Mohon tunggu...
Prakasita Nindyaswari
Prakasita Nindyaswari Mohon Tunggu... Administrasi - Gula Jawa

Love coffee and cheesy jokes. Passionate in arts and cultures. International Relations graduate, but currently into Law.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Dukung Tari Tradisi Bali untuk Diinskripsi UNESCO!

16 Maret 2015   14:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:35 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo Kompasianers! Kali ini saya ingin sekali menulis soal Tari Bali dalam rangka mendukung Tari Tradisi Bali Indonesia untuk diinskripsi UNESCO dalam daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia 2015. Sebagai seseorang yang tengah menekuni tarian-tarian Bali, maka tentunya saya tahu persis complicated nya tarian Bali. Dulu saya sempat belajar tari Saman, tari Jawa, tari Jaipong, juga tarian Betawi, dan diantara tarian-tarian itu, Bali lah yang menurut saya yang tingkat kesulitannya paling tinggi. Tarian Bali betul-betul menuntut dari ujung kepala hingga ujung kaki untuk menari. Semuanya hidup juga sangat detil. Hampir semua gerakannya tidak mudah. Bahkan nih, orang-orang yang jago modern dance sekalipun, hampir pasti kesulitan kalau disuruh menari Bali. Hampir semua orang yang pernah mencicipi tarian Bali, mengakui bahwa jika kita bisa menari Bali maka kita (insha allah) bisa menarikan tarian-tarian dari daerah lain. Tari Jaipong menurut saya juga rumit, ya peringkat kedua deh setelah tari Bali.

Salah satu ciri khas dari tarian Bali adalah nyeledet, yang artinya melirik ke kiri dan ke kanan dengan mata agak melotot. Ada nyeledet yang lembut ada yang tegas. Silahkan cari di dunia tarian mana yang ada gerakan nyeledet? Pasti gak akan nemu. He he. Tari Bali sudah sangat mendunia, lho. Di Amerika misalnya, tari Bali dipopulerkan oleh Gamelan Sekar Jaya, sedangkan di Eropa, tari Bali dipopulerkan oleh Pak Made Agus Wardana. Di Jepang, tidak usah ditanya karena sudah sangat banyak dipopulerkan disana, bahkan oleh orang Jepangnya sendiri. Banyak sekali orang Jepang yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi belajar tari Bali langsung dari sang maestro-maestro di Bali seperti kepada Ibu Ni Ketut Arini. Tarian apa saja sih yang diusulkan untuk diinskripsi UNESCO? Ada tiga golongan tari tradisi yang mewakili yaitu:

1.       Wali - tari Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara

2.       Bebali - topeng Sidakarya/topeng Pajegan, Sendratari Gambuh, Sendratari Wayang Orang

3.       Bali-balihan - Legong Keraton, Joged Bumbung, Barong Kuntisraya

Tari Rejang Dewa (sumber:dwikresnantaka.wordpress.com)

1426489323885944310
1426489323885944310
Sanghyang Dedari (sumber: wikipedia.org/wiki/Berkas:Sanghyang_dedari_dance.jpg)

14264894271087884350
14264894271087884350
Tari Baris Upacara (adhiwiguna.wordpress.com)

14264895271706212344
14264895271706212344
Joged Bumbung (sumber: beritabali.com)

Sebelumnya, saya berbagi sedikit tentang apa sih Wali, Bebali, dan Bali-balihan. Wali itu adalah tarian sakral yang ditampilkan di halaman bagian dalam pura. Tari rejang sendiri adalah tarian yang lemah gemulai yang ditarikan oleh para wanita saat berlangsungnya upacara, sedangkan Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur kerasukan untuk menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala, sedangkan tari Baris Upacara ditarikan oleh para lelaki dengan gerakan yang maskulin. Bebali adalah tarian yang dipentaskan di halaman tengah pura dan sifatnya antara sakral dan hiburan. Topeng Sidakarya misalnya adalah bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi sebuah upacara dan dianggap sebagai pelengkap upacara. Tari ini adalah pamungkas tari persembahan sebelum acara pemujaan bersama. Tari Bali-balihan adalah tari yang murni untuk tujuan menghibur. Joged Bumbung misalnya, itu seperti Jaipong tapi ala Bali.

Kenapa sih harus dinominasikan ke UNESCO? Semuanya pasti ingat tentang Tari Pendet yang digunakan pemerintah Malaysia dalam mempromosikan pariwisatanya. Kita semua protes berat kan? Nah, ini adalah salah satu cara untuk melindungi warisan budaya kita. Pada bulan Juni 2010, Jero Wacik yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, memerintahkan tari tradisi Bali untuk dinominasikan ke UNESCO demi melindungi kebudayaan tradisi bangsa. Hal ini juga merujuk kepada Konvensi 2003 yang mengatur bahwa Indonesia berhak untuk menominasikan warisan budayanya untuk diinskripsi dalam tiga daftar:

1.       Daftar representatif budaya tak benda warisan manusia (pasal 16) formulir ICH-02

2.       Daftar budaya tak benda yang memerlukan perlindungan mendesak (pasal 17) formulir ICH-01

3.       Daftar cara dan program yang terbaik untuk yang mencerminkan tujuan dan prinsip konvensi (pasal 18) formulir ICH-03

Menurut saya, dengan diinskripsikannya Tari Bali di UNESCO, hal itu dapat meningkatkan kebanggaan masyarakat Indonesia atas budayanya sendiri. Saya bersyukur sekali karena semakin kesini ternyata semakin banyak lho yang sadar untuk mengapresiasi seni tradisi. Mulai banyak anak-anak muda yang suka nonton Wayang Orang, karena sekarang tata panggungnya sudah lebih wow daripada dulu. Banyak yang mulai tertarik belajar tari tradisional, juga banyak yang mulai suka mempelajari alat musik tradisional. Tari Bali misalnya, wah ratusan orang di sanggar tempat saya belajar yang sedang mempelajari tari Bali. Dari anak-anak umur 4 - 5 tahun, sampai Ibu-ibu umur 50 tahun juga ada!

Saya pernah mikir, kenapa budaya Bali begitu menarik ya? Lalu saya sadar bahwa salah satu kunci sukses budaya Bali adalah dari masyarakatnya sendiri yang masih sangat dekat dan memegang erat budayanya. Kehidupan sehari-hari mereka tak lepas dari budaya tradisinya, yang didukung pula oleh pemerintah setempat yang terus menerus mendukung melestarikan budaya tradisi Bali. Tahu Pesta Kesenian Bali? Acara yang dihelat setahun sekali itu selalu menjadi incaran para turis baik asing maupun lokal untuk berkunjung ke Bali. Di Bali, enggak hanya pelaku seni tradisi yang mendorong seni itu sendiri, tapi juga masyarakatnya. Jadi, memang dibutuhkan kerjasama dari berbagai macam lapisan untuk bisa melestarikan budaya tradisinya. Hm, mengingat sekarang begitu banyak orang asing yang belajar tari Bali, saya sih berharapnya tetap harus lebih banyak kita yang belajar daripada mereka. He he. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Ah, semoga misinya tercapai, ya! Yuk, dukung terus!

Cinta budaya, cinta Indonesia! *tos*

Salam,

Sita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun