Mohon tunggu...
Sita lufiah
Sita lufiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - TIM PKM RSH

Pengembangan Modul Literasi Berbasisi Budaya Lokal Madiun Untuk Siswa Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PKM-RSH Unipma Madiun Kembangkan Modul Literasi Berbasis Budaya Lokal Madiun untuk Siswa Sekolah Dasar

16 Oktober 2021   09:49 Diperbarui: 16 Oktober 2021   09:51 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TIM PKM-RSH Unipma Madiun bersama dosen pembimbing kembangkan modul literasi berbasis budaya lokal Madiun untuk siswa SD. (Foto: Tim PKM-RSH )

Kemampuan literasi sangat dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan abad 21. Karena manusia yang memiliki kemampuan literasilah yang akan dapat bersaing dalam kehidupan global. Terkait pentingnya kemampuan literasi tersebut, tidak dibarengi dengan kenyataan. 

Kemampuan literasi terutama anak, masih kurang memadai. Anak-anak akan malas ketika diminta untuk membaca buku, berita, atau sumber sumber belajar yang lain. Berdasarkan hasil Focuss Group Discussion (FGD) dengan beberapa guru sekolah dasar di Kota Madiun menguatkan bahwa anak-anak membutuhkan stimulus atau rangsangan agar anak-anak memiliki literasi yang memadai. 

Salah satu alasan peneliti memilih modul pembelajaran literasi karena menjadi wahana belajar yang membantu guru untuk dapat mengaitkan materi pelajaran dengan situasi di dunia nyata melalui sebuah literatur atau bacaan yang menarik. 

Dosen Pembimbing PKM-RSH (Riset Sosial Humaniora) Unipma Madiun, Dr. Hendra Erik Rudyanto, M.Pd. mengatakan, dengan modul pembelajaran literasi ini juga dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan meningkatkan minat baca peserta didik. "Sehingga nantinya membaca menjadi sebuah budaya karena dikemas dalam konsep yang menarik dan mengaitkannya dengan budaya Madiun yang notabene bagian dari kehidupan siswa,” katanya. 

Dengan pembelajaran literasi, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan membaca, memahami, dan mengalami, bukan transfer ilmu dari guru ke peserta didik, dalam pembelajaran literasi pula peserta didik diharapkan mampu menemukan, dan memahami serta mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik maka akan memperoleh hasil belajar yang baik pula. 

Selain itu, Hendra juga menjelaskan bahwa model buku pembelajaran literasi ini memiliki keunikan yaitu mengangkat budaya lokal Madiun sebagai materi substansinya. Melalui budaya yang dikenal siswa ini diharapkan dapat mempermudah anak dalam memahami materi. 

“Dalam aktivitas modul pembelajaran literasi berbasis kearifan lokal Madiun, memberikan keleluasaan belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kreativitas belajar. Selain itu siswa juga dapat mengenali nilai-nilai budaya yang ada di sekitarnya," tambahnya. 

Pada umumnya modul pembelajaran Literasi sama halnya dengan modul pembelajaran lainnya yang menginginkan peserta didik menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru dapat menilai pemahaman peserta didiknya dengan baik. Selain itu kegiatan penelitian ini juga merupakan inovasi dan bahan evaluasi guru, supaya lebih kreatif dan percaya diri dalam mencoba berbagai model pembelajaran selain model tradisional yang cenderung monoton dan membosankan bagi peserta didik. 

Ketua Tim PKM-RSH Unipma Madiun, Sit Lufiah memaparkan tujuan penelitian ini untuk menguji kualitas modul literasi digital berbasis budaya lokal Madiun untuk siswa sekolah dasar. "Selain itu menguji kepraktisan modul literasi digital berbasis budaya lokal Madiun untuk siswa sekolah dasar jika diterapkan dalam pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D)," ujarnya. 

Dijelaskan, prosedur pengembangan modul menggunakan model ADDIE yang meliputi Analyze, Design, Develop, Implementation, and Evaluate. Subyek ujicoba penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 5 Kota Madiun, Jawa Timur. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat layak berdasarkan hasil penilaian validator, dan memenuhi syarat praktis ketika digunakan dalam pembelajaran,” tambahnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun