"Terimakasih kalian semua," kata Kati. "Kalian telah mengajariku untuk tidak mudah menyerah dan selalu berusaha."
Sejak saat itu, Mura dan Muri tidak berani lagi mengganggu Kati dan teman-temannya. Mereka pun berjanji untuk tidak akan mencuri lagi. Kati dan teman-temannya hidup bahagia dan damai di kebun mereka.
Setelah kejadian pencurian jagung, kehidupan di kebun menjadi lebih tenang. Kati dan teman-temannya semakin erat persahabatannya. Mereka sering bermain bersama, berbagi makanan, dan saling membantu. Kati pun semakin dikenal sebagai ayam yang bijaksana dan penyayang.
Suatu hari, datanglah musim kemarau yang panjang. Sumber air di kebun mengering dan makanan semakin sulit ditemukan. Ayam-ayam, kelinci, dan hewan lainnya mulai kelaparan. Kati merasa sedih melihat teman-temannya menderita.
"Bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini?" tanya Kati pada Jalu.
Jalu berpikir sejenak. "Aku pernah mendengar bahwa di hutan sebelah sana ada sebuah mata air yang tidak pernah kering," jawabnya. "Tapi, hutan itu sangat luas dan berbahaya. Banyak binatang buas yang tinggal di sana."
"Kita harus mencoba," kata Kati dengan mantap. "Demi teman-teman kita, kita harus mencari sumber air itu."
Kati, Jalu, Bulan, Matahari, Kuci, dan Boba pun bersiap-siap untuk pergi ke hutan. Mereka membawa bekal secukupnya dan tongkat untuk berjaga-jaga. Perjalanan mereka sangat melelahkan, namun mereka tidak menyerah.
Setelah berjalan berhari-hari, akhirnya mereka menemukan mata air itu. Airnya jernih dan segar. Mereka segera mengisi semua wadah yang mereka bawa.
"Kita berhasil!" seru Kati dengan gembira.
Dengan susah payah, mereka membawa air kembali ke kebun. Semua hewan di kebun sangat senang melihat kedatangan mereka. Mereka pun segera membagikan air kepada semua yang membutuhkan.