara Jawa sering digunakan dalam karya sastra, seperti puisi dan prosa, serta dalam penulisan naskah kuno.

5. Pelestarian

Upaya pelestarian Aksara Jawa terus dilakukan melalui edukasi dan penggunaan dalam media modern.

Tafsiran hermeneutis terhadap istilah "Hanacaraka" mengacu pada analisis dan interpretasi dari kata tersebut, yang berasal dari budaya dan tradisi Jawa."Hanacaraka" merupakan sebutan untuk sistem tulisan Jawa yang juga dikenal sebagai aksara Jawa atau hanacaraka. Kata ini terdiri dari dua bagian:

1. Hana: Secara harfiah berarti "satu" atau "ada".

2. Caraka: Berarti "huruf" atau "karakter".Dalam konteks budaya Jawa, "Hanacaraka" lebih dalam daripada sekadar tulisan. Ini mewakili warisan budaya, nilai-nilai, dan identitas masyarakat Jawa. Tafsiran hermeneutis dapat melibatkan beberapa aspek:

- Semantik: Memahami makna di balik setiap huruf dan bagaimana mereka membentuk kosakata serta kalimat dalam bahasa Jawa.

- Konteks Budaya: Menggali bagaimana "Hanacaraka" berinteraksi dengan tradisi lisan, sastra, dan upacara-keagamaan dalam komunitas Jawa.

- Praksis Sosial: Menelaah bagaimana sistem penulisan ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan peranannya dalam mempertahankan identitas budaya.

- Dimensi Spiritual: Mencermati bagaimana "Hanacaraka" merangkum nilai-nilai dan filosofi kehidupan masyarakat Jawa.Dengan demikian, tafsir hermeneutis "Hanacaraka" bukan hanya sekedar analisis linguistik, tetapi juga sebuah penghargaan terhadap warisan budaya yang hidup dan berkelanjutan di tengah masyarakat.

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Apa itu hermeneutis hanacaraka?

Sejarah hermeneutis Hanacaraka berkaitan dengan sistem penulisan aksara Jawa yang dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan. Aksara ini tidak hanya digunakan untuk menulis bahasa Jawa, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam dalam konteks budaya dan spiritual. Hanacaraka merupakan salah satu bentuk aksara yang digunakan oleh masyarakat Jawa sejak zaman dahulu. Aksara ini memiliki 20 huruf dasar, yang masing-masing memiliki nama dan bunyi tersendiri. Hermeneutika dalam konteks Hanacaraka mengacu pada cara menafsirkan dan memahami teks-teks yang ditulis menggunakan aksara ini, baik dari sisi linguistik maupun budaya. Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman dan penafsiran terhadap aksara Hanacaraka turut berevolusi.Secara historis, pemahaman dan penggunaan hermeneutika Hanacaraka sangat dipengaruhi oleh pengajaran tradisional dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Jawa. Banyak teks-teks klasik dituliskan dalam aksara ini, termasuk karya sastra, puisi, dan filosofi yang mengandung pelajaran moral dan etika.Keterkaitan antara aksara Hanacaraka dan hermeneutika mencerminkan bagaimana budaya lokal dan tradisi lisan Jawa saling berinteraksi, serta bagaimana masyarakat memahami warisan sastra mereka melalui cara penafsiran yang mendalam.Dalam era modern, upaya untuk melestarikan dan mengembangkan aksara Hanacaraka kembali mendapat perhatian, serta memberikan peluang bagi generasi muda untuk mendalami tradisi dan bahasa mereka sendiri.

Konsep hermeneutis Hanacaraka merujuk pada pendekatan interpretasi dan pemahaman teks, khususnya dalam konteks budaya dan sastra Jawa. Dalam konteks Hanacaraka, yang merupakan sistem penulisan Jawa, hermeneutika berfokus pada beberapa aspek:

1. Pemahaman Teks

Memahami makna yang terkandung dalam teks Hanacaraka, baik itu sastra, naskah klasik, maupun tulisan-tulisan lain.

2. Konteks Budaya

Menggali dan memahami latar belakang budaya, sejarah, serta nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Jawa yang mempengaruhi karya tersebut.

3. Interpretasi Simbolik

Menganalisis simbol-simbol yang digunakan dalam teks Hanacaraka, yang sering kali memiliki makna yang lebih dalam dan kompleks.

4. Dialog antara Pembaca dan Teks

Proses dialogis antara pembaca dan teks, di mana pembaca berusaha untuk menarik makna dan relevansi dari teks dalam konteks kehidupan mereka.Konsep hermeneutis ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih kaya dan mendalam terhadap karya-karya yang ditulis dalam huruf Hanacaraka, serta untuk melestarikan warisan budaya Jawa.

Apa itu Prosedur Audit Pajak?

Prosedur audit pajak adalah rangkaian langkah yang dilakukan oleh otoritas pajak untuk memeriksa dan menilai kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan. Berikut adalah tahapan umum dalam prosedur audit pajak:

1. Persiapan Audit

Otoritas pajak akan menentukan wajib pajak yang akan diaudit berdasarkan kriteria tertentu, seperti pelaporan yang tidak konsisten atau pola yang mencurigakan.

2. Pemberitahuan Audit

Wajib pajak akan menerima surat pemberitahuan mengenai rencana audit, biasanya mencakup jadwal dan ruang lingkup audit.

3. Pengumpulan Data

Tim auditor akan mengumpulkan informasi yang diperlukan dari wajib pajak, termasuk dokumen keuangan, laporan pajak, dan catatan transaksi.

4. Analisis dan Penilaian

Auditor akan menganalisis data yang dikumpulkan untuk menilai kepatuhan pajak dan untuk mencari potensi ketidaksesuaian atau pelanggaran.

5. Wawancara dan Konfirmasi

Auditor dapat melakukan wawancara dengan wajib pajak atau pihak ketiga, serta meminta konfirmasi data dari pihak lain untuk memastikan akurasi informasi.

6. Penyusunan Laporan Audit

Setelah analisis selesai, auditor akan menyusun laporan audit yang mencakup temuan, rekomendasi, dan jika diperlukan, jumlah pajak yang harus dibayar tambahan beserta denda.

7. Pengiriman Laporan

Laporan audit akan disampaikan kepada wajib pajak, yang kemudian diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan atau klarifikasi terhadap hasil audit.8. *Tindak Lanjut* Berdasarkan temuan audit, otoritas pajak akan melakukan tindak lanjut sesuai kebutuhan, yang dapat mencakup penegakan hukum, pembayaran pajak tambahan, atau permohonan banding dari wajib pajak.Prosedur audit pajak bertujuan untuk memastikan kepatuhan perpajakan dan mencegah penghindaran pajak.

Mengapa hermeneutis hanacaraka penting dalam prosedur audit pajak?
Hermeneutis Hanacaraka dapat menjadi penting dalam prosedur audit pajak untuk beberapa alasan berikut:

1. Pemahaman Konteks Budaya

Menggunakan pendekatan hermeneutis membantu auditor untuk memahami konteks kultur dan sosial dari wajib pajak, terutama dalam masyarakat Jawa yang mungkin memiliki cara pandang dan nilai-nilai yang berbeda terkait perpajakan.

2. Interpretasi Dokumentasi

Audit pajak sering melibatkan analisis dokumen seperti laporan keuangan dan catatan transaksi. Dengan memahami simbol dan teks yang ditulis dalam Hanacaraka, auditor dapat menginterpretasikan informasi tersebut dengan lebih baik dan mengidentifikasi potensi kesalahan atau ketidaksesuaian.

3. Dialog antara Auditor dan Wajib Pajak

Pendekatan hermeneutis menciptakan dialog yang konstruktif antara auditor dan wajib pajak, memfasilitasi komunikasi yang lebih efektif dan pengertian yang lebih dalam tentang niat serta konteks di balik keputusan perpajakan.

4. Meningkatkan Akurasi Audit

Dengan mempertimbangkan aspek hermeneutis, auditor dapat mengeksplorasi makna yang lebih dalam di balik laporan pajak dan data keuangan, sehingga memungkinkan analisis yang lebih komprehensif dan akurat.

5. Pencegahan Konflik

Memahami narasi dan konteks budaya melalui hermeneutika dapat membantu mencegah konflik antara wajib pajak dan otoritas pajak dengan membuka ruang untuk pemahaman dan penerimaan yang lebih baik terhadap prosedur dan regulasi yang berlaku.Keseluruhan, hermeneutis Hanacaraka dapat memberikan lapisan pengertian tambahan yang sangat berguna dalam memproses dan mengevaluasi informasi selama audit pajak.

Bagaimana Prosedur Audit Pajak?

Prosedur audit pajak umumnya melibatkan beberapa langkah penting yang dirancang untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan. Berikut adalah langkah-langkah umumnya:

1. Pemberitahuan Audit

Wajib pajak akan menerima pemberitahuan resmi dari otoritas pajak mengenai rencana audit.

2. Persiapan Dokumen

Wajib pajak harus menyiapkan dokumen-dokumen yang relevan seperti laporan keuangan, bukti-bukti transaksi, dan pengembalian pajak.

3. Audit Lapangan

Tim auditor akan melakukan kunjungan ke lokasi wajib pajak untuk memeriksa dokumen dan melakukan wawancara jika diperlukan.

4. Pemeriksaan Data

Auditor akan memeriksa semua data yang disediakan untuk mencari ketidaksesuaian atau kelemahan dalam catatan perpajakan.

5. Penyusunan Laporan Audit

Setelah audit selesai, auditor akan menyusun laporan yang merangkum temuan-temuan yang diperoleh selama proses audit.

6. Diskusi Hasil Audit

Wajib pajak akan diberikan kesempatan untuk mendiskusikan temuan audit dengan auditor dan memberikan klarifikasi jika diperlukan.

7. Keputusan dan Tindak Lanjut

Berdasarkan laporan audit, otoritas pajak akan mengambil keputusan apakah ada kewajiban pajak tambahan yang harus dibayar atau jika ada sanksi yang perlu dikenakan.

8. Banding (Jika Diperlukan)

Jika wajib pajak tidak setuju dengan hasil audit, mereka dapat mengajukan banding sesuai prosedur yang ditetapkan.

Bagaimana dialetika hermeneutis hanacaraka untuk prosedur audit pajak?

Dialektika hermeneutis Hanacaraka dalam konteks prosedur audit pajak mencerminkan proses interaksi dan pemahaman yang dinamis antara auditor dan wajib pajak, terutama dalam konteks sosial dan budaya. Berikut adalah beberapa aspek yang menggambarkan dialektika ini:

1. Proses Interpretasi

Dalam audit pajak, auditor perlu memahami dan menginterpretasikan data dan dokumen yang disampaikan oleh wajib pajak. Dalam pendekatan hermeneutis, pemahaman ini tidak statis, melainkan melibatkan dialog dan interpretasi berulang, di mana auditor mencoba memahami konteks yang lebih luas dari informasi yang diberikan.

2. Dialog antara Auditor dan Wajib Pajak

Pendekatan dialektika memfasilitasi dialog antara auditor dan wajib pajak, di mana kedua belah pihak dapat saling bertukar pendapat dan klarifikasi. Hal ini membantu dalam mengungkapkan niat, tujuan, dan alasan di balik laporan pajak serta kebijakan perpajakan yang diambil oleh wajib pajak.

3. Negosiasi Makna

Proses audit sering kali melibatkan negosiasi makna antara temuan auditor dan pembelaan yang disampaikan oleh wajib pajak. Dialektika hermeneutis mengajak kedua pihak untuk mencari titik temu dalam pemahaman, sehingga auditor dapat menciptakan keputusan yang lebih adil dan berdasarkan konteks yang relevan.

4. Refleksi dan Penyesuaian

Dalam dialektika hermeneutis, terdapat elemen refleksi di mana auditor mungkin perlu menyesuaikan pemahaman mereka berdasarkan informasi baru atau klarifikasi yang diberikan oleh wajib pajak. Hal ini memungkinkan auditor untuk menghindari asumsi yang salah dan meminimalisir konflik.

5. Pengembangan Pengetahuan

Melalui proses dialogis ini, tidak hanya auditor yang memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kasus yang sedang diperiksa, tetapi juga wajib pajak dapat lebih memahami pentingnya kepatuhan pajak. Ini dapat berkontribusi pada peningkatan kesadaran perpajakan dalam masyarakat.Bidang audit pajak yang mengintegrasikan dialektika hermeneutis Hanacaraka dapat menciptakan lingkungan audit yang lebih transparan dan konstruktif, di mana pemahaman yang lebih dalam tentang konteks budaya dan sosial memungkinkan penilaian yang lebih akurat dan adil.

Contoh Dialetika Hermeneutis Hanacaraka dalam Prosedur Audit Pajak:

Dialetika hermeneutis dalam prosedur audit pajak dapat diuraikan melalui langkah-langkah yang mencakup pemahaman, interpretasi, dan analisis data perpajakan. Berikut adalah contoh yang menggambarkan konsep tersebut:

1. Pemahaman Awal

Auditor pajak harus memahami konteks hukum dan regulasi perpajakan yang berlaku. Hal ini mencakup pemahaman mengenai hukum pajak yang relevan, ketentuan perpajakan yang baru, serta kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah.

2. Pengumpulan Data

Auditor mengumpulkan data dan dokumen terkait dari wajib pajak, seperti laporan keuangan, SPT (Surat Pemberitahuan) pajak, dan bukti transaksi lainnya. Ini merupakan langkah penting untuk mendapatkan gambaran yang utuh.

3. Interpretasi Data

Setelah data terkumpul, auditor melakukan interpretasi terhadap informasi yang ada. Proses ini melibatkan analisis terhadap keabsahan dokumen serta kecocokan antara laporan yang disampaikan dengan data sebenarnya.

4. Dialog dan Klarifikasi

Dalam dialetika hermeneutis, penting untuk membuka ruang dialog. Auditor dapat melakukan wawancara atau diskusi dengan pihak wajib pajak untuk mengklarifikasi informasi yang tidak jelas atau mencari pemahaman yang lebih dalam.

5. Analisis dan Kesimpulan

Berdasarkan pemahaman dan interpretasi data yang telah dilakukan, auditor menarik kesimpulan mengenai kewajiban perpajakan wajib pajak. Di sini, auditor juga mempertimbangkan konteks dan niat di balik transaksi yang terjadi.

6. Laporan Hasil Audit

Akhirnya, auditor menyusun laporan hasil audit pajak yang mencakup temuan, analisis, serta rekomendasi untuk perbaikan jika diperlukan. Laporan ini harus bisa dipahami oleh pihak terkait, sehingga penting untuk menggunakan bahasa yang jelas dan lugas.Melalui langkah-langkah ini, dialetika hermeneutis membantu auditor pajak dalam memahami dan menginterpretasikan informasi yang kompleks, sehingga menghasilkan audit yang akurat dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Referensi:

Bahri, S., Diantimala, Y., & Majid, M. S. A. (2018). Pengaruh Kualitas pelayanan pajak, pemahaman peraturan perpajakan serta sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak (Pada Kantor Pajak KPP Pratama Kota Banda Aceh). Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam (Darussalam Journal of Economic Perspec, 4(2), 318--334. 

Bleicher, Josef. Contemporary Hermeneutic: Hermeneutic as Methods, Philoshopy and Critique. London: Raoutledge & Paul Keagan, 1980. 

Bramardianto. (2017).Filosofi Aksara Jawa.https://bramardianto.com/filosofi-kehidupan-dibalik-aksara-jawa.html, 14.05 WIB / 17.05.2018

Budi, Arifina. (2017).Hanacaraka dan Makna Bijakdi Baliknya.https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/01/23/hanacaraka-dan-makna-bijak-di-baliknya,20.45 WIB / 13.05.2018

Grondin, Jean. Sejarah Hermeneutik dari Plato sampai Gadamer. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2014). Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 

Halim, A, Bawono, I. R., & Dara, A. (2014). Perpajakan Edisi 2. Makassar: Salemba Empat.

Muhammad, A. (2018). Pengaruh pemeriksaan pajak, penagihan pajak, dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak studi kasus pada KPP Pratama Raba Bima tahun 2012-2015. Jurnal.ustjogja.ac.id, DOI 10.29230/ad.v2i1.2220, 37-46. 

 Palmer, Richard E. Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey, Heiddeger, and Gadamer. Envaston: Northwestern University Press, 1969. Tim Penyusun Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, Hermeneutika dan Fenomenologi dari Teori ke Praktik. Surabaya: Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2007. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun