Mohon tunggu...
Anik SitaturRohmah
Anik SitaturRohmah Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Penulis Lepas

Ibu rumah tangga adalah yang utama dan menulis adalah pekerjaan kedua. Menulis apa saja, mulai artikel di koran, media online, blog dan buku. Tema yang disukai adalah parenting dan lifestyle

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memanfaatkan Air Teh Basi dan Leri untuk Kelangsungan Hidup Kita di Bumi

10 September 2019   15:03 Diperbarui: 11 September 2019   21:30 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay

Berbicara masalah air, ingatan saya terbawa jauh ke lautan luas yang mendominasi bumi kita. Tampak luas dan tersedia dalam jumlah yang luar biasa. 

Tergambar air tersebut akan mengalami proses daur air yang dimulai dari menguapnya air samudera ke udara, terkumpul menjadi awan dan titik-titik embun yang kemudian dibawa angin dan turun sebagai hujan. Hujan seharusnya turun membasahi tanah yang akan menyerap air dan menyuburkannya untuk menjadi media tumbuh yang bagus bagi tiap pepohonan di atasnya. Lalu pohon hijau nan rindang akan menjadi tempat bernaung, berteduh dan sumber kehidupan tiap makhluk hidup yang ada di sekitarnya. 

Air yang tak terserap oleh tanah akan mengalir mulai dari parit kecil di belakang rumah, menuju kali, terus mengalir bertemu dengan kali kecil serupa pada sebuah bengawan lalu bersama-sama pulang kembali ke samudera. Itulah teorinya.

Pada kenyataannya, mari kita lihat seberapa banyak tanah tersedia untuk menyerap hujan yang jatuh. Aspal dan beton hanya akan terus mengalirkannya ke tempat yang lebih rendah. Makin banyak aspal dan beton yang menutupi celah tanah makin besar air yang mengalir dan menjadi banjir. Keadaan ini diperparah dengan tidak dikelolanya dengan baik sampah-sampah yang ada, terutama sampah plastik.

Tentu kita masih ingat tentang kematian paus sperma yang kemudian terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara bulan November 2018. Sampah plastik seberat 6 kilogram yang ditemukan dalam perut mamalia yang dilindungi tersebut, diduga menjadi penyebab matinya paus sepanjang hampir 10 meter ini.  

Sampah plastik yang terbawa arus air menuju lautan menjadi dituding pula menjadi penyebab kematian ratusan jenis hewan laut lain di berbagai tempat seperti di Spanyol, Norwegia, dan Selandia Baru. (The Conversation). Kejadian menyedihkan ini seharusnya tidak terjadi jika kita bijak mengeloa air di sekitar kita.

Sampah-sampah yang memenuhi perairan dari sungai hingga ke lautan ini didominasi oleh sampah rumah tangga. Sampah terbesar dihasilkan oleh kota besar seperti Jakarta. Artinya tiap kita anggota dari rumah tangga di wilayah Jakarta khususnya dan di wilayah manapun yang menyokong tumpukan sampah, seharusnya bertanggung jawab atas kerusakan air tersebut. 

Ironis memang, air yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita, yang memenuhi 70% dari badan kita, kita rusak sendiri dengan perlakuan yang semena-mena.

Cobalah kita ingat, sebagai warga kota Jakarta, atau sebagai warga negara Infonesia diamanapun berada. Seberapa sering kita lupa mematikan kran kamar mandi, lupa matikan mesin pompa air sehingga tempat penampungan penuh dan air tumpah kemana-mana dan menjadi sia-sia. 

Seberapa banyak kita menuang bubuk detergen pada cucian baju sehingga butuh berulang kali dibilas dengan air bersih supaya baju bersih dari kotoran dan sabun. Padahal jika kita sedikit lebih bijak, akan lebih banyak air yang kita hemat, akan lebih bersih air yang nantinya kita konsumsi dari pencemaran sampah rumah tangga. Dan kita, akan hidup lebih sehat dan lebih lama tinggal di bumi ini karena panjangnya usia.

Sampai disini mestinya kita menjadi lebih sadar untuk mengubah kebiasaan hidup kurang sehat yang selama ini kita jalani. Langkah-langkah sederhana dan mudah ini bisa kita lakukan dari rumah:

Hemat Air

Ini adalah hal utama yang wajib kita laksanakan. Mengguanakan air dengan hemat sesuai kebutuhan. Ukurannya tergantung dari masing-masing rumah dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Intinya kita harus menggunakan air sebatas kebutuhan saja. Jangan sampai ada air yang terbuang sia-sia tanpa manfaat yang nyata.

Bijak Mengelola Sampah Rumah Tangga

Pengelompokan sampah sesuai jenisnya harus dilakukan sejak awal sampah itu dihasilkan, yaitu dari rumah tangga. Pengelompokan ini akan memudahkan penanganan lanjutan untuk masing-masing jenis sampah.

Untuk sampah air, ini kebiasaan saya di rumah yang mungkin bisa diterapkan di rumah tangga manapun. Air bekas mencuci beras (dalam bahasa jawa disebut leri) bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Demikian juga dengan air teh basi yang sudah tidak diminum lagi. Keduanya bisa menyuburkan tanaman. Air leri yang mengandung bakteri baik, akan membantu hormon pada pohon yang bisa merangsang pertumbuhan pucuk daun, dan mengantarkan makanan ke seluruh bagian dari pohon. 

Menyiram tanaman dengan kedua limbah air rumah tangga ini tidak hanya akan bermanfaat bagi kesuburan tanaman tapi juga menghemat penggunaan air bersih. Tanaman disini bisa hanya dengan menggunakan lahan sempit, pot seperti teras rumah, dari barang bekas sebagai tempat menanam. 

Sedangkan air bekas mencuci baju bisa digunakan untuk menyiram halaman, mencuci mobil atau motor. Sedangkan untuk membilasnya bisa menggunakan air bersih. Lumayan hemat air bersih, kan? Jika cara sederhana ini dilakukan di tiap rumah tangga maka akan bisa kita bayangkan banyaknya air bersih yang bisa dihemat dan digunakan untuk keperluan lain.

Melakukan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)

Ini adalah cara pemanfaatan semua jenis sampah, baik sampah cair ataupun aneka sampah lainnya. Tidak perlu jauh-jauh ke sentra atau ke pabrik daur ulang, kita bisa melalukan ketiga hal ini dari rumah. Apa yang masih bisa kita manfaatkan untuk keperluan rumah tangga sebaiknya tidak langsung kita buang. Lalu jika sudah tidak kita manfaatkan, maka pemilahan sampah seperti yang saya sebut pada langkah kedua harus kita lakukan.

Perlu kita sadari betapa tergantungnya kita terhadap air dan apa yang dihasilkan dari sana. Konsumsi hasil laut bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang cukup tinggi menjadi alasan lain mengapa kita perlu bijak mengelola air. 

Lalu yang saat ini sedang digaungkan dimana-mana untuk meningkatkan potensi wisata tiap daerah, termasuk wisata bahari yang diunggulkan oleh negara kepulauan. 

Untuk itu seharusnya tidak ada alasan untuk menolak program yang saya utarakan diatas, hal sederhana yang bisa dilakukan dari rumah saja. Dan siapa sangka hanya dari rumah-lah kita bisa mewujudkan kota Jakarta yang ramah air, dan dari dapur saja kita mampu membantu selamatkan bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun