Berjalan kaki saat hujan,
Langkahku terhenti, di bawah langit yang tak biru,
Hujan turun, langit kelabu,
Menyentuh bumi, dingin menusuk.
Hujan deras, membasahi seluruh tubuh.
Payung kecil, tak mampu menghalau derasnya air,
Terjebak di sini, tak bisa kemana,
Namun hatiku, tetap tersenyum memandang indah.
Derai air, irama syahdu,
Menyapa jiwa, menenangkan hati.
Di balik jendela, kulihat dunia,
Dalam tetesan air, tercurah kasih.
Tak perlu kecewa, tak perlu bersedih,
Nikmati saja, turunnya  hujan.
Biarkan tubuh, terbasuh air suci,
Jiwa pun tenang, terbebas dari beban.
Di tengah hujan, kutemukan ketenangan hati,
Sebuah nikmat, yang tak ternilai.
Tak menjadi masalah terjebak di sini,Â
Karena kunikmati dan ku syukuri.Â
Dengan komat kamit berdoa,Â
Lalu juga ku ambil handphone, ku utak atik,
Kutonton drakor, dengan tema dunia yang indah.
Tetap bersyukur hati dengan semua yang ada.Â
Mungkin nanti, saat hujan reda,
Aku akan pulang, dengan hati lapang.
Terimakasih hujan, telah mengajarkanku,
Bahwa kebahagiaan, tak selalu harus sempurna.
Dalam keterbatasan, kutemukan kebebasan,
Untuk menikmati hidup, dengan sederhana.
Hujan, kau adalah sahabatku,
Yang saat ini ada, menemani hari-hariku.
Semoga nanti, ketika kuingat kembali,
Hujan sore ini, akan selalu tersenyum.
Karena hujan telah mengajarkanku,
Untuk selalu bersyukur, dalam segala hal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H