Di dunia ini banyak sekali kita jumpai berbagai karakter manusia, ada yang lembut, tegas dan apa adanya, pendiam dan senang dengan kesunyian, ada juga yang tidak suka keributan serta berbagai jenis karakter manusia lainnya.Â
Apalagi di dunia kerja, ada beberapa tipe manusia rupa-rupa (baca: pura-pura) karakter, yang di depan kita tampak baik dan selalu tersenyum, namun di belakang ternyata suka sekali membicarakan keburukan kita. Ada tipe people pleaser yang selalu mengatakan "iya' namun sebenarnya dia keberatan. Ada yang tegas namun hanya terhadap pihak tertentu, terhadap pihak lainnya seperti kerupuk yang sudah alot, melempem.
Sifat asli seseorang akan terlihat saat ia mengalami tekanan atau saat ia sedang marah. Saat kita mengalami tekanan seringkali kita mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya, ekspresi wajah pun tidak dapat kita sembunyikan dan itulah wajah asli kita. Namun seringkali sifat asli seseorang ditutupi entah karena alasan menjaga imej atau karena ia menganggap wajah sosial hanya diperuntukkan bagi keluarga intinya saja.
Menurut Umar Bin Khattab, sifat asli seseorang dapat terlihat salah satunya saat melakukan perjalanan jauh. Saat kita melakukan perjalanan jauh tentu kita akan mengalami banyak peristiwa yang akan menguji kesabaran, kepedulian, solidaritas bahkan keimanan kita. Dalam perjalanan jauh kita akan ditampakkan wajah asli sahabat, rekan kita bahkan diri kita sendiri. Saat salah seorang mandi terlalu lama, padahal banyak orang sudah antri ingin ke kamar mandi juga. Saat ia hanya ingin sekamar atau berinteraksi dengan teman tertentu saja, padahal tujuan perjalanan jauh suatu rombongan adalah menjalin kedekatan dengan semua orang. Atau dia memilih tidur seharian karena malas berinteraksi dengan orang.Â
Kesabaran kita dalam perjalanan jauh diuji saat menghadapi teman yang tidak mau mengalah, yang mandinya lama, dan bahkan menghadapi teman yang jika berjalan di dalam bus selalu menabrak siapa saja dan apa saja yang ada di kanan, kiri, depan dan belakangnya.
Kepedulian kita dalam perjalanan jauh diuji saat salah satu teman kita yang bayinya menangis terus padahal ibunya sudah dalam kondisi lelah dan belum makan tentu memanggil rasa peduli kita untuk membantunya menjaga anaknya saat ia akan makan atau ke kamar mandi.
Solidaritas kita dalam perjalanan jauh diuji saat ada teman yang belum sampai di bus padahal perjalanan akan dilanjutkan, maka kita pun akan menunggunya bukan justru meninggalkannya. Kita bisa saja mengabaikan teman lainnya dan fokus hanya dengan teman dekat saja dengan membuat konten, mengabadikan perjalanan dengan foto dan video namun itu bukan solidaritas namanya melainkan keegoisan terpampang nyata kita tampakkan.
Jadi, engkau tidak benar-benar mengenal temanmu sebelum melakukan perjalanan jauh dengannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H