Mohon tunggu...
Etty Hastari Soeharto
Etty Hastari Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

... biasanya biasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FSC] Untuk Gea : Sekali Ini Aku Bukanlah Pujangga

13 Agustus 2011   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagimu suatu keajaiban, mengenaliku sebagai seorang pujangga. Tapi itulah sisi jiwaku yang mungkin baru kau tahu. Aku adalah seorang yang gemar berkubang dengan kata-kata, pengemas makna yang tak bisa dicerna sambil lalu saja. Kau bisa menemukan namaku tercetak di sampul-sampul buku, menempel dengan beberapa pujangga lain sepertiku. Ya, itulah aku, dan dunia yang menenggelamkanku.

Kau mungkin juga terbiasa melihat tanda-tanda keberadaanku terjaga di tengah malam, di ujung mana pun dunia maya. Kau benar, saat itu aku sedang bermesra dengan imajiku. Merangkai ribuan alphabet dan menjadikannya tulisan. Kau sering meledekku untuk itu. Aku tak marah. Aku mengerti. Mungkin menurutmu, seorang pujangga sepertiku membuat dunia menjadi lebih rumit untuk dipahami dari seharusnya. Ah, kau ini….

Kadang aku berpikir, kita bertemu pada satu masa yang terlalu jauh dari masa lalu. Dan masing-masing kita telah berubah tanpa kita saling tahu seperti apa perubahan itu berlaku. Lima belas tahun? Ah, aku bahkan tak punya banyak kenangan tentangmu, selain bahwa kita menjadi teman di bangku sekolah. Cuma itu. Maka aku mengerti, jika kau pun sama, tak terlalu banyak mengingatku. Tak apa. Aku tak keberatan kita berkenalan kembali.

Waktu berlalu. Aku tak menyangka. Menggulung rentang 15 tahun ternyata tak terlalu sulit untuk memahamimu seperti adanya kau kini. Kau tak tahu kan, bahwa aku selalu bisa memetakan karakter seseorang dengan presisi yang nyaris sempurna? Dan itu berlaku juga untukmu. Aku membaca setiap tulisan yang kau buat. Apa pun itu. Di mana pun kau tebarkan. Dan kurasa, kau pasti cukup menyadari bahwa aku terlalu pintar untuk mengerti alurmu. Bukankah aku ini pujangga yang lenggak-lenggok kata adalah duniaku? Jadi, tak perlu kau sembunyi. Aku telah tahu. Bahkan sebaris kata aneh yang kau buat di satu alamat akun milikmu, aku juga tahu. Kau sengaja ya, karena aku pasti akan membacanya? Baiklah, aku mengerti.

Ge, mungkin kau tak pernah tahu. Aku juga menyimpan kata terakhir itu untukmu. Kata yang nyaris luruh bersama bulir bening yang sempat kau lihat saat itu. Kata yang sebisa mungkin kutahan karena aku belum lagi berhasil mengumpulkan hati yang masih meragu tentangmu. Maafkan aku, Ge. Jika kau harus menunggu dengan ketakmengertianmu.

Kau tahu, Ge, bahwa kau adalah keajaiban terbesar dari seluruh perjalananku? Dan aku masih mengais serpihan cerita tentangmu, demi menggenapkan hatiku. Tahukah kamu, puisi yang kutulis tak pernah selesai jika itu tentangmu? Karena kau terlalu ajaib bagiku, Ge. Berkali rasanya ingin meledak, saat kucoba menggali segalanya tentang hadirmu di hidupku. Aku tak sanggup menemukan kiasan yang mampu mewakili semuanya. Sungguh, tak bisa kuciptakan lagi keindahan cerita seperti yang kau miliki.

Ge, sekali ini, aku bukanlah pujangga. Aku tak ingin menghabiskan detik-detik waktuku tanpa sepatah katapun bisa kulukiskan dengan penaku. Aku, tak sanggup membuat puisi untukmu. Surat ini, kalau kau ingin tahu, kubuat dengan kecamuk yang membuat segala sendiku terasa kaku. Ah, kau pasti tertawa jika melihatku saat ini.

Ge, aku tak ingin menjadi pujangga yang tak kau mengerti. Aku juga tak punya puisi indah untukmu, karena aku yakin, kau pun tak akan memahaminya. Bukan karena kata-kataku terlalu tinggi, tapi karena kau tidak memilih menjadi pujangga. Apapun adanya, kau tetap istimewa, Ge. Walau keistimewaanmu hanya bisa kulukiskan dengan sebaris kata :

“Ge, kau membuatku jatuh cinta ….”

Aku tahu, kali ini, kau mengerti maksudku.

****************************************

Penulis : Etty Hastari Nomor peserta 173

NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke akun Cinta Fiksi dengan judul postingan : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun