Deliana Pasaribu adalah sahabatku yang baru saja tiada, kehilangan satu-satunya teman yang selama ini selalu bersama dalam waktu yang tidak terduga seperti ini cukup membuat sangat terpukul, karena kami berteman bak saudara kandung. Setiap waktu air mata ini terus saja mengalir...karena teringat Deliana. Kami sama-sama workaholic dalam bekerja, hobi travelling, sehingga sering memanfaatkan waktu bersama ke Luar Negeri ataupun Dalam Negeri...menikmati indahnya dunia dari hasil keringat selama bekerja.
Dalam persahabatan kami, tidak ada yang disembunyikan satu sama lain, saling bertukar cerita apa saja sedih dan gembira tentang keluarga, tentang pekerjaan termasuk masalah yang terakhir dialami Deliana. Duka kehilangan sahabat dekat sama halnya seperti kehilangan saudara kandung. Â Tidak menyangka sahabatku pergi begitu cepatnya..., yang sebelumnya sehat-sehat saja.Â
Sejak sahabatku dipindahkan bekerja ke divisi pemasaran, sering mengeluh dan merasa kurang cocok dengan atasannya yang selalu saja meremehkan hasil pekerjaannya. Sejak itu juga sahabatku menjadi pengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang dirasakannya di bagian leher dan  punggungnya dan tidak pernah di periksa ke dokter.  Setelah disarankan dokter agar ditindak ke psikiater, baru ketahuan sahabatku terkena psikosomatis akut dan perlu menjalani terapi.
Enam bulan lalu Deliana bercerita kalau dia habis di marahi oleh manajernya dan permalukan di depan karyawan lainnya, sahabatku itu bilang sudah tidak sanggup, pusing di kepalanya semakin menjadi dan nyeri di tulang punggungnya setiap kali dia merasa tertekan. Kemudian sahabatku meminta ijin cuti 2  minggu untuk menjalani pengobatan  ke dokter, rupanya ijin tersebut tidak diberikan manajernya.
Merasa hak-nya untuk  berobat tidak diberikan, padahal setiap individu berhak untuk mendapatkan pengobatan saat sakit. Akhirnya Deliana pun nekat  tetap ijin sakit untuk berobat ke dokter, karena rasa sakitnya sudah tidak tertahankan dan  langsung ijin ke departemen HRD
Selama ijin ke dokter, manajer Deliana selalu menanyakan terkait  pekerjaan dan memberikan akses pada beberapa rekan kerjanya untuk mengambil alih tugas. Namun tugas  yang diberikan ke rekan kerjanya tersebut tidak dikonfirmasi langsung pada Deliana,  dan kesempatan tersebut malah digunakan untuk mengambil kewenangan Deliana. Sahabatku tersebut masih juga dipersalahkan ketika ada kesalahan yang dikerjakan oleh rekan sekerjanya, kejadian tersebut membuat sahabatku itu semakin sedih, cemas berlebihan, dan akhirnya memutuskan mundur dan mengajukan permohonan untuk dapat dipindahkan ke divisi lain.
Selain itu keluarga Deliana, termasuk keluarga yang mandiri dan tidak begitu perduli satu sama lain. Setiap hari raya natal pun, Deliana lebih suka mengajakku makan di luar dan jalan-jalan. Begitupun selama sahabatku menjalani terapi, tidak satupun keluarganya menanyakan kabarnya. Meskipun deliana berusaha memberi kabar, tetap akulah yang selalu menemani sahabatku itu selama pengobatan.Â
Pindah antar divisi ternyata tidak mudah, status Deliana malah menjadi tidak jelas. Akhirnya sakit nyeri punggungnya semakin parah dan suka linglung, dan terakhir asam lambungnya naik. Setiap makan selalu dikeluarkan, magh sahabatku Deliana makin parah sehingga harus di rawat di RS untuk di infus. Selama di RS aku selalu menemaninya setelah pulang dari kantor, karena keluarga Deliana tidak ada yang bisa. Beberapa waktu lalu hanya kakak perempuannya yang menjenguk ke RS, sedangkan dari kantor Deliana, belum satupun yang menjenguknya sakit. Deliana semakin tertekan, dan air matanya tidak pernah berhenti menangis padahal tubuhnya sudah semakin sangat lemah.
Kemarin lusa aku ijin 1 hari dari kantor untuk menemani sahabatku, karena dia kangen dan minta satu harian ditemani. Pagi itu kami banyak tertawa dan ber foto bersama, kemudian upload foto di facebook dan instagram, siang kami main game dan nonton drakor. Malamnya ketika aku kembali ke ruangan  rawat inap sehabis membeli makanan, sahabatku Deliana sudah tiada. Sahabatku telah pergi ....untuk selamanya.
Tidak ada satu pun tanda  perpisahan dari sahabatku Deliana, kalau dia akan meninggal. Dia terlihat semakin sehat dengan tawa-nya tadi...
Tubuh Deliana sahabatku benar-benar tidak bergerak dan kaku. Saat aku kembali ke ruang rawat inap itu semua tim medis mengelilingi tubuh sahabatku yang membiru, Deliana kata perawat di ruangan itu terkena serangan jantung...
Aku hanya terduduk lemas dilantai...antara percaya dan tidak, hanya 20 menit saja aku keluar untuk beli makan malam. Deliana sudah tiada...
Oh Tuhan...kenapa kamu perginya saat aku pergi siih...sahabatku?", ujarku dalam hati sambil menangis tersedu.
Aku kehilangan sahabat yang telah kuanggap saudara kandung sendiri.Â
GOD LOVE YOU MORE BESTIES Â
Rest In Peace Deliana Pasaribu...
Love Besties Forever...
Remembering Last message from Deliana Pasaribu
"Nyi...pesen gue ya...., kerja tuuuuh ga usah ngoyo!".Â
"Ga usah ambisi nyi..., orang itu hanya ingat saat loe berprestasi dan tidak perduli saat loe bilang sakit".Â
"Loe teriak juga nyi...kagak ada yang percaya sama loe..., kalo loe itu sakit!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H