Selamat siang, Kompasianer, semoga tetap fit dalam beraktivitas, ya!
Setiap hari selalu ada peristiwa baru yang terjadi di sekitar kita. Terkadang mengundang decak kagum, memancing emosi, atau membuat kita terinspirasi.Â
Nah, terhadap peristiwa atau berita yang kita terima, bisa lewat pesan di whatsapp atau dari media sosial lainnya, apakah kompasianer cenderung ingin segera membagi kabar peristiwa teranyar atau menunggu beberapa waktu sampai mendapat kepastian akan kebenaran berita tersebut?
baiklah, saya punya sedikit cerita, nih.
Menjelang Maghrib kemarin,  saya dikejutkan oleh kiriman link berita oleh salah satu anggota whattsapp group yang saya ikuti. Isinya tentang pemberitahuan dari PLN akan adanya pemadaman listrik pada hari Rabu, 7 Agustus untuk wilayah Jawa Tengah.Â
Teman saya ini menambahkan anjuran untuk mempersiapkan diri, seperti memastikan tandon air penuh, gadget dalam posisi baterai full dan lain-lain.Â
Saya masih berpikir bagaimana besuk pagi mengatur jadwal pekerjaan rumah yang mengguanakan tenaga listrik seperti mencuci dan menanak nasi.Â
Belum sempat saya menemukan solusi, teman saya ini mengirim pesan lagi, kali ini berupa foto surat dengan gambar logo berwarna kuning dan diberi tulisan (bookmark) berwarna merah dan berukuran besar. Bunyi tulisannya adalah HOAX.
Dalam hati saya menggerutu mengingat betapa lincah jemari seseorang memencet tombol kirim atau posting tanpa memastikan kebenaran berita yang ia terima. Apa nggak malu kalau beberapa detik kemudian ia mengirim pesan susulan yang menyanggah berita yang baru saja ia kirim?
Dulu, zaman saya masih menjadi reporter radio sekitar tahun 2000 an, yang menjadi pertimbangan bahwa berita layak siar adakah faktanya, bukan fast-nya seperti yang sekarang banyak terjadi. Sehingga memang ada jeda waktu menyiarkan berita yang kami terima untuk mendapatkan tambahan data, sehingga berita tersebut memang layak siar.Â