Akhirnya.. Pentas Sabtu kemarin sudah terlewati. Kami, LKB Saraswati pimpinan I Gusti Kompiang Raka, akhirnya sukses menuntaskan pentas yang bertajuk, Tari dan Musik Bali dalam Potret Pesta Desa dalam salah satu rangkaian acara Schouwburg X, di Gedung Kesenian Jakarta hari Sabtu lalu. Tanpa saya sangka-sangka, tiket sudah ludes des des dari jauh sebelum hari H, sampai teman-teman saya sendiri saja tidak kebagian. Bersyukur sekali melihat banyak orang yang mengapresiasi baik budaya Indonesia, khususnya budaya Bali. Pementasan saat itu, murni melibatkan sepenuhnya murid-muriddari sanggar LKB Saraswati (Bogor, Bekasi, dan Jakarta), para guru-guru, dan para penabuh gamelan, dengan arahan dari bapak Kompiang pastinya. Hari itu, hari Jumat tanggal 13 September 2012, seluruh murid dari LKB Saraswati dari berbagai tempat berkumpul di Gedung Kesenian Jakarta dari pukul 2 siang, untuk melakukan gladi resik. Yang uniknya, yaitu kelompok tari Kecak, dimana sebelumnya murid-murid hanya berlatih di cabangnya masing-masing, saat itu seluruh cabang baru digabung, yang otomatis.. posisi-posisinya banyak yang berubah. Berbeda dengan tari-tari yang lainnya dimana masing-masing cabang sudah berlatih tarian yang sudah ditentukan sebelumnya. Misalnya Tari Janger oleh cabang Taman Ismail Marzuki, Tari Dolanan Anak dari cabang Rawamangun, dan lainnya. Pokoknya hanya Tari Kecak saja yang anggotanya gabungan dari berbagai cabang, dari anak-anak yang masih unyil-unyil umur 5 atau 6 tahun, sampai ada Ibu-Ibu berumur kepala 3. Salut sekali untuk anak-anak kecil yang dengan bersemangatnya mengikuti gladi resik dari siang sampai malam. Jempol! Nah, hari H.. kami semua sudah berkumpul di Gedung Kesenian Jakarta dari pukul 2 siang (padahal pentasnya jam 8 malam). Ya.. secara yang didandanin banyak sekali. Jadi harus mengantri. Belum lagi tarian yang kostumnya agak ribet, ya satu orang bisa menghabiskan waktu setengah jam atau lebih sampai bisa tampil cantik dengan kostum yang sudah terpasang rapi. Jadi ingat, saya jadi berasa tukang salon dadakan karena melayani layanan pengikatan rambut (terutama anak-anak) dan mendandani mereka, sampai memasangkan kainnya. Sampai saya yang sudah dandan duluan, langsung luntur lagi gara-gara berkeringat. Ha ha. Tepat jam 8 malam, acara dimulai. Tamu-tamu yang datang, disambut dengan gamelan (yang diletakkan di depan pintu masuk Gedung Kesenian Jakarta), dari murid-murid sanggar LKB Saraswati cabang Bekasi. Oh iya, yang main gamelan masih pada kecil-kecil lho. Ya, sekitar SD lah. Senangnyaa melihat mereka. Kemudian, pementasan dibuka oleh penampilan dari Tari Janger. Tari Janger itu tarian yang dilakukan sambil menyanyi lagu Janger, dan tarian ini menggambarkan tentang pergaulan anak-anak muda di Bali. Yang dapat sambutan paling meriah tentu saja,tari Kecak Putri Saraswati. Dimana lagi coba, menonton anak-anak kecil sampai ibu-ibu (perempuan pula!) menari Kecak? Hanya di Schouwburg kemarin dong! Tari klasiknya seperti tari Pelegongan Abimanyu, fragmen Aji Saka, tari Saraswati, Dolanan Anak pun (semoga) mampu memuaskan penonton ya!
[caption id="attachment_213080" align="aligncenter" width="452" caption="Tari Janger sebagai pembuka acara (dok: Antara)"][/caption]
[caption id="attachment_213079" align="aligncenter" width="432" caption="Penari Kecak memasuki panggung (dok: Noni)"]
Karena saya berada di belakang panggung, maka saya tidak mengikuti acaranya satu persatu. Yang menikmati yang menonton dan yang mengabadikannya melalui kamera juga penontonnya dan juga media. Jadi, saya tidak memiliki banyak foto satu persatu tariannya (kecuali foto narsis-narsisan saya dengan teman-teman sanggar saya, hehe), dan yang menilai penampilan kami malam itu juga penonton. Dan saya menemukan beberapa testimoni dari para penonton yang hadir saat itu melalui media twitter, yang mengungkapkan kepuasan mereka akan penampilan dari LKB Saraswati saat itu. Terimakasih ya untuk apresiasinya. Berikut beberapa testimoninya:
Jangan pernah berhenti untuk mencintai budaya yang kita miliki ya. Kalau kata Pak Kompyang di akhir acara Schouwburg kemarin, "Tidak mesti jadi pekerja seni atau seniman untuk melestarikan budaya kita, paling tidak.. anak-anak yang ada disini (dalam hal itu para murid-murid LKB Saraswati), sudah belajar menyukai, mencintai, dan menjaga budaya Indonesia". Ya, dan kalian pun tidak mesti mengikuti sanggar, belajar seni dan budaya, tapi paling tidak mengapresiasi seni dan budaya kita dengan baik, itu sudah cukup.
Salam hangat ya,
Sita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI