Mungkin bagi Anda yang berpendapat bahwa kecepatan yang utama memiliki alasan seperti ini, Â kalau beritanya kurang tepat nanti bisa diralat. Atau, nanti bisa langsung disusulkan update data yang benar, dan ada satu alasan lain yang membuat saya sedih adalah yang penting tayang dulu, apalagi belum ada yang menulisnya atau memberitakannya.
Waduh, kok jadi seperti lomba balap karung tujuh belasan, ya? Siapa yang cepat dia yang menang. Padahal jika ini tentang peristiwa yang terpenting adalah fakta dari peristiwa tersebut, bukan fast-nya cerita sampai kepada khalayak. Sayangnya justru kebiasaan ini yang sering dilakukan oleh sebagian masyarakat di Indonesia pada saat ini. Â
Barangkali Anda merasakan juga apa yang saya rasakan, setiap ada satu peristiwa entah sedang apalagi peristiwa besar, notifikasi pesan masuk yang mengirim berita tentang peristiwa tersebut langsung bertebaran, terutama di whattsapp messenger.Â
Kemudian  jika berita itu benar maka sharing berikutnya adalah dugaan penyebab terjadinya bahkan kemudian merambah ke pembahasan lain yang tidak ada hubungannya dengan peristiwa semula.Â
Aduh, rasanya lalu lintas pesan jadi crowded, dan membuat tidak nyaman, ya?Â
Andai semua orang yang menerima kabar burung memastikan terlebih dahulu kebenaran dari kicauan tersebut. Andai setiap orang mengabarkan sesuatu yang ia yakini kebenarannya dengan melihat sendiri peristiwanya, atau mendapat kabar dari sumber yang ia yakini bisa dipercaya dan benar-benar memberikan fakta dari sebuah peristiwa?.
Betapa saya memimpikan cara pemberitaan yang membuat nyaman telinga, mata dan hati. Bukan tentang beritanya yang nyata-nyata terjadi, tetapi alur perjalanan beritanya, bagaimana orang-orang menyebarnya.Â
Berita seharusnya mampu memberi pendengarnya ketenangan karena mengetahui sesuatu sedang terjadi, sehingga bisa mengambil tindakan yang diperlukan sesuai kebutuhan.Â
Ah, semoga saja ini bukan sekedar impian, tapi bisa segera menjadi kenyataan.
Kita rehat dulu, yuk, nanti kita lanjut lagi ngobrolin masalah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H