Indahnya Islam yang mewarnai dunia untuk aku jadikan cerminan hati dan fisik dalam diriku, agar menjadi lebih baik pula. Menjaga Iman dan Akhlaq, sesuatu yang nyaman dalam diriku, yang kumulai dari golongan Siaga, umur 8 tahun jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah atau Gugus Depan MI yang dimana golongan siaga itu umur 7-10 tahun. Jadi aku bangga menjadi diriku yang punya jiwa Pramuka dalam benakku, karena dalam pramuka golongan siaga itu termasuk salah satu dari Sejarah merdekanya Bangsa Indonesia dan juga salah satunya para pemudanya siap siaga.
Aku golongan Siaga Islam, aku suka anak siaga seperti aku. Di golongan siaga inilah aku tau Islam itu juga ada di dalam buku syarat-syarat kecakapan umum (SKU) Siaga mula, bantu, tata (golongan siaga ) yang didalamnya ada tahap-tahap mengenal Islam, seperti ada tahap siaga mula itu ada: Dapat menyebutkan rukun Islam dan rukun Iman, dapat mengucapkan syahadat dan tahu artinya, dapat menghafal Al-Fatikhah dan Surah-surah pendek, Bacaan wudhu, sholat dan dapat menghafal sedikitnya 3 do’a harian. Itulah yang aku tempuh dengan bunda atau pembina di Madrasah Ibtidaiyah yang selalu diadakan pertemuan 1 minggu sekali (ekstrakulikuler) itu baru tahap mula, Alhamdulillahnya sudah diuji sama Ibunda, kemudian aku bertanya : “Ibunda aku sudah selesai tahap Mula, kemudian aku tahap apa lagi?” tanyaku kepada ibunda. Kemudian Ibunda menjawab “Anakku, selanjutnya tahap Bantu, jadi harus difahami dulu baru di hafalkan,barulah diamalkan” Kata Ibunda. Akupun langsung bersemangat, karena tahap bantu itu sudah mudah bagiku, dengan syarat seperti melaksanaka tayamum, sholat wajib,sholat berjamaah. Hemmmm,,.itu sudah biasa aku belajar di TPA dekat desaku, jadi aku mudah untuk ujian tahap itu, dan begitu pula dengan tahap ke 3 yaitu; tahap siaga tata itu lebih mudah dari pada yang tahap ke 2 bantu, karena tahap ke 3 itu membaca Al-Qur’an yang sudah biasa aku lakukan dirumah bersama Ibu Bapakku yang selalu membimbingku setiap habis sholat maghrib.
Aku bangga sekali tidak sisa-sia aku rajin dan rutin ikut Pramuka anak siaga (golongan siaga) dari situlah aku belajar dan patuh dengan dasar dalam pramuka yaitu; Dwi Satya dan Dwi Dharma.
Dwi satya itu: menjalankan kewajiban terhadap Tuhan Negara kesatuan Republik Indonesia dan menurut aturan keluarga dan setiap hari berbuat kebaikan.
Dwi Dharma: Siaga patuh pada Ayah Ibundanya
Siaga itu berani dan tidak putus asa
Dari “Dwi Dharma” aku berbakti kepada Allah SWT Ayah dan Ibuku diamana aku dibesarkan dengan kasih sayang yang lebih, sehingga aku dapat mengamalkan dirumah, seperti waktu Ibu memasak didapur. Aku mengahampirinya dan bertanya.”Ibu sedang masak apa?” kata ku. Lalu Ibu melihatku sambil tersenyum dan memegang pipiku dengan jawaban.” Ibu sedang masak sup nak”. Dari situlah aku mulai belajar masak dan aku juga tidak lupa membantu ayah pada saat di sawah, seperti menanam padi dan menyirami pula, kemudian ayahku berkata kepadaku, ” Nak,. Jadilah anak yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama agar bisa bermanfaat” kata Ayahku sambil memegang pundakku. Dan pada saat itu aku merasa sangat tersentuh pada waktu Ayah bilang seperti itu, dan membuatku semangat dan menjadi penyemangat.
Tidak hanya bangga menjadi anak yang patuh kepada orang tua, tetapi juga membantu dan berguna bagi teman-teman sekolah, seperti pada saat hari jumat ekstra pramuka dimulai disitu kita diajari bagaimana menjaga kebersamaan dan tetapi kita juga harus ingat bahwa dalam pramuka ada satuan terpisah, dimana putra dan putri itu ada batasan dalam berpramuka, wah itu sangat mengasyikkan sekali. Dalam islam pun juga diajarkan “menolong sesama manusia” sama pula dengan apa yang dikatakan Ibunda pada saat rutin Pramuka, bahwasannya kita harusa menolong kepada teman-teman terutama membantu Ayah dan Ibu di rumah.
Di dalam berpramuka siaga, aku punya yel-yel yang menjadi penyemangat dan selalu aku ingat, dan itu dari Ibunda di ekstra pramuka...:
“Aku bangga menjadi seorang pramuka...
Apalagi menjadi siaga...