Mohon tunggu...
Si Thesigner
Si Thesigner Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pintar dan Bijak Dalam Hal Bencana

18 Maret 2017   00:17 Diperbarui: 18 Maret 2017   00:24 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemudian, dalam bencana alam banjir, dengan proses normalisasi sungai - sungai yang dibeberapa wilayah juga pernah penulis amati. Mana kala penulis sendiri menjadi pengawas operasional alat berat. Yang selalu mendapat jatah di sungai - sungai yang rawan. Diantaranya di daerah Sanca, Indramayu, Jawa Barat, dengan melakukan pengawalan operasional alat berat di Sungai Sanca, untuk proses normalisasi. Tentu karena bekerja di tengah sungai yang beraliran deras penulis pun harus selalu melihat kondisi hulu sungai, sebagai pertanda cuaca dalam mengantisipasi bahaya aliran banjir.  

Seperti kasus yang saat ini marak di Jakarta, tentang normalisasi sungai di kota DKI, pemerintah DKI harus segera melakukan sodetan - sodetan dan normalisasi sungai di wilayah Jakarta yang rawan banjir. Kasus kampung Pulo, penulis langsung melakukan pengamatan saat mulainya dalam proses pembuatan tanggul-tanggul.

Dan masih banyak lagi hal - hal yang menjadi pengetahuan, sebagai informasi dan signal akan tanggap bencana yang alhamdulillaah,  dari semua itu, minimal penulis bisa tahu, paling tidak juga ikut memberikan kabar dan informasi agar, hal  - hal yang berhubungan dengan bencana, bisa diminimalisir berjatuhannya korban. Walau semua kejadian bencana memang merupakan takdir Allah SWT.

Akhirnya, dari rangkuman semua pengalaman pribadi, penulis hanya ingin memberikan masukan atas kepedulian pada masyarakat, karena Pancarobanya iklim global, masih terus mendapat pantauan pihak berwenang jadi alangkah bijaknya untuk selalu melihat berita iklim dan cuaca, manakala cuaca dirasa kurang mendukung. 

Pancaroba global yang seyogyanya diprediksi para ahli seharusnya dalam kurun waktu 5 tahun, yang berproses langsung berturutan 15 tahun,  nah awal yang pasti bagi perhitungan proses 15 tahun ini, yang penulis sendiri masih belum membaca informasi yang aktual dan valid. Untuk itu sekali lagi bagaimana cara pandai, pintar dan bijak dalam hal bencana, hanyalah sebuah usaha bagi manusia secara maksimal dalam berikhtiar, selebihnya kita pasrahkan pada TUHAN YANG MAHA KUASA. Sekian, mohon maaf yang sebesar - besarnya atas salah, kurang dan lebih kata - kata penulis. Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun