Mohon tunggu...
Syarifa
Syarifa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Agama

14 Januari 2021   22:50 Diperbarui: 14 Januari 2021   23:10 10886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak
Di era globalisasi seprti ini  akan menimbulkan dampak positif dan negative.  Dampak positifnya terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan, baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial maupun psikologi. Sedangkan dampak negatifnya  yaitu dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi, dan sebagainya.

Kebanyakan orang mungkin sepakat bahwa dalam era globalisasi seperti ini, keutuhan manusia tetap ingin di pelihara dengan baik, dan ilmu pengetahuan sosial diharapkan  dapat menjadi salah satu alternatif yang strategis  bagi pengembangan manusia yang ada di Indonesia seutuhnya pada era globalisasi tersebut. 

Walaupun demikian , ilmu pengetahuan sosial yang ada saat ini dinilai sudah mulai kuwalahan atau hamper gagal dalam berperan dalam memberikan kerangka pemecahan masalah sosial  yang timbul di era globalisasi ini. Tulisan ini berusaha menjelaskan hubungan antara ilmu pengetahuan sosial dengan agama dan dalam tulisan ini juga membahas tentang ilmu pengetahuan sosial yang tepat untuk  diterapkan di era globalisasi seperti ini.
Kata Kunci: Hubungan, ilmu pengetahuan sosial, agama.

PENDAHULUAN
Islam memandang ilmu pengetahuan dengan sangat positif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan antara ilmu pengetahuan dengan agama.  Begitupun dengan hubungan ilmu pengetahuan sosial dengan agama. Namun, ilmu pengetahuan sosial yang ada sekarang dianggap, kurang mampu mengatasi  permasalahan sosial yang timbul di era globalisasi. Hal tersebut dikarenakan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dalam ilmu pengetahuan  sosial tersebut  berasal dari filsafat Barat yang bertumpu pada logika rasional dan cara berpikir empirik.

Salah satu upaya untuk mengatasi kebuntuan dari ilmu pengetahuan sosial yang sedperti itu, agama diharapkan dapat memberikan arahan dan perspektif baru,  sehingga kehadiran agama tersebut dapat terasa manfaatnya oleh para penganut agama. Akan tetapi hal yang demikian membawa kita pada suatu pertanyaan tentang bagaimanakah seharusnya agama itu ditampilkan; dan bagaimanakah sikap yang harus ditampilkan oleh kalangan agamawan.

Berbeda dengan pemikiran diatas, tulisan ini berusaha mengemukakan pandangan ajaran Islam tentang kepeduliannya terhadap permaslahan sosial, pandangan ajaran Islam terhadap ilmu pengetahuan sosial, dan sumbangan serta peran yang dapan dilakukan kaum agamawan terhadap ilmuan sosial; dan begitupun sebaliknya sumbangan serta peran yang dapat dilakukan kaum ilmuan terhadap  kaum agamawan.

A. Pandangan Agama Islam Tentang Ilmu Sosial
Sejak belasan abad yang lalu, Islam telah dating sebagai agama  yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup di dunia dan akhirat. Antara urusan ibadah dan urusan muamalah, hubungan antara manusia dengan Tuhan nya, dan hubungan antara manusia dengan manusia itu sendiri.

Kemudian, ketika kita membandingkan antara perhatian Islam terhadap urusan  ibadah dengan urusan muamalah, ternyata Islam lebih menekankan urusan muamalah dibandingkan urusan ibadah dalam arti khusus. Islam lebih memperhatikan hubungan sosial dibandingkan  kehidupan ritual. Dalam arti yang luas Islam merupakan agama yang menjadikan seluruh bumi sebagai tempat mengabdi kepada Allah. Namun pada arti yang lebih khusus muamalah jauh lebih luas dibandingkan ibadah.

Hubungan agama dengan  kehidupan sosial manusia sebagaimana yang telah tersebut di atas menjadi penting ketika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di masa modern ini. Dewasa ini kita telah mengetahui bahwa manusia menghadapi berbagai macam permasalahan yang benar-benar membutuhkan  pemecahan segera. Terkadang kita merasa bahwa situasi  yang penuh dengan permasalahan di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia itu sendiri. 

Sesungguhnya  di balik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia.  Di masa modern ini manusia telah berhasil membangun peradapan yang maju untuk dirinya sendiri, namun  pada saat yang sama, kita juga mengetahui  bahwa umat manusia telah jadi tawanan dari hasil pemikiran dan ciptaannya itu sendiri. 

Semenjak manusia memasuki  zaman modern mereka mampu mengembangkan potensi-potensi rasionalnya, dan mereka membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional, serta belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi kenyataannya  di masa modern ini manusia tak mampu melepaskan diri dari jenis belenggu lain, yaitu penyembahan kepada hasil ciptaan dirinya sendiri.

Dalam keadaan demikian, saat ini nampaknya sudah mendesak kita untuk memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problema tersebut. Ilmu sosial yang dimaksud disini merupakan ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama.


B. Ilmu Sosial yang Bernuansa Islami
Di masa modern ini ilmu sosial tengah mengalami kemandekan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.  Manusia  membutuhkan ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan fenomena sosial, melainkan juga dapat memecahkannya secara memuaskan.  Kuntowijoyo berpendapat bawa kita membutuhkan ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk kea rah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. 

