Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Adakah Konfabulasi di Tempat Kerja?

3 Januari 2025   11:19 Diperbarui: 3 Januari 2025   11:19 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah Ilustrasi untuk Pendahuluan

Bayangkan sebuah puzzle yang hilang beberapa potongnya. Ketika kita mencoba menyusun puzzle itu, kita mungkin secara tidak sadar mengisi bagian yang kosong dengan potongan-potongan yang tidak sesuai, hanya agar gambar terlihat lengkap. Nah, konfabulasi itu seperti hal yang sama, tapi terjadi di otak kita.

Konfabulasi adalah kondisi di mana seseorang menciptakan cerita atau ingatan palsu untuk mengisi kekosongan dalam ingatan mereka. Ini seperti otak kita yang berusaha keras untuk membuat sebuah cerita yang masuk akal, meskipun cerita itu tidak benar-benar terjadi. Misalnya, seseorang dengan konfabulasi mungkin menceritakan bahwa mereka telah memenangkan hadiah Nobel, padahal kenyataannya mereka tidak pernah menominasikan diri untuk penghargaan tersebut. Atau, mereka mungkin mengingat bahwa mereka telah mengunjungi Paris saat masih kecil, padahal mereka belum pernah ke luar negeri.

Jenis-jenis Konfabulasi?

Konfabulasi, fenomena di mana seseorang menciptakan cerita-cerita palsu untuk mengisi kekosongan ingatan, hadir dalam berbagai bentuk yang unik dan kompleks. Secara umum, konfabulasi dapat dikategorikan menjadi terprovokasi dan spontan. Konfabulasi terprovokasi muncul sebagai respons terhadap pertanyaan atau stimulus, sementara konfabulasi spontan muncul tanpa adanya pemicu eksternal. Konfabulasi terprovokasi (Provoked Confabulation), yaitu jenis yang terjadi ketika seseorang memberikan jawaban yang tidak akurat atau bahkan fiktif sebagai respons terhadap pertanyaan. Misalnya, ketika ditanya apa yang mereka lakukan kemarin, mereka mungkin menceritakan sebuah peristiwa yang tidak pernah terjadi. Konfabulasi terprovokasi adalah jenis yang paling umum dan sering terjadi pada individu dengan demensia atau amnesia. Semenetara itu, konfabulasi spontan (spontaneous confabulation): Jenis ini lebih jarang terjadi dan melibatkan pembuatan cerita yang tidak diminta atau tidak relevan dengan situasi saat itu. Orang dengan konfabulasi spontan mungkin tiba-tiba menceritakan kisah-kisah yang fantastis atau tidak masuk akal.

Kategori konfabulasi lain yang menarik dibahas yaitu Konfabulasi fantasi, sebuah dunia imajinatif yang tercipta dalam pikiran, seringkali memikat kita dengan detailnya yang luar biasa dan plot yang tak terduga. Penderita konfabulasi fantasi mampu menciptakan cerita-cerita yang begitu hidup, seolah-olah mereka benar-benar mengalami peristiwa tersebut. Mereka mungkin menceritakan petualangan luar angkasa, pertemuan dengan makhluk mitologi, atau bahkan kehidupan di masa depan. Namun, di balik keindahan cerita-cerita ini, tersembunyi mekanisme otak yang kompleks dan menarik untuk dipelajari. Otak, sebagai upaya untuk mengisi celah-celah ingatan yang hilang, menciptakan narasi-narasi yang fantastis sebagai kompensasi. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kreativitas luar biasa dari pikiran manusia, tetapi juga mengungkap kerentanan dan kompleksitas sistem memori kita. Konfabulasi fantasi misalnya mungkin menceritakan dengan sangat detail tentang perjalanannya ke planet Mars, lengkap dengan deskripsi tentang pemandangan, suara, dan bahkan aroma di sana. Meskipun cerita ini terdengar mustahil, bagi orang yang mengalaminya, cerita tersebut terasa sangat nyata. Kemampuan otak untuk menciptakan dunia yang begitu hidup dan meyakinkan merupakan bukti betapa kuatnya imajinasi manusia.

Selain itu, berdasarkan isinya, konfabulasi dapat berupa fabrikasi total, kontaminasi ingatan yang berbeda, atau pengulangan cerita yang sama berulang kali. Konfabulasi fabrikasi adalah ketika seseorang menciptakan cerita dari awal hingga akhir tanpa adanya dasar kenyataan. Misalnya, mereka mungkin mengklaim telah menjadi astronot dan menjelajahi planet Saturnus. Konfabulasi kontaminasi terjadi ketika seseorang menggabungkan potongan-potongan ingatan yang berbeda menjadi sebuah cerita baru yang tidak akurat. Misalnya, mereka mungkin mengingat telah menghadiri pesta pernikahan teman, padahal mereka hanya menghadiri pesta ulang tahun. Sementara itu, konfabulasi persistensi adalah kecenderungan untuk mengulang-ulang cerita yang sama berulang kali, meskipun telah diperingatkan bahwa cerita tersebut tidak benar. Sebagai contoh, seorang pasien dengan konfabulasi fabrikasi mungkin membutuhkan terapi kognitif untuk membantu mereka membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Sementara itu, pasien dengan konfabulasi persistensi mungkin memerlukan teknik-teknik pengalihan perhatian untuk mengurangi frekuensi pengulangan cerita yang sama.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jenis Konfabulasi?

Konfabulasi seringkali muncul sebagai akibat dari gangguan pada fungsi otak. Kondisi seperti amnesia, di mana seseorang kehilangan ingatan, dapat memicu otak untuk menciptakan cerita-cerita palsu guna mengisi kekosongan yang ada. Selain itu, sindrom Wernicke-Korsakoff, yang sering dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol dan kekurangan vitamin B1, juga dapat menyebabkan konfabulasi. Pasien dengan sindrom ini sering mengalami kesulitan mengingat hal-hal baru, sehingga mereka cenderung mengarang cerita untuk mengisi kekosongan ingatan mereka. Cedera kepala juga dapat merusak bagian otak yang bertanggung jawab atas memori, memicu terjadinya konfabulasi. Demensia, sebuah penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif secara bertahap, termasuk ingatan, juga dapat menjadi penyebab terjadinya konfabulasi. Sederhananya, konfabulasi adalah mekanisme otak untuk mengatasi kerusakan atau ketidaksempurnaan pada sistem memori. Ketika otak tidak dapat mengakses informasi yang benar, ia akan mencoba menciptakan informasi baru untuk mengisi kekosongan tersebut, meskipun informasi baru itu tidak akurat.

Otak sebagai sebuah perpustakaan sangat besar. Ketika terjadi kerusakan pada rak-rak buku atau sistem pencatatan, informasi yang tersimpan menjadi kacau dan sulit diakses. Hal inilah yang terjadi pada individu dengan konfabulasi. Kerusakan otak, terutama pada area yang berkaitan dengan memori dan bahasa, menjadi penyebab utama. Kondisi medis seperti demensia, stroke, atau tumor otak dapat merusak jaringan otak dan memicu konfabulasi. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu yang memengaruhi sistem saraf pusat juga dapat berkontribusi. Bahkan, stres dan emosi yang intens pun dapat memicu otak untuk menciptakan cerita-cerita alternatif sebagai mekanisme koping. Penting untuk diingat bahwa konfabulasi bukanlah kebohongan yang disengaja. Orang yang mengalaminya benar-benar percaya pada cerita yang mereka ciptakan, seolah-olah itu adalah kenyataan. Jenis konfabulasi yang dialami seseorang dapat bervariasi dan berubah seiring waktu, tergantung pada kondisi medis yang mendasari, tingkat keparahan, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi fungsi otak. Misalnya, seorang pasien demensia mungkin menceritakan kisah tentang pertemuannya dengan seorang selebritas terkenal, padahal hal tersebut tidak pernah terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengingat peristiwa-peristiwa di masa lalu. Sementara itu, seseorang yang mengalami stroke mungkin tiba-tiba menceritakan kisah tentang perjalanan ke luar negeri, meskipun mereka belum pernah bepergian ke luar negeri sebelumnya.

Diagnosis Konfabulasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun