Selamat jalan, Bapak
Izinkan saya membuka surat dengan kalimat itu, ucapan selamat karena Bapak akan segera bertemu kekasih hati.
Sebenarnya, rasa sedih itu sudah saya rasakan sejak tanggal 1 September 2019 lalu, saat diberitakan Bapak dirawat di RSPAD Gatot Soebroto karena beberapa penyakit serius yang Bapak derita tahun-tahun terakhir ini.
Sore tadi, langit sedikit redup ketika saya pulang ke rumah. Ah, tak ada firasat kehilangan, hanya bertanya apakah ini pertanda musim hujan akan mulai datang. Ternyata mendung itu menjadi hujan. Hujan air mata kehilanganmu, Bapak.
Berita berjudul "Presiden ke-3 RI Â BJ Habibie telah Wafat" membuat duka yang dalam tak tertahan, air mata kesedihan kehilangan tak terbendung.
Saya mengenalmu sejak belia, Bapak. Saat masih menghafal nama-nama Menteri Kabinet dibawah Presiden Soeharto. Saya dan teman-teman hapal diluar kepala siapa nama Menristek, karena selalu tertera nama yang sama, nama Bapak. Karena Bapak menjabat posisi ini sejak periode 1978 hingga 1998.
Betapa saya bangga saat guru kami menceritakan tentang  pesawat N250 Gatot Kaca hasil rancangan Bapak bersama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio. "Wow, Indonesia bisa membuat pesawat sendiri" decak kekaguman akan super pandainya Bapak.
Lalu, kebanggaan anak desa seperti  saya bertambah ketika foto Bapak terpampang di tiap kelas dan kantor di sebelah kiri foto Presiden. Bulan Maret 1998 bapak menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 RI  mendampingi Presiden Soeharto.Â
Lalu mundurnya Soeharto dari jabatan presiden karena Peristiwa Mei 1998, membuat foto Bapak harus digeser ke sebelah kanan. Ya, jabatan Bapak naik dari Wakil Presiden menjadi Presiden pada 21 Mei 1998.Â
Meskipun cukup singkat masa jabatan Bapak sebagai Presiden ke-3 RI, yakni selama satu tahun lima bulan, kiprah Bapak dan prestasi Bapak di dalam dan di luar negeri makin membuat saya bangga.
Ah, saya jadi ingat lirik lagu yang rasanya pas juga saya lagukan untuk Bapak :Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Kesederhanaan Bapak itulah yang kemudian juga menghadirkan cinta di sekeliling Bapak. Pun cinta dari seorang wanita bersahaja yang mendampingi Bapak hingga beliau tutup usia, ibu Ainun.Â
Saya baper ketika mengikuti cerita perjalanan cinta Bapak dan Ibu Ainun. Betapa beruntungnya beliau dimulialan oleh lelaki penuh kasih sayang seperti Bapak. Bahkan sampai beliau tiada pun, Bapak setia mengunjungi makam beliau, membawakan bunga tanda rindu dan sederet cerita seolah beliau masih ada. Â
Siapapun akan meleleh membaca kata mutiara untuk istri Bapak tercinta "Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuat berarti lebih dari siapa pun."
Bapak buat saya adalah sosok sempurna sebagai pria. Kecerdasan dan kelembutan hati adalah paduan sempurna bagi sosok idola.
Ah, sayup terdengar suara Iwan Fals yang membuat air mata saya menetes lagi,
Tuhan, terlalu cepat semua, Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Tapi, itulah mimpi Bapak, bersatu kembali dengan belahan jiwa di rumah-Nya. Saya harus relakan kepergian Bapak, dengan segenap kenangan dan kebanggan yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya, tentang salah satu Putra Terbaik Bangsa Indonesia.
Hujan air mata dari pelosok negeriÂ
Saat melepas engkau pergi
Selamat Jalan, Bapakku. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, mengasihimu, memuliakanmu dan menyiapkan surga untukmu.
Bernisan bangga, berkafan doaÂ
Dari kami yang merindukan orangÂ
Sepertimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H