Yaitu ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu, perubahan tersebut  didasarkan pada tiga hal berikut; pertama, cita-cita kemanusiaan, kedua, liberasi, dan ketiga transendensi. Cita-cita profetik tersebut dapat diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam surut Ali ‘Imran ayat 110, yamg memiliki arti sebagai berikut:

“Kamu sekalian adalah sebaik-baiknya umat yang ditugaskan kepada manusia menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan beriman kepada Allah.”( QS. Al –Imran, 110).

Dalam ayat tersebut terdapat nilai-nilai kemanusiaan (bumanisasi), liberasi, dan transendensi  yang akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

Pertama, memiliki tujuan humanisasi yaitu memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi. Sebagaimana industri yang saat ini terjadi  terkadang  menjadikan manusia sebagai  bagian dari masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan.  Kita menjalani objektivasi ketika  berada di tengah-tengah  mesin politik dan mesin pasar, melihat manusia reduksonistik dengan cara parsial.  Manusia tidak lagi menyadari keberadaannya  secara utuh dan telah menjadi bagian dari sekrup mesin kehidupan.

Kedua, tujuan liberisasi yaitu pembebasan manusia  dari kungkungan teknologi, dan pemerasan orang miskin  yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dam berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang dibuat  oleh manusia itu sendiri.
Ketiga, tujuan dari transendensi  yaitu menumbuhkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Kita sudah banyak terseret terhadap arus hedonisme, materialism e, dan budaya dakaden lainnya.  Kina kita harus membersihkan diri dengan mengikatkan kembali kehidupan pada dimensi trasendentalnya.

Dengan mempelajari ilmu sosial profetik, kita diharapkan memiliki pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiris sebagaimana yang dianaut masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu. Denga demikian, maka umat Islam akan dapat  meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini dan juga dapat meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan kriminal lainnya  yang saat ini banyak terjadi dikehidupan  manusia.


C. Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Dengan ilmu sosial profetik  yang telah kita pelajari dari ajaran Islam sebagaimana yang telah kita bahas di atas, kita tidak perlu lagi merasa cemas ataupun takut terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini.  Islam merupakan sebuah paradigm terbuka, yang selalu membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban.

Islam telah mewarisi tradisi sejarah  dari seluruh warisan peradaban manusia sejak beberapa abad yang lalu. Kita tidak membangun dari ruang yang hampa. Hal ini bisa dipahami dari kandungan surat Al-Maidah ayat 3, yang artinya: Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Kata telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu mengandung makna bukan membangun dari ruang yang hampa atau membuat yang baru, melaikan yang dimaksud di sini yaitu  membangun dari bahan-bahan yang sydah ada. Hal demikian dapat dilihat dari kenyataaan sejarah.


Berdasarkan penjelasan di atas kita mengetahui bahwa Al-qur’an  sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam ruang yang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual. Respon normatifnya merefleksikan kondisi sosial aktual itu, meskipun jelas bahwa Al-qur’an memiliki cita-cita sosial tertentu.

Apabila saat ini kita mengalami kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh perbedaan tingkat ekonomi, maka lima belas abad yang lalu Islam telah memberikan perhatian terhadap masalah ini. Kesenjangan sosial pada system kapitalis ternyata lebih besar daripada kesenjangan pada system sosialis, dan pada dunia ketiga seperti Indonesia, kesenjangan sosial itu lebih besar lagi. Kesenjangan dalam bidang ekonomi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sosial yang ada sekarang perlu ditinjau kembali, salah satunya dengan menerapkan ilmu sosial profetik.

Bukti sejarah yang telah disebutkan di atas  bahwa sejak kelahirannya , Islam  telah tampil sebagai agama yang terbuka , akomodatif  serta berdampingan dengan agama, kebudayaan, dan peradaban lainnya. Akan tetapi dalam waktu yang sama Islam juga tampil memberikan kritik, perbaikan, bahkan penolakan dengan cara-cara yang amat simpatik dan tidak menimbulkan gejolak sosial yang dapat membawa korban. 

Dengan karakteristik dan sifat ajaran Islam yang demikian itu, maka melalui ilmu sosial  yang berwawasan profetik  sebagaimana yang disebutkan di atas, maka Islam siap memasuki era globalisasi. Era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi, sosial, informasi, dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dengan sebaik-baiknya , dan dapat dibuang semua hal yang tidak bermanfaat dan membahayakan.

Kesimpulan
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan, bahwa  ilmu pengetahuan sosial memiliki hubungan yang kuat dengan agama Islam. Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Islam memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Oleh karna itu, kehadiran  ilmu sosial yang banyak membicarakan tentang manusia tersebut dapat diakui oleh Islam. Akan tetapi Islam memiliki pandangan  yang tersendiri  terhadap ilmu sosial yang harus dikembangkan, yaitu ilmu sosial profetik yang dibangun dari ajaran Islam dan diarahkan untuk humanisasi, liberasi, dan transendensi.  


Referensi:
Nata, Abuddin. 2008. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tasrf, Muh. 2008.  Agama dan Ilmu Pengetahuan Telaah Pemikiran Kuntowijoyo tentang Relasi Islam dan Ilmu Pengetahuan. Dialogia, Vol. 6, no. 2.
Mustopo, Ali. 2017. Integarsi Agama dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Afkar, Vol. V, No. 2.
Mcdens13. 2012. Hubungan Agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.
https://mcdens13-wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/mcdens13.wordpress.com/2012/06/12/hubungan-agama-islam-dengan-ilmu-pengetahuan-sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun