Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Audiensi dalam Advokasi Kebudayaan

30 Desember 2024   15:46 Diperbarui: 30 Desember 2024   15:46 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Relasi Advokasi Kebudayaan dan Audiensi

Advokasi kebudayaan adalah upaya aktif untuk memperjuangkan, melindungi, dan mengembangkan nilai-nilai, praktik, dan ekspresi budaya. Ini melibatkan berbagai tindakan, mulai dari penyampaian pendapat, pembuatan kebijakan, hingga aksi langsung, dengan tujuan menciptakan lingkungan yang mendukung keberagaman budaya dan warisan leluhur.

Bayangkan bahwa budaya sebagai sebuah pohon besar yang akarnya tertanam kuat di tanah leluhur. Cabang-cabangnya membentang luas, membawa buah-buah pengetahuan, seni, dan nilai-nilai kehidupan. Pohon ini adalah identitas kita sebagai bangsa, yang telah tumbuh dan berkembang selama ribuan tahun. Namun, pohon besar ini terancam oleh badai perubahan zaman. Globalisasi dan modernisasi yang begitu cepat bagai angin kencang yang bisa merobohkan cabang-cabangnya.

Advokasi kebudayaan ibarat menanam pohon. Menanam pohon adalah investasi untuk masa depan. Begitu pula dengan advokasi kebudayaan. Ketika kita melakukan advokasi kebudayaan, kita seperti menanam pohon-pohon budaya. Pohon-pohon ini akan tumbuh besar dan memberikan keteduhan bagi generasi mendatang. Buah-buahannya akan menjadi sumber makanan yang bergizi, dan akarnya akan menguatkan tanah kita.

Advokasi kebudayaan adalah seperti pagar yang kita bangun di sekitar pohon itu. Pagar ini berfungsi melindungi pohon dari kerusakan, memberikan ruang bagi pohon untuk tumbuh subur, dan memastikan bahwa semua orang bisa menikmati buahnya. Beberapa peran advokasi kebudayaan, diantaranya sebagai berikut, 

  • Pagar ini menjaga agar akar pohon tetap kuat. Dengan menjaga identitas budaya, kita tidak akan kehilangan jati diri sebagai bangsa. Kita tetap ingat dari mana kita berasal dan siapa kita.

  • Pagar ini memberikan ruang bagi tunas-tunas baru untuk tumbuh. Seniman dan budayawan bisa bebas berkarya dan berinovasi di bawah lindungan advokasi kebudayaan.

  • Pagar ini memastikan bahwa semua orang bisa menikmati buah dari pohon budaya. Tidak ada yang terpinggirkan atau diabaikan. Setiap kelompok masyarakat memiliki hak yang sama untuk berkontribusi dan menikmati kekayaan budaya.

  • Pagar ini juga berfungsi sebagai pagar pembatas kebun. Dengan menjaga dan mengembangkan budaya, kita bisa membuka peluang ekonomi baru. Pariwisata, kerajinan tangan, dan industri kreatif adalah contoh nyata bagaimana budaya bisa menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan.

Prinsipnya, advokasi kebudayaan adalah investasi untuk masa depan. Dengan menjaga dan mengembangkan budaya, kita tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Sementara itu, agar pohon ini tetap tumbuh subur dan berbuah lebat, ia membutuhkan perawatan dan perhatian yang terus-menerus. Audiensi adalah seperti para pemelihara pohon ini. Mereka adalah orang-orang yang menyirami, memupuk, dan memangkas pohon budaya kita. Tanpa perawatan dari para pemelihara, pohon ini akan layu dan mati. Beberapa alasan tersebut di antaranya

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun