Superego adalah salah satu konsep penting dalam teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang psikoanalis terkenal. Dalam pandangan Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen utama: id, ego, dan superego.Â
Pengertian Superego?
Kata "super ego" berasal "Super" berarti "di atas" atau "lebih tinggi", sedangkan "ego" mengacu pada diri sendiri. Jadi, secara harfiah, super ego berarti "diri yang lebih tinggi".
Superego dapat diartikan sebagai bagian dari kepribadian yang berfungsi sebagai pengawas moral dan etika. Ia berperan dalam menilai tindakan dan pikiran individu berdasarkan norma-norma sosial dan nilai-nilai yang telah dipelajari. Superego terbentuk melalui proses sosialisasi, di mana individu menyerap nilai-nilai dari orang tua, masyarakat, dan budaya di sekitarnya.
Konsep Superego yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud memang menjadi landasan penting dalam memahami aspek moral dalam diri manusia. Namun, pemahaman kita tentang Superego menjadi semakin kaya ketika kita mempertimbangkan pandangan dari para ahli psikologi lainnya.
Jung, salah satu murid Freud yang kemudian mengembangkan teorinya sendiri, menekankan pada peran kolektif tidak sadar dalam membentuk Superego. Menurut Jung, Superego tidak hanya berasal dari pengalaman pribadi, tetapi juga dari warisan psikologis kolektif manusia.
Erikson lebih fokus pada perkembangan psiko-sosial dan melihat Superego sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan sosialnya. Erikson menekankan pentingnya identitas ego dan bagaimana Superego berkontribusi dalam pembentukan identitas ini.
Seperti yang telah kita ketahui, Freud menggambarkan Superego sebagai internalisasi nilai-nilai sosial yang membentuk "hati nurani" kita. Superego ini seringkali bertentangan dengan dorongan dasar Id, dan Ego berperan sebagai mediator di antara keduanya.
Superego adalah komponen kepribadian yang mewakili nilai-nilai moral, etika, dan idealisme yang kita peroleh dari lingkungan sosial, terutama dari orang tua dan masyarakat. Bayangkan Superego sebagai "hati nurani" kita yang selalu mengingatkan kita tentang apa yang benar dan salah, serta apa yang seharusnya kita lakukan.
Apa beda super ego dengan id dan ego?Â
Untuk memahami superego lebih baik, mari kita bandingkan dengan dua komponen kepribadian lainnya: Id dan Ego. Id adalah komponen kepribadian yang paling primitif dan didorong oleh prinsip kenikmatan. Id menginginkan pemenuhan kebutuhan dasar secara instan, tanpa mempertimbangkan konsekuensi sosial atau moral. Contoh id misalnya ketika kita merasa lapar, Id mendorong kita untuk makan tanpa peduli apakah makanan itu sehat atau tidak, atau apakah kita sedang diet. sementara itu ego berfungsi sebagai mediator antara Id dan Superego. Ego berusaha untuk memenuhi tuntutan Id sambil mempertimbangkan realitas dan batasan sosial.Â
Ego beroperasi berdasarkan prinsip realitas. Contoh ego adalah ketika kita merasa lapar, Ego akan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan makan tersebut dengan cara yang realistis dan sesuai dengan norma sosial, misalnya dengan mencari makanan yang sehat dan makan dalam porsi yang wajar.Â
Superego seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, superego mewakili nilai-nilai moral dan idealisme. Superego seringkali bertentangan dengan dorongan-dorongan Id, dan Ego harus mencari keseimbangan di antara keduanya. Contohnya adalah jika Id mendorong kita untuk mencuri makanan karena lapar, Superego akan mengingatkan kita bahwa mencuri adalah tindakan yang salah dan tidak dapat diterima.
Contoh lainnya misalnya seorang anak yang ingin mengambil mainan temannya: maka Id: "Aku ingin mainan itu sekarang juga!" Ego: "Aku ingin mainan itu, tapi jika aku mengambilnya, temanku akan sedih, dan mungkin aku bisa meminta izin meminjamnya."
Superego: "Mengambil mainan orang lain itu tidak baik. Aku harus menghormati milik orang lain."
Contoh yang bisa kita lihat di tempat kerja kita misalnya seorang karyawan yang mendapat tawaran pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Id: "Aku ingin menerima tawaran itu dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi!" Ego: "Tawaran ini menarik, tapi aku juga harus mempertimbangkan tanggung jawabku di perusahaan saat ini."
Superegonya: "Aku harus setia pada perusahaanku yang sekarang. Mengkhianati mereka adalah tindakan yang tidak jujur."
Superego adalah komponen kepribadian yang sangat penting dalam membentuk perilaku kita. Dengan memahami Superego, kita dapat lebih baik memahami mengapa kita seringkali mengalami konflik batin dan bagaimana kita dapat membuat keputusan yang lebih baik.
Bagaimana struktur superego?
Superego terdiri dari dua bagian utama:
1. Konscience (Kesadaran Moral)
Bayangkan Konscience sebagai kompas moral yang tertanam dalam diri kita. Kompas ini selalu menunjuk ke arah nilai-nilai yang kita yakini benar dan baik. Nilai-nilai tersebut, yang kita serap sejak kecil dari keluarga, lingkungan sosial, dan pengalaman hidup, membentuk landasan moral kita. Ketika kita mengambil keputusan atau melakukan tindakan,Â
Konscience akan segera memberikan penilaian. Jika tindakan kita sejalan dengan nilai-nilai yang kita anut, kita akan merasa tenang dan puas. Namun, jika tindakan kita bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, Konscience akan segera bereaksi. Kita mungkin akan merasakan perasaan bersalah, malu, atau bahkan penyesalan yang dalam. Perasaan-perasaan negatif ini adalah sinyal bahwa kita telah menyimpang dari jalur yang kita yakini benar.
Fungsi Utama Konscience ada beberapa. Konscience, sebagai penjaga moral kita, memiliki peran yang sangat krusial dalam membentuk perilaku dan keputusan kita. Pertama, Konscience bertindak sebagai juri atau bahkan hakim internal yang terus-menerus menilai setiap tindakan kita berdasarkan standar moral yang telah kita internalisasi. Standar moral ini bisa sangat personal. Standar moral ini bisa berasal dari pengalaman pribadi, keluarga, keyakinan agama, nilai-nilai budaya, atau prinsip-prinsip etika yang kita pelajari. Kedua, ketika tindakan kita menyimpang dari standar moral tersebut, Konscience akan memberikan "hukuman" psikologis berupa perasaan bersalah, malu, atau penyesalan. Rasa bersalah ini berfungsi sebagai mekanisme pengendali sosial, mendorong kita untuk menghindari pengulangan tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Terakhir, Konscience juga berperan sebagai motivator. Ia mendorong kita untuk melakukan tindakan yang baik dan bernilai, serta menghindari tindakan yang buruk. Dengan kata lain, Konscience adalah kompas moral yang memandu kita menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh integritas
Konscience kita, layaknya kompas moral, senantiasa memberikan petunjuk arah dalam setiap tindakan kita. Ketika kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kita yakini, Konscience akan segera bersuara. Misalnya, ketika kita berbohong kepada orang yang kita sayangi, Konscience kita akan memberikan sinyal berupa perasaan tidak nyaman, gelisah, atau bahkan rasa bersalah yang mendalam. Perasaan-perasaan ini bukanlah sekadar emosi semata, melainkan sebuah mekanisme internal yang mengingatkan kita bahwa kita telah melanggar prinsip kejujuran yang selama ini kita anut.
Contoh-contoh lain dalam kehidupan sehari-hari dapat memperjelas bagaimana Konscience bekerja. Ketika kita mengambil barang yang bukan milik kita, meskipun kita mungkin tidak tertangkap, Konscience kita akan memberikan perasaan bersalah. Rasa bersalah ini muncul karena kita telah melanggar norma sosial tentang kejujuran dan hak milik. Begitu pula ketika kita menyakiti perasaan orang lain, baik secara sengaja maupun tidak, Konscience kita akan mengingatkan kita bahwa kita telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan seperti empati dan kasih sayang. Rasa bersalah yang kita rasakan adalah sebuah tanda bahwa kita perlu memperbaiki kesalahan dan membangun kembali hubungan yang rusak.
Konscience tidak hanya berfungsi sebagai detektor kesalahan, tetapi juga sebagai motivator untuk bertindak baik. Ketika kita melakukan tindakan yang baik dan bernilai, seperti membantu orang lain atau berbuat amal, Konscience kita akan memberikan perasaan puas dan bangga. Perasaan positif ini mendorong kita untuk terus melakukan kebaikan dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, Konscience kita terus-menerus berinteraksi dengan berbagai faktor, seperti pengaruh lingkungan, pengalaman pribadi dan pendidikan. Artinya, konscience berkembang melalui proses sosialisasi. Sejak kecil, kita diajarkan tentang apa yang benar dan salah oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitar. Hukuman dan pujian yang kita terima atas perilaku kita akan membentuk pemahaman kita tentang nilai-nilai moral.
2. Ego Ideal
Bagian ini berisi standar dan aspirasi yang diharapkan oleh individu. Ego ideal mencerminkan cita-cita dan harapan yang ingin dicapai, serta perilaku yang dianggap baik dan benar. Ketika seseorang berhasil memenuhi harapan ini, mereka akan merasakan kebanggaan dan kepuasan.
Ego Ideal adalah seperti sebuah gambaran ideal tentang diri kita sendiri yang ingin kita capai. Ini adalah standar atau tolok ukur yang kita tetapkan untuk diri kita, yang seringkali dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, tokoh idola, atau nilai-nilai sosial yang kita anut.Â
Ego ideal, layaknya sebuah kompas, menuntun kita menuju cita-cita dan harapan tertinggi. Ini adalah gambaran ideal tentang diri kita yang ingin kita capai. Misalnya, seorang siswa mungkin memiliki ego ideal untuk menjadi siswa berprestasi dengan nilai sempurna dan diterima di universitas bergengsi. Ambisi ini menjadi motivasi baginya untuk belajar lebih giat dan meraih prestasi akademik terbaik. Atau, seseorang mungkin mendambakan karier yang sukses, menjadi pemimpin yang menginspirasi, atau memiliki bisnis yang berkembang pesat. Di bidang sosial, ego ideal bisa berupa keinginan untuk menjadi sosok yang populer, memiliki banyak teman, atau menemukan pasangan hidup yang ideal. Bahkan, dalam ranah spiritual, seseorang mungkin memiliki cita-cita untuk menjadi individu yang bijaksana, penuh kasih sayang, dan hidup selaras dengan alam semesta. Singkatnya, ego ideal adalah cerminan dari aspirasi dan nilai-nilai yang kita yakini, yang mendorong kita untuk terus berkembang dan menjadi versi terbaik dari diri kita.
Mengapa ego ideal penting? Ego Ideal memiliki peran penting dalam memotivasi kita untuk terus berkembang dan mencapai potensi maksimal. Dengan memiliki gambaran yang jelas tentang diri ideal, kita akan terdorong untuk bekerja keras dan melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapainya. Namun, jika Ego Ideal kita terlalu tinggi atau tidak realistis, hal ini justru dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan yang berlebihan.
Ego Ideal dan Konscience adalah dua sisi mata uang psikologis, sebagai sisi  dua kekuatan pendorong yang saling berinteraksi. Keduanya berperan penting dalam membentuk kepribadian dan perilaku kita, tetapi dengan cara yang berbeda. Misalnya, seorang atlet mungkin memiliki Ego Ideal untuk memenangkan kejuaraan dunia. Aspirasi ini menjadi sumber semangatnya untuk berlatih keras setiap hari. Di sisi lain, jika ia melakukan tindakan curang untuk memenangkan pertandingan, Konscience-nya akan memberikan rasa bersalah karena tindakan tersebut bertentangan dengan nilai sportivitas.
Interaksi antara Ego Ideal dan Konscience sangatlah dinamis. Ego Ideal mendorong kita untuk meraih kesuksesan, sementara Konscience memastikan bahwa kita mencapai tujuan tersebut dengan cara yang etis dan bertanggung jawab. Keduanya bekerja sama untuk membentuk keseimbangan dalam diri kita. Namun, terkadang, keduanya juga dapat saling bertentangan. Misalnya, seseorang mungkin memiliki Ego Ideal untuk menjadi kaya raya, tetapi Konscience-nya mengingatkan bahwa kekayaan tidak boleh diperoleh dengan cara yang merugikan orang lain.
Perlu diingat bahwa bahwa Ego Ideal bersifat dinamis. Seiring berjalannya waktu, pengalaman hidup, dan perubahan nilai-nilai, Ego Ideal kita juga dapat berubah. Apa yang kita anggap penting saat ini mungkin berbeda dengan apa yang kita anggap penting di masa depan. Selain itu, Ego Ideal yang terlalu tinggi atau tidak realistis dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan yang berlebihan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara ambisi dan realitas. Kita perlu memiliki tujuan yang tinggi, tetapi juga menerima kekurangan diri dan menghargai pencapaian yang telah kita raih.
Dalam kehidupan sehari-hari, memahami interaksi antara Ego Ideal dan Konscience dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik. Dengan menyadari aspirasi kita dan juga batasan moral kita, kita dapat menjalani hidup yang lebih berarti dan memuaskan.
 Apa saja Fungsi Superego?
Superego, sebagai bagian integral dari kepribadian manusia, memainkan peran krusial dalam mengatur perilaku kita. Ia bertindak seperti seorang hakim internal yang senantiasa mengawasi pikiran dan tindakan kita. Pertama, superego berfungsi sebagai pengendali diri yang efektif. Dengan menginternalisasi nilai-nilai sosial dan moral, superego membantu kita mengendalikan dorongan-dorongan primitif yang berasal dari id, seperti nafsu dan agresivitas. Berkat superego, kita mampu menahan diri dari tindakan impulsif yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.Â
Kedua, superego berperan sebagai kompas moral yang memandu kita dalam membuat keputusan. Ia memberikan penilaian terhadap tindakan kita, membedakan antara yang benar dan salah. Dengan demikian, superego membantu kita untuk berperilaku etis dan bertanggung jawab.Â
Terakhir, superego juga berkontribusi dalam pembentukan identitas individu. Melalui proses sosialisasi, kita menyerap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, yang kemudian diinternalisasi oleh superego. Proses ini membantu kita memahami siapa diri kita dan bagaimana kita seharusnya berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial. Singkatnya, superego adalah bagian penting dari diri kita yang membantu kita hidup secara harmonis dengan diri sendiri dan dengan lingkungan sosial.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H