Mohon tunggu...
Siti Zubaidah
Siti Zubaidah Mohon Tunggu... Guru - Long Life Learner

Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memetik Buah Bernama Keberkahan

18 Juni 2023   21:11 Diperbarui: 18 Juni 2023   21:34 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa hari lalu saya mengikuti kegiatan wisuda anak pertama saya. Lepas dari persoalan pro dan kontra tentang kegiatan wisuda pada jenjang pendidikan selain universitas atau perguruan tinggi. Ya, anak saya baru saja menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah pertama. Acaranya cukup khidmat dengan mengangkat tema "You Are Winner and The Champion". Alhamdulillah hasil pencapaian anak saya di luar ekspektasi saya sebagai orang tua. Saya sangat bangga dengan si sulung baik secara akademik maupun non akademik.

Saya tidak ingin mengupas terlalu dalam tentang  prosesi wisuda maupun pencapaian prestasi anak sulung saya karena khawatir terkesan narsis. Saya justru tertarik dengan seorang wisudawati yang berhasil menghafal 30 juz Al-Quran dengan mutqin (hafalan yang kuat atau lancar) dalam kurun waktu 3 tahun. Jujur saya ingin sekali berkenalan dengan orang tuanya dan penasaran bagaimana cara orang tuanya mendidik anak itu. Karena selain berhasil menghafal 30 juz Al-Quran, wisudawati tersebut juga terpilih sebagai siswi terbaik dengan nilai ujian sekolah tertinggi. Saya juga seorang penganut faham bahwa semua anak adalah unik dengan kelebihan masing-masing, namun melihat wisudawati tersebut saya teringat sabda Rasulallah yang berbunyi, " ... Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringan kan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta” (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Hibban). 

Ada satu momen di mana kedua orang tua wisudawati tersebut di minta berbicara di podium. Kesan pertama saya melihat kedua orang tu wisudawati tersebut adalah sopan, sederhana, tata bahasa yang teratur dan yang paling saya highlight adalah sikap takzimnya terhadap guru. Termenung saya dan bercermin, bahwa selama ini  kita sebagai orang tua terkadang  kurang menghormati guru. Jika ada hal yang kurang dalam diri anak kita saat di sekolah ataupun proses belajar anak yang terhambat atau tidak sesuai ekspektasi kita, tanpa kita sadari mulut kita mengeluarkan kata-kata menyalahkan guru, 'Gimana sih gurunya, katanya ..." atau "Memang kamu belum diajari tentang ini sama guru kamu? " atau juga "Belajar apa aja kamu, masa hal seperti ini belum mengerti?".

Hikmah saya mengenal wisudawati tersebut beserta kedua orangtuanya adalah bahwa adab anak kita dan kita sebagai orang tua terhadap guru anak-anak kita sangat mempengaruhi keberkahan ilmu pada anak-anak kita. Ada sebuah kisah tentang adab orang tua terhadaap guru. Ada seorang guru yang selalu memberikan separuh makanannya kepada muridya. Suatu waktu orang tua si murid mengetahui tentang anaknya yang selalu mendapatkan makanan sisa dari sang guru dari tetangganya yang sering mengintip kegiatan guru dan muridnya dari balik bilik rumah sang guru. Orang tua murid tersebut marah dan mengatakan kalau anaknya dititipkan pada guru tersebut agar dibimbing menjadi orang alim bukan diperlakukan seperti pembantu atau binatang. Kemudian sang guru meminta orang tua tersebut untuk mengambil anaknya dan membawanya pulang. Di perjalanan pulang, orang tua murid itu bertanya kepada anaknya tentang ilmu hukum syariat dan ternyata anaknya dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar. Orang tua murid tadi berubah pikiran dan hendak mengembalikan anaknya ke guru tersebut kembali. Berkatalah orang tua itu kepada sang guru, "Tuan, didiklah kembali anak saya. Saya melihat anak saya begitu luar biasa saat ketika bersama Tuan. Anak saya ternyata diperlakukan dengan sangat baik." Sang guru mengatakan bahwa bukannya ia tidak mau melainkan Allah sudah menutup pintu hati anaknya untuk menerima ilmu. Itulah akibatnya, karena orang tua tidak memiliki adab terhadap guru, maka anak menjadi korban.

Semoga kita dan anak-anak kita termasuk golongan orang-orang yang Allah beri keberkahan ilmu dan senantiasa menjaga adab terhadap semua orang khususnya guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun