Malam semakin larut, mataku melotot,
Guling ke sana, guling ke mari, kok malah jadi otot,
Domba sudah berbaris seribu, tapi tak kunjung ngantuk,
Mungkin domba-dombanya lagi fitnes supaya badannya lebih berotot.Â
Pikiranku melayang, ke mana-mana,
Dari masalah soal masakan hingga bola dunia,
Bantal empuk, selimut hangat, tapi kenapa susah tidur?Â
Mungkin nanti kalau sudah bisa tidur bisa bisa mendengkur.Â
Ah sudahlah, daripada pusing kepala,
Mendingan aku hitung bintang di langit sambil nyanyi,Â
Satu, dua, tiga... eh, kok lagu anakku malah
Ya sudahlah, tidur nanti saja
Sudah jam segini, kok belum tidur juga?Â
Mulai ngitung jangkrik, lagi pada konser ternyata,
Bantal sudah dipeluk erat, guling sudah jadi teman setia,Â
Tapi mata tetap saja belo, kayak mata panda.Â
Mulai membayangkan hal-hal abstrak.
Misalnya aku jadi burung, terbang ke bulan,
Atau jadi ikan, berenang di lautan,
Aku jadi kelinci, yang loncat di taman.Â
Ah, kok malah jadi ngelantur?
Mungkin aku kena alergi, jadi manusia tidak bisa tidur,
Atau mungkin aku ketularan insomnia dari domba-domba tadi,
Sudahlah, mengapa aku ikut pusing mikirin ini.
Sudah malam, pikiranku masih ngawang,
Aku coba meditasi, kucoba pikiran ku tenang,
Napas masuk, napas keluar lembut
Bayangkan diriku terapung di awan maut. Â
Aku coba hitung domba, tapi malah jadi ngitung awan,
Aku coba bayangkan pantai, tapi malah keingetan tugas yang menumpuk,
Aku coba fokus pada suara jangkrik, tapi malah denger suara perut keroncongan,
Ah, sudahlah, sudah meditasi kok masih lapar
Mendingan aku cari cemilan dulu,
Mungkin setelah makan, semoga nyenyak tidurku
Semoga nanti pas tidur tidak mimpiin kamu,
Karena kamu tetap di hatiku
Apakah Anda juga insomnia, buatkan puisi semoga insomniamu teratasi. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H