Reffaterre, seorang kritikus sastra, melihat puisi sebagai teks yang dibangun atas dasar sistem tanda dan aturan yang kompleks, yang diinterpretasikan oleh pembaca untuk menciptakan makna.Â
Memang puisi sebagai bentuk seni yang mengekspresikan emosi, ide, dan pengalaman manusia, memiliki peran penting dalam memahami budaya dan masyarakat. Kajian antropologi puisi menawarkan perspektif yang unik untuk menelusuri makna dan fungsi puisi dalam konteks sosial dan budaya.Â
Ada beberapa tulisan terkait dengan puisi:Â
The Anthropology of Poetry: A Critical Introduction" oleh David  S.  Bender (2021) dalam Annual Review of Anthropology.Â
The Anthropology of Poetry karya David S. Bender adalah sebuah karya seminal yang mengeksplorasi persimpangan antara puisi dan antropologi. Buku ini menawarkan pengantar kritis terhadap bidang tersebut, memberikan gambaran komprehensif tentang kerangka teoretis, metodologi, dan studi kasus yang telah membentuk pemahaman kita tentang puisi sebagai fenomena budaya.
Bender membahas metode etnografi yang digunakan untuk mempelajari puisi, termasuk observasi partisipan, wawancara, dan analisis teks. Ia menyoroti tantangan dan peluang dalam melakukan kerja lapangan tentang praktik puitik.Â
Bender membahas keragaman bentuk dan genre puisi di berbagai budaya, dari epik lisan hingga sonet tertulis. Ia menganalisis bagaimana bentuk-bentuk ini dibentuk oleh faktor-faktor sejarah, sosial, dan ekonomi. Bender memeriksa puisi sebagai objek material yang tertanam dalam konteks budaya tertentu. Ia mengeksplorasi bagaimana teks-teks puisi diproduksi, disebarluaskan, dan dikonsumsi dalam berbagai masyarakat. Bender menyelidiki peran imajinasi puitik dalam membentuk kepercayaan, nilai, dan identitas budaya. Ia mengeksplorasi bagaimana puisi dapat menantang narasi dominan dan menawarkan perspektif alternatif.
 "The Poetics of Resistance: Indigenous Poetry and the Politics of Decolonization" oleh Melissa L.  Nelson (2022) dalam American Indian Quarterly.Â
Artikel "Poetika Perlawanan: Puisi merupakan kontribusi signifikan dalam bidang studi Indigenous dan kritik sastra. Nelson mengeksplorasi bagaimana puisi Indigen dapat menjadi alat yang ampuh untuk melawan kolonialisme dan mereklamasi kedaulatan budaya dan politik masyarakat indigen (pribumi/adat).
Tema dalam tulisan ini di antaranya: Nelson berargumen bahwa puisi Indigen bukan hanya bentuk ekspresi artistik, tetapi juga tindakan politik. Para penyair dapat menggunakan karya mereka untuk menantang narasi kolonial, mengkritik sistem penindasan, dan mengadvokasi hak-hak masyarakat Indigen.
Nelson membahas peran bahasa dalam dekolonisasi masyarakat Indigen. Nelson membahas bagaimana penyair Indigen mereklamasi dan menghidupkan kembali bahasa mereka, menggunakannya untuk menegaskan identitas budaya dan melawan imperialisme linguistik.
Nelson menganalisis berbagai bentuk dan strategi puitis yang digunakan oleh penyair Indigen untuk menyampaikan pesan perlawanan. Ia mengeksplorasi penggunaan bentuk lisan tradisional, genre hibrida, dan teknik eksperimental.
Nelson menempatkan puisi Indigen dalam konteks historis dan kontemporernya. Nelson membahas bagaimana puisi telah digunakan untuk merespons kebijakan kolonial tertentu, peristiwa, dan isu sosial.
Poetry and the Anthropocene: A Critical Review" oleh Sarah J. Â K. Â Evans (2023) dalam Journal of the Royal Anthropological Institute.Â
Artikel "Puisi dan Antropocen: Sebuah Tinjauan Kritis" yang ditulis oleh Sarah J. K. Evans dan diterbitkan pada tahun 2023 merupakan kontribusi penting dalam bidang ekokritisisme dan studi sastra. Evans mengeksplorasi bagaimana puisi dapat merespons dan berinteraksi dengan tantangan lingkungan yang mendesak Â
Evans berargumen bahwa Antropocen, sebuah era geologis yang ditandai oleh perubahan lingkungan yang disebabkan manusia, telah menjadi subjek sentral bagi para penyair kontemporer. Ia membahas bagaimana para penyair merespons krisis ekologi melalui eksplorasi tema-tema seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kepunahan spesies.
Evans meneliti berbagai bentuk dan strategi puitis yang digunakan oleh para penyair untuk membahas Antropocen. Evans membahas penggunaan ekopuisi, genre hibrida, dan teknik eksperimental.
Evans mengeksplorasi peran bahasa dalam merepresentasikan Antropocen. Ia membahas bagaimana para penyair menggunakan bahasa untuk menyampaikan kompleksitas perubahan lingkungan, untuk membangkitkan pengalaman sensorik, dan untuk menantang narasi dominan.
Evans mengangkat pertanyaan tentang etika merepresentasikan Antropocen dalam puisi. Evans membahas tantangan dalam menyeimbangkan pertimbangan estetika dengan kebutuhan untuk menggambarkan masalah lingkungan secara akurat.
Dari beberapa tulisan di atas. Ada beberapa aspek yang dapat dikaji dalam antropologi puisi:
1. Puisi sebagai Refleksi Budaya:
- Nilai dan Keyakinan: Puisi seringkali merefleksikan nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma yang dianut oleh suatu masyarakat. Misalnya, puisi tradisional Jawa seringkali memuji nilai-nilai luhur seperti kesopanan, kerendahan hati, dan keharmonisan.
- Ritual dan Upacara: Puisi dapat berfungsi sebagai bagian integral dari ritual dan upacara keagamaan atau sosial. Contohnya, puisi syair dalam tradisi Islam digunakan dalam berbagai upacara keagamaan.
- Identitas dan Kelompok: Puisi dapat membantu membangun identitas kelompok dan memperkuat rasa kebersamaan. Misalnya, puisi nasionalisme dapat memperkuat rasa cinta tanah air dan persatuan.
2. Puisi sebagai Media Komunikasi:
- Â Ekspresi Emosi: Puisi menjadi wadah bagi individu untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman pribadi.Â
- Komunikasi Antar-Generasi: Puisi dapat menjadi jembatan komunikasi antar-generasi, meneruskan nilai-nilai dan tradisi dari generasi ke generasi.
- Kritik Sosial: Puisi dapat digunakan sebagai alat kritik sosial, menyuarakan ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan.
3. Puisi dalam Konteks Global:
- Pertukaran Budaya: Puisi dapat menjadi media pertukaran budaya antar-bangsa. Terjemahan puisi memungkinkan orang dari berbagai budaya untuk memahami perspektif dan pengalaman yang berbeda.
- Globalisasi dan Puisi: Globalisasi telah memengaruhi bentuk dan isi puisi. Puisi kontemporer seringkali mencerminkan isu-isu global seperti migrasi, konflik, dan perubahan iklim.
Kajian antropologi puisi menawarkan perspektif yang kaya dan mendalam untuk memahami budaya, masyarakat, dan pengalaman manusia. Dengan menganalisis puisi dalam konteks sosial dan budaya, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai, keyakinan, dan cara hidup manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H