Mohon tunggu...
Muhammad Panusunan Harahap
Muhammad Panusunan Harahap Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harmoni Cinta Ilahi

20 Januari 2025   12:10 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:09 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis Muhammad Panusunan Harahap 

Dalam kehidupan yang semakin kompleks dan cepat seperti sekarang ini, banyak orang merasa terasing dari diri mereka sendiri dan kehilangan makna yang mendalam dalam hidup. Kesibukan sehari-hari, tuntutan pekerjaan, serta pengaruh teknologi dan media sosial sering kali membuat kita terjebak dalam rutinitas yang monoton. Di tengah hiruk-pikuk ini, spiritualitas sering kali terpinggirkan. Namun, bagi banyak orang, pencarian spiritualitas adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari yang tidak bisa diabaikan. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana cinta Ilahi dapat menjadi simfoni yang mengharmoniskan kehidupan kita.

Spiritualitas bukan hanya tentang ritual keagamaan semata; ia meliputi bagaimana kita berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain, dan Tuhan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa sesungguhnya Dia bersama orang-orang yang sabar. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesabaran adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Dalam perjalanan mencari makna hidup, spiritualitas menjadi kompas yang dapat membimbing kita menuju jalan yang benar. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 153:

" "

"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."

Di era modern ini, di mana informasi dan teknologi berkembang pesat, kita sering kali terjebak dalam kesibukan dan tuntutan hidup yang membuat kita lupa akan pentingnya menghubungkan diri dengan aspek spiritual. Banyak dari kita yang lebih fokus pada pencapaian materi dan kesuksesan duniawi, sementara hubungan dengan Tuhan dan pencarian makna hidup sering kali terabaikan.

Krisis spiritual sering kali disebabkan oleh berbagai faktor yang ada di sekitar kita. Salah satu faktor utama adalah materialisme yang merajalela dalam masyarakat modern. Banyak orang terjebak dalam pencarian kekayaan dan status sosial sehingga melupakan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas. Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara, dan apa yang lebih penting adalah hubungan kita dengan Allah. Di era modern ini, banyak individu merasa tertekan oleh ekspektasi sosial dan perbandingan dengan orang lain melalui media sosial. Gaya hidup glamor yang ditampilkan di platform-platform tersebut sering kali menciptakan rasa tidak puas dan ketidakcukupan di kalangan generasi muda. Mereka merasa harus memiliki segalanya dari pakaian mahal hingga gadget terbaru untuk dianggap sukses atau bahagia.

Di tengah kesibukan sehari-hari ini, banyak orang mengabaikan kebutuhan spiritual mereka. Dalam upaya mengejar karir atau pendidikan tinggi, mereka sering kali melupakan pentingnya momen-momen refleksi dan koneksi dengan Tuhan. Hal ini dapat menyebabkan rasa kosong dan kehilangan arah dalam hidup. Krisis spiritual juga dapat muncul akibat kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai agama di kalangan generasi muda. Banyak di antara mereka yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang memadai atau merasa bahwa ajaran agama tidak relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Akibatnya, mereka kehilangan pegangan moral dan etika dalam menjalani kehidupan.

Namun, spiritualitas tidak harus selalu terkait dengan praktik keagamaan formal; ia juga dapat ditemukan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, saat kita menikmati keindahan alam atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman, kita dapat merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang mendalam. Momen-momen kecil ini sering kali membawa makna tersendiri jika kita mampu menghargainya. Kita juga bisa menemukan makna dalam pekerjaan yang kita lakukan setiap hari. Jika pekerjaan dilakukan dengan niat baikuntuk membantu orang lain atau memberikan manfaat bagi masyarakat---maka pekerjaan tersebut bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa setiap amal baik akan mendapatkan balasan dari Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Kahfi: 107:

" "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun