Hujan rintik, menetes di kaca,
Menyapa hati yang pilu terluka.
Bayangmu hadir, dalam setiap tetes,
Menyisakan kenangan, yang tak terlupa.
Senyummu dulu, bagai mentari pagi,
Menghangatkan jiwa, yang dingin dan sepi.
Kini hanya bayangan, yang terukir di hati,
Menyisakan luka, yang tak kunjung sembuh lagi.
Langkahku terhenti, di ujung jalan,
Menatap langit, yang kelabu dan suram.
Rasa rindu, mencengkeram erat,
Menyisakan pilu, yang tak tertahankan.
Kapan kau kembali, ke pelukanku?
Kapan kau bisikkan, kata-kata lembutmu?
Kapan kau hapuskan, air mata ini?
Kapan kau sembuhkan, luka di hatiku?
Hujan pun berhenti, mentari mulai menyapa,
Namun hatiku tetap, terpuruk dalam duka.
Kapan aku bisa, melupakanmu?
Kapan aku bisa, menemukan bahagia lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H