Di ujung senja, mentari meredup
Menyisakan rona jingga di langit biru
Hatiku berbisik, rindu tak terlupa
Pada buah hati, yang kini jauh di situ
Langkah kakimu, tawa ceria
Masih terngiang di telingaku
Wajahmu yang manis, senyum ceria
Menjadi bayangan, yang tak pernah redup
Kangenku membuncah, tak terbendung
Seperti air bah, yang tak tertahankan
Ingin kudekap erat, dalam pelukanku
Menyentuh lembut, rambutmu yang indah
Jarak memisahkan, waktu berlalu
Namun kasihku tak pernah pudar
Doa selalu terpanjat, untukmu
Semoga kau sehat, bahagia selalu
Kapan kita bertemu, anakku sayang?
Kapan aku bisa memelukmu erat?
Rindu ini membara, tak tertahankan
Menanti hari, saat kita bersatu kembali.Â
Ingatkah saat kita bermain di depan teras? Tertawa lepas mengejarnya sampai puas.
Atau saat sebelum tidur kita bercerita?
Membuatku tersenyum berharap mimpimu indah.
Setiap detik terasa begitu panjang.
Tanpa dirimu, hidupku terasa hampa.
Aku merindukan hangatnya pelukmu.
Dan tenangnya hati dengan senyumanmui.
Aku tak sabar ingin mendengar ceritamu.
Tentang sekolahmu, teman-temanmu.
Aku ingin melihat keceriaannmu.
Kenahagianmu selalu hadir dimataku.Â
Jangan pernah lupa, nak,
Bahwa aku selalu cinta.
Meskipun jarak memisahkan kita.
Kasihku untukmu takkan pernah berubah.
Sampai jumpa, anakku sayang.
Aku menanti hari kita bertemu kembali.
Dalam pelukan kasih yang hangat.
Kita akan tertawa bahagia.
Surat untuk Anakku"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H