Mohon tunggu...
Siti Zahara
Siti Zahara Mohon Tunggu... Guru - Guru

penulis merupakan guru Bahasa Indonesia di salah satu sekolah dari Kabupaten Kepahiang yang sangat menikmati tugas saya sebagai guru. sebagai pemula, saya sangat membutuhkan kritik dan saran dari rekan pembaca yang dapat membantu saya memperbaiki kemampuan menulis saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawan Cilik

21 Februari 2023   18:03 Diperbarui: 22 Februari 2023   15:39 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ma, ada monyet itu induk dan anak -- anaknya. Banyak loh, Ma", teriakku kaget karena baru kali ini aku lihat monyet dengan mata kepalaku sendiri.

"Yo dek. Mereka semua teman -- teman adek kan ya?" ledek mama

"Sembarangan mama ini,' kataku. Seketika kami tertawa terpingkal -- pingkal.

Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan hutan yang rimbun lengkap dengan berbagai suara hewan penghuni hutan tersebut. Udaranya juga sangat sejuk. Perjalanan yang sangat panjang karena kami membutuhkan waktu 2 jam sampai ke Bengkulu. Perbedaan suhu yang sangat nyata sangat terasa saat memasuki daerah perbatasan antara Kabupaten Bengkulu Tengah dan Provinsi Bengkulu. Panas yang menyengat terasa menembus kaca helm dan jaketku. Setibanya di Bengkulu, kami sarapan lagi dan minum teh hangat untuk menghangatkan tubuh kami agar tidak masuk angin karena perjalanan bermotor dan sekedar melepaskan lelah bermotor.

            Setibanya di Pantai Panjang Bengkulu, kami langsung berlari menuju pantai mendahului mama yang masih memarkirkan motornya. Suara deru ombak yang sangat besar seakan -- akan memanggilku untuk segera memanggilku bermain bersamanya. Hamparan pasir putih yang cantik dilengkapi dengan awan biru cerah seolah -- olah menyemangatiku untuk menghabiskan liburanku hari ini bersamanya.

            Mama duduk di pondok yang telah disediakan di pinggiran pantai sembari memperhatikan kami dan mendokumentasikan seluruh kegiatan kami. Bermain ombak, naik delman dan motoran yang disediakan di pinggiran pantai. Tiba -- tiba mataku tertuju pada seorang pria yang membuang bungkus rokoknya.

            "Om, maaf. Bungkus rokoknya jatuh", kataku

Pria itu hanya memandangiku lalu pergi begitu saja. Kupungut bungkus rokok itu lalu mencari tempat sampah. Tiba -- tiba terpikir olehku untuk bertingkah seperti pemain basket. Beberapa kali gagal masuk dalam tong sampah itu dan akhirnya berhasil juga. Aku lompat kegirangan sambil berteriak horeeeeeee.

            "Kak, ayo kita pungutin sampah yang ada di pantai ini trus kita masukkan dalam tong sampah itu seperti atlit basket", pintaku

            "Ayo!" jawab kakakku semangat

            "Yang bisa memungut sampah terbanyak selama sejam dapat hadiah dari mama", tiba -- tiba mamaku memecahkan suasana saat itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun