Bu, anaknya sekolahnya di mana? Tanya seorang ibu muda kepada seorang ibu yang sedang menuntun anaknya sepulang sekolah. Ibu yang membawa anak itu menjawab, "SD swasta". Bertanya lagi si ibu muda, "Memang anaknya sudah bisa baca bu?" Pertanyaan ibu muda tadi mungkin juga sama dengan sebagian kita yang menganggap jika masuk Sekolah Dasar berarti harus sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Bahkan dulu, itu merupakan salah satu syarat masuk Sekolah Dasar selain faktor usia.
Pendidikan itu sendiri bersifat dinamis. Dinamis dapat diartikan kemampuan bergerak cepat dan mudah menyesuaikan diri dalam hal tertentu. Dengan kata lain pendidikan tidak pernah stagnan dan selalu berubah cepat menyesuaikan kondisi lingkungan atau masyarakat dan sesuai kebutuhan tentunya. Contoh nyata, pada kurikulum 1994 memakai sistem caturwulan. Pada saat itu siswa akan mendapatkan 3 kali momen penerimaan rapor. Saat ini di Kurikulum 13 maupun Kurikulum Merdeka, siswa mendapatkan 4 kali momen penerimaan rapor, dengan 2 kali rapor bayangan atau Pertengahan Semester dan 2 kali Rapor Akhir Semester.
Kembali ke pertanyaan ibu muda tadi, apakah benar masuk Sekolah Dasar harus sudah tuntas calistung? Jawabannya tidak. Sebenarnya kebijakan tentang penghapusan tes calistung bagi calon siswa Sekolah Dasar sudah di mulai sejak tahun 2010 melalui Peraturan Pemerintah dan saat ini kembali digaungkan. Masa-masa Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Kelas 1 adalah masa efektif untuk menguatkan berbagai kemampuan pondasi  pada anak, seperti :
1. Mengenal Nilai Agama dan Budi PekertiÂ
- Mengajarkan adab berdoa sebelum melakukan aktivitas berdoa
- Mengajarkan adab saat antri atau menunggu giliran baru kemudian praktik antri
- Adab bermain sebelum kegiatan bermain
- Adab dalam pertemanan atau bersosialisasi dengan orang lain; baik orang tua, guru maupun temanÂ
- Belajar disipin sejak dini
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat membantu siswa kelas 1 SD memiliki kematangan emosi yang baik dalam berkegiatan di lingkungan sekolah. Belajar dari negara lain, contohnya Jepang, disana siswa belum bisa mengikuti kegiatan yang bersifat kognitif jika belum dapat mengaplikasikan sabar dalam menunggu giliran. Karena bagi seorang penuntut ilmu adab harus lebih dulu diajarkan dari ilmu.
2. Keterampilan Sosial dan Bahasa
Memiliki kemampuan cerdas sosial emosi dan bahasa dapat membantu siswa mudah berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Anak menjadi lebih percaya diri, mandiri dan terbuka mengungkapkan hal yang tidak mereka suka atau sebaliknya.
3. Perkembangan Keterampilan Motorik dan Perawatan Diri
Kegiatan toilet training, kegiatan kemandirian dalam merapikan perlengkapan bermain dan kemandirian dalam menyiapkan keperluan sekolah termasuk memakai baju dan celana tanpa bantuan orang dewasa di sekitarnya dapat membantu siswa kelas 1 SD lebih siap beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
4. Kematangan Kognitif Yang Cukup Untuk Melakukan Kegiatan Belajar
Menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa melalui kegiatan permainan yang menarik dan seru dengan media belajar yang penuh kreativitas akan membantu proses belajar mengenal dasar literasi dan numerasi lebih optimal.