Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Padamu Nan Tak Akui Aku…

7 April 2011   12:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terkaparlah aku

Menarik nafas sebalik tirai

Menyusun bayang maut

Belalak mata mati mataku

***

Najis aku…

Ludahi wajahku ludahmu

Anyir getir menyambarbak petir

Sayang itu berlalu diatas putingmu

***

Padamkan aku…

Siram bara sebatang rokok

Sebelum aku mati sempurna jadi abu

Kubur aku dalam selahat-lahatnya

***

Padamu nan tak akui aku

Akui nilaiku sebelum aku mati

Musik sang penyair tak berarti

Dendang kalbunyalah melebihi tuturnya

Nilaiku terkandung lebih dalam kalbuku

Ketimbang yang kugenggam di bibirku

***

Akulah raja penyair rindu

Terduduk diatas remuk puing istanaku

Kuceritakan citra dari abu-nya yang mengembara berserakan

Kesepakatan fikiranmu dan ceritaku adalah syair langgeng

Kutuliskan, kututurkan, dalam sadar, menjadi keabadian

***

Terkapar aku…

Najis aku…

Padamkan aku…

Padamu nan tak akui aku… (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun