Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dari Gubug Reot Di Pesawahan Desa Rangkat

26 Februari 2011   14:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:15 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maksudnya Gambar Gubug dan Sawah Rangkat ( Oleh Edi Siswoyo )

[caption id="" align="alignnone" width="292" caption="Maksudnya Gambar Gubug dan Sawah Rangkat ( Oleh Edi Siswoyo )"][/caption]

Sudah satu jam setengah sepulang sekolah, aku terduduk di sebuah Gubug reot  di pesawahan desa Rangkat, tempat yang tanpa sadar akhirnya menjadi salah satu tempat favoritku, selain tercenung dipinggir kali, menumpak batang Pohon Waru