Akhirnya saya kembali tergelitik untuk menulis mengenai seni budaya setelah sekian lama saya hanya menjadi pengamat dalam sunyi. Haha.
Semenjak sibuk sendiri di dunia perkantoran, agak sulit menemukan mood untuk menulis panjang kali lebar dan dengan topik yang sedikit berbobot.
Pagi ini, saya membaca artikel menarik di website Koalisi Seni Indonesia mengenai Seni Budaya Sebagai Instrumen Investasi. Sebenarnya topik serupa pernah muncul di kepala, namun tidak pernah saya tuangkan dalam tulisan.
Jadi, saya ingin berterimakasih banyak kepada Koalisi Seni Indonesia yang malah membuat buku mengenai hal ini sehingga mewakili apa yang menjadi pemikiran saya beberapa tahun yang lalu.
Hm, tampaknya ada baiknya saya sedikit menceritakan dahulu apa sih Koalisi Seni Indonesia sebagai intermezzo, hahaha. Koalisi Seni Indonesia adalah organisasi berbadan hukum yang dibentuk oleh sejumlah pelaku dan komunitas seni di Indonesia didasari oleh kebutuhan akan kehadiran organsisasi payung untuk menaungi mereka.Â
Misi utamanya adalah melakukan advokasi kebijakan publik dalam bidang kesenian dan membangun kesadaran serta dukungan publik atas kepentingan kesenian. Disclaimer: Saya bukan anggota Koalisi Seni Indonesia, namun saya hanya pengikut di sosial medianya saja.Â
Saya sendiri menemukan organisasi ini ketika saya sempat berniat untuk menulis tesis S2 saya mengenai hukum dalam bidang seni budaya. Demikian intermezzo-nya, kembali ke topik.
Sebagai pelaku seni (Penari yang merangkap Mbak-mbak kantoran), saya agak terganggu ketika sampai saat ini masih banyak orang yang berpikir bahwa seni budaya hanyalah sebagai 'penghias' sebuah acara seperti misalnya sebagai pembuka acara dan peneman acara makan siang atau makan malam. Itupun terkadang banyak yang tidak benar-benar menonton alias sibuk sendiri (loh, kok jadi curhat haha).
Masih banyak yang belum sadar bahwa jika kita benar-benar serius mengembangkan seni budaya, ada banyak potensi yang turut bisa dikembangkan dalam masyarakat.
Contoh yang akan paling mudah untuk dicerna adalah Bali. Bali bisa seterkenal sekarang tidak lain tidak bukan karena Bali bisa dikatakan sudah matang dalam hal pengembangan seni budayanya.Â
Masyarakatnya tidak hanya mampu menjaga dan melestarikan seni tradisinya, namun mereka sudah mampu memanfaatkannya untuk menggerakkan dan menggairahkan perekenomian daerahnya tanpa mengurangi esensi dari seni itu sendiri.Â
Jogjakarta mungkin bisa menjadi contoh kedua dari cukup matangnya pengembangan seni budaya disana, dimana misalnya tradisi-tradisi yang dilakukan oleh Keraton menjadi tontonan menarik dan situs peninggalan budaya yang masih mengikat banyak turis.Â
Ketika kita serius mengembangkan seni budaya, disitu kita akan semakin mengenal apa yang menjadi identitas atau ciri khas kita, berbangga atas apa yang menjadi identitas kita, yang kemudian hal itu pula yang akan mengikat hati banyak orang lain untuk mengetahui lebih dalam tentang kita.
Tentu saja kita harus berpikir logis bahwa pengembangan seni budaya tidak bisa begitu saja diterapkan pada kota metropolitan seperti misalnya Jakarta, Bekasi, dan sejenisnya. Mengapa?Â
Sudahlah, mereka sudah cukup sibuk dengan segala hiruk pikuk dunia perkantoran (dan dunia politik yang sikut sana sini, haha). Haha. Pengembangan seni budaya menjadi penting untuk dilakukan di kota-kota yang memang sesungguhnya kaya akan seni budaya dan dari segi ekonomi belum berkembang.Â
Investasi terhadap seni budaya bisa menjadi opsi untuk membantu pembangunan sebuah daerah. Investasi pada bidang seni budaya sudah semakin banyak dilakukan oleh beberapa korporasi dan organisasi non-profit, yang mana hasilnya tidak untuk dinikmati sendiri melainkan untuk kepentingan yang lebih luas lagi dan mengakar di masyarakat.
Mungkin diantara pembaca pernah mendengar acara Dieng Culture Festival yang terdiri dari rangkaian acara budaya yang puncaknya adalah acara pemotongan rambut anak gimbal di daerah dataran tinggi Dieng.Â
Acara ini sungguh menarik banyak pengunjung karena acara ini tidak hanya menyuguhkan tradisi lokal namun juga mampu berkolaborasi dengan seni lainnya yakni Jazz melalui konsep manggung di atas awan. Belum lagi ditambah dengan acara menerbangkan ribuan lampion yang cukup menggemaskan.Â
Ini adalah salah satu contoh lainnya dari bagaimana kita bisa mengidentifikasi apa yang menjadi keunikan atau identitas suatu daerah lalu mengembangkannya yang kemudian dampak selanjutnya adalah ekonomi daerah yang bertumbuh dan tentu saja naiknya eksistensi daerah tersebut.
Ada lagi contoh lainnya yang mungkin masih banyak orang belum mengetahui, yakni Pasau Harau Art & Culture Festival yang diadakan di Lembah Harau, Sumatera Barat.Â
Acara ini diam-diam telah menarik ribuan orang baik warga lokal dan internasional. Lembah Harau, pasti banyak yang belum mengetahui keindahannya. Pun seni budaya lokal yang dimilikinya.Â
Festival ini memiliki tujuan yang sungguh agung yakni sebagai pilot pemberdayaan masyarakat dengan cara kreatif, mandiri, dan berkelanjutan dan diharapkan akan mampu membantu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal seiring dengan berkembangnya sektor pariwisata di Lembah Harau, selain tentu saja melestarikan seni budaya tradisinya.
Saya jadi ingat skripsi saya saa S1 dahulu yang membahas mengenai diplomasi budaya Indonesia, dimana masyarakat itu sendiri menjadi elemen penting terhadap keberhasilan diplomasi budaya. Jika secara tradisional, diplomasi dilakukan pada level antar pemerintah, kini diplomasi pun dilakukan oleh publik itu sendiri.Â
Masyarakat dan pelaku seni perlu dilibatkan secara aktif dalam pengembangan seni budaya agar masyarakat mampu mengapresiasi karya para pelaku seni, dan pelaku seni mendapatkan dukungan untuk terus berkarya. Investasi pada bidang seni budaya memang membutuhkan kesabaran karena hasilnya tidak akan bisa dirasakan secara instan.Â
Tapi saya percaya, jika kita sama-sama tidak berhenti untuk berusaha, jika kita sama-sama saling mendukung, jika kita sama-sama punya tujuan untuk Indonesia yang lebih baik, suatu hari nanti Indonesia tidak hanya kaya dari segi ekonomi tetapi juga memiliki identitas budaya yang semakin kuat yang menarik banyak orang orang untuk mengenali Indonesia lebih dalam.Â
Jadi, mulai tertarikkah untuk berinvestasi di bidang seni budaya? Tidak harus dalam bentuk uang, melainkan bisa saja dalam bentuk sarana dan prasarana ataupun tenaga, hehe!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H