4. Sering mengajak anak berkomunikasi
Terkadang anak malu untuk bercerita tentang masalah pertemanan atau hal pribadi lainnya. Orang tua harus bisa memantik anak dengan pertanyaan atau cerita pribadi sehingga anak menjadi terbuka dan orang tua menjadi orang pertama yang tahu tentang peristiwa yang dialami anaknya.
Saat ini anak penulis duduk di bangku kelas 6 SD dan pernah anak penulis di "tembak" oleh teman lawan jenis di kelasnya dan saat penulis bertanya tentang hal itu, anak menceritakan tanpa perasaan malu. Pernah juga penulis bertanya arti pacaran versi anak dan adakah teman wanita yang ia sukai, awalnya anak mungkin akan merasa malu, namun karena kedekatan yang intens anak menjadi terbuka dan berani menyebutkan nama teman di kelas yang ia sukai. Walaupun sesudahnya kami selaku orang tua menjadi kepo dengan teman wanita yang anak kami sukai. Setelah itu mulai dimasukkan nilai-nilai agama ke anak bahwa suka dengan lawan jenis adalah fitrah dan itu diperbolehkan namun jangan sampai orang yang kita sukai tahu tentang perasaan kita dan bahwa pacaran dalam agama tidak diperbolehkan karena akan membuat Allah cemburu karena kita lebih sering mengingat pujaan hati ketimbang Allah.Â
5. Selesaikan ilmu fiqih dasar anak
Memastikan anak kita sudah sempurna wudhunya, bacaan sholat dan gerakannya bahkan bacaan surat Al Fatihah. Karena itu semua adalah tugas orang tua bukan sekolah. Â
Demikianlah sedikit tips dari penulis yang masih terus belajar menjadi ibu yang baik dan bahagia. Kalau kita merasa belum sempurna dalam mendidik anak tidak mengapa, karena anak-anak kita hanya butuh orang tua yang bahagia bukan orang tua yang sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H