Aku tak tahu rasa apa yang kini tengah menghimpit dadaku.
Rasanya begitu sesak.
Aku tidak menangis, aku bahkan tersenyum saat perasaan ini menyerang ketenangan jiwaku.
Sangat sakit, sampai aku tak bisa lagi mengungkapkan bagaimana sakitnya.
Aku telah mati rasa.
Kalaupun aku menangis, mungkin sampai air mata ini kering pun, tak akan mungkin bisa meredakannya.
Jadi aku memilih untuk tersenyum.
Karena hanya itu yang bisa aku lakukan agar dunia tetap menatapku dengan tenang.
Agar tidak ada lagi bahan untuk mereka menertawakan kebodohanku.
Ya, mungkin semua menganggapku bodoh.
Bagaimana tidak, aku tetap diam bahkan saat semua orang mendorongku untuk maju.