Mohon tunggu...
Si Thesigner
Si Thesigner Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demokrasi Kita "Kebablasan?"

17 Maret 2017   21:45 Diperbarui: 17 Maret 2017   21:55 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis mencoba merilis kembali pernyataan Beliau Bapak Presiden RI, Bapak Joko Widodo eberapa waktu lalu menyoal tentang Demokrasi di negeri ini, yang beliau nilai sudah " Kebablasan ".

Hal ini, pagi penulis juga menjadi sorotan tersendiri, apalagi dalam sebuah medi juga salah seorang Anggota Parlemen Senior kita, dari salah satu Partai, juga ikut mengimbangi pernyataan Beliau Bapak Presiden RI.

Dari kedua sample kerangka pemikiran Tokoh Lembaga Tinggi Negara kita yang tercinta ini, saya memang masih belum mendengar suara dari tokoh lembaga tinggi negara satu lagi, agar ada keseimbangan pandangan dari para Tokoh Lembaga Tinggi Negara, walau dari Lembaga Parlementer(Legislatif), dan Eksekutif, yang kebetulan langsung oleh Pimpinan Eksekutif. Sedang dari Lembaga Tinggi Yudikatif, saya pribadi memang belum tau atau membaca langsung sebuah pernyataannya, walau dari dua unsur Lembaga selain Eksekutif, saya katakan bukan menjadi suara perwakilan.

Yang, jadi pokok persoalan adalah bagaimana sih, Demokrasi yang sesungguhnya itu ? Dan bagaimana relevansinya Demokrasi itu dalam sistem ketatanegaraan kita ? Bagaimana pelaksanaannya, dan sudah sejauh apa ? 

Pertanyaan - pertanyaan tersebut pasti selalu mengelilingi pemikiran - pemikiran tidak cum para tokoh, pakar dan ahli, serta masyarakat banyak. Sedang dari suatu wawancara dalam sebuah media Radio Siaran Pemerintah, sebagian pakar, yang sedang melakukan pengkajian beberapa produk  undang - undang pun ikut bertanya - tanya, dan masih mempersoalkan masalah sistem Demokrasi kita. Dimana dalam sebuah proses penggodogan undang - undang, pemikiran beliau - beliau pun masih berbenturan dengan Sebuah sistem Demokrasi di negeri ini. 

Hal tersebut, terlihat dari kekhawatiran sebagian para pakar dan ahli, bahkan sebagian anggota Parlemen yang sedang bekerja untuk merancang undang - undang akan arah Demokrasi yang dianut di negeri kita. Kekhawatiran Beliau - beliau dengan Demokrasi Terpimpin. Padahal sudah sangat jelas, bahwa dari awal, Para Pendidiri NKRI sepakat, melalui Presiden RI yang Pertama, Ir. Soekarno, dengan sangat jelas dan tegas mengatakan " Jangan Sekali - kali, rakyat Indonesia diberi sebuah sistem Demokrasi yang Liberal, bebas  sebebas - bebasnya, karena niscaya mereka akan hancur. 

Untuk itu, berilah Negeri ini dengan sebuah sistem Demokrasi yang terpimpin, dengan baik. Yaitu Sistem Demokrasi Pancasila yang terpimpin dengan baik dan benar ". Saya yang mendengar perbincangan dari beliau - beliau, sempat tersenyum kecut. Sebab, diantara ketakutan beliau - beliau dengan Sistem Demokrasi yang terpimpin, dan juga yang menjadi pertanyaan penulis pribadi, " Kok bisa, anggota Parlemen di negeri ini, bahkan pakar dan ahli, takut dengan Sistem Demokrasi yang terpimpin..? Ini yang menjadi pertanyaan besar bagi saya.

Mengingat uraian diatas, saya kembali membolak - balik beberapa literasi, dalam beberapa versi dari beliau - beliau pakar dan ahli, bagaimana sih sebenarnya Demokrasi itu ? Dan bagaimana Demokrasi Liberal dan Terpimpin itu ? Pertanyaan ini, memang sangat menggelitik bagi rasa keingintahuan saya pribadi. Sebagai masyarakat. Namun dari beberapa bacaan yang saya baca, saya menemukan beberapa metode dalam sebuah analisa. Dimana disetiap uraian teori tentang demokrasi, dan juga yang menjadi sampel, bisa saya katakan sejumlah penganut atau yang sudah mengakplikasikan sebuah sistem demokrasi. Sebagai contoh, untuk sistem demokrasi Liberal, jelas yang selalu Negara Adidaya Amerika Serikat. Sedang untuk sistem Demokrasi yang sering dijdikan sampel lain seperti Inggris, dan beberapa negara persemakmurannya.

Jika dilihat dari lahirnya sistem Demokrasi itu sendiri, sebenarnya jauh sebelum Proses Pembaharuan di Dunia Barat, praktek demokrasi sudah banyak dilakukan. Dalam kesempatan kali ini, yang menjadi fokus analisa penulis adalah, Demokrasi kita apa sudah keblasan dalam kerangka demokrasi Pancasila yang terpimpin ?

Lalu, yang menjadi pertanyaan penulis sendiri, apakah Demokrasi - demokrasi yang dijadikan teori pencetus Demokrasi apakah benar - benar sudah Demokrasi ? Masuk dalam katalog Demokrasi Liberal atau terpimpin ? Seandainya sistem Demokrasi yang diagung - agungkan yang berseberangan dengan sistem demokrasi di negeri ini,  lalu Demokrasi mana yang menjadi tujuan dan maksud dari demokrasi tersebut ? Dari kerangka demokrasi yang mana ? Jika tidak menganut pada sebuah sistem demokrasi yang tercetus dari teori dan memiliki sample yang juga akhirnya menjadikan kiblat dan leader atas dasar teori sistem demokrasi yang dikemukakan yang berseberangan dengan Sistem Demokrasi di NKRI ? Apakah itu bukan pula masuk kerangka Demokrasi yang terpimpin ? Karena mengacu dan berkiblat pada sebuah sample yang juga dalam negaranya ada yang memimpin ? Itu yang menjadi pertanyaan saya pribadi selama ini. 

Sebab jika kita mengacu kepada Sistem Demokrasi beberapa negara, mau tidak mau, mereka juga akan menjadi "leader" Demokrasi kita, yang berarti mendikte dan memimpin sistem demokrasi negara kita juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun