Mohon tunggu...
Siti Nur Asmila Bil Haq
Siti Nur Asmila Bil Haq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Nonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Fans Culture di Kalangan Remaja

12 Januari 2023   19:23 Diperbarui: 12 Januari 2023   19:27 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi saat ini, khususnya Generasi Z, mengetahui munculnya banyak boy dan girl grup yang mendominasi musik dunia. Dilihat dari berbagai media sosial seperti Youtube, Instagram dan Twitter, banyak bermunculan grup-grup baru yang menyuguhkan pertunjukan musik dengan gerakan-gerakan yang menarik.

Hal ini kemudian menyebabkan banyak dari generasi sekarang cenderung menyukai boy band dan girl group tersebut dan bergabung dengan fandom atau fandom, sebuah grup yang terdiri dari gabungan penggemar yang menyukai boy band atau girl group. Fandom ini berbeda. Jadi setiap boy band dan girl grup memiliki fandom masing-masing. Kecintaan para penggemar terhadap suatu grup idola telah memunculkan fenomena baru yang disebut "Fan Culture ". Fan culture ini juga bisa diartikan sebagai budaya penggemar atau apapun yang mencakup kegiatan para penggemar untuk mengidolakan idolanya. Dalam fenomena ini, para penggemar secara militer menunjukkan kecintaan mereka pada grup tersebut. Namun, militansi mereka tidak selalu positif.


Ada beberapa hal yang memberikan gambaran negatif tentang militansi yang mereka tunjukkan kepada kelompok yang saleh. Berikut ini disajikan beberapa pertanyaan tentang fenomena budaya penggemar.

Pertama, mengidolakan suatu grup berarti penggemar cenderung terjebak dalam hedonisme atau membuang-buang uang untuk membeli banyak hal yang berkaitan dengan idola mereka. Banyak penggemar yang berlomba-lomba untuk membeli aksesoris khas grup idola mereka, mulai dari glow stick, photo card, album hingga baju, dll.


Selain itu, banyak juga penggemar yang membeli barang-barang yang dikenakan oleh idola mereka untuk menunjukkan kecintaan mereka terhadap idola tersebut. Namun, hal ini seringkali berdampak negatif. Mereka menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang harus dikelola sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika Anda hanya membeli satu atau dua, itu masih masuk akal. Namun, ada penggemar yang membeli satu produk dalam jumlah banyak untuk "mendukung" seorang idola.

Kedua, muncul fenomena sosial berupa fan wars atau perang antar fans. Perang antar fandom bisa terjadi karena berbagai alasan. Kasus ini biasanya dimulai dengan ketidaksukaan terhadap seseorang yang memiliki fandom terhadap laki-laki atau perempuan lain.

Perasaan muak atau benci ini berujung pada berbagai aktivitas yang berujung pada perang antar fanom. Selain karena rasa jijik, perang antar fandom juga dipicu oleh persaingan di berbagai acara seperti music award.

Acara penghargaan musik digunakan sebagai salah satu instrumen besar dan kecil dari boy group atau girl group, sehingga memenangkan sebuah grup di acara penghargaan musik adalah sesuatu yang sangat diharapkan dan diharapkan oleh para fandom. Acara penghargaan musik biasanya diikuti dengan masalah kecurangan penyelenggara. Inilah alasan munculnya status panas di fandom.

Peperangan antar fandom juga bisa disebabkan oleh rumor idol pacaran. Ketika dilaporkan bahwa salah satu anggota kelompok laki-laki atau perempuan berkencan dengan anggota kelompok lain, itu menimbulkan reaksi yang berbeda. Ada yang menerima, ada yang menolak. Negatif biasanya cenderung berperilaku agresif terhadap orang-orang yang memiliki hubungan khusus dengan idolanya.

Bagaimanapun, perang antar fandom sulit dihindari. Ketiga, di saat kita dihujani fenomena negatif seputar fandom, ada juga fenomena positif yang patut dibanggakan dalam mengidolakan boy band. Jika kita lihat di berbagai media sosial, banyak penggemar yang melakukan kegiatan kreatif seperti membuat dance cover, melukis idolanya dan karya lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa mengidolakan boy group juga menyebabkan orang-orang yang menyukainya mengalami peningkatan daya kreatif. Disempurnakan dan difungsikan dengan benar, hal ini dapat menimbulkan persaingan yang positif, yaitu mereka berlomba untuk menunjukkan kreativitasnya masing-masing. Terakhir, akan banyak kegiatan positif yang dapat meningkatkan kualitas setiap orang yang menyukai boy band dan menyadarkan masyarakat awam bahwa mengidolakan grup tersebut memiliki banyak dampak positif.

Berkaitan dengan keseluruhan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fenomena budaya penggemar tidak lepas dari fenomena positif dan negatif yang melingkupinya. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi agar perasaan tersebut dapat berubah lebih baik di kalangan fandom, di mana pengidolakan boy dan girl group akibat image negatif yang tertahan sudah tidak terasa lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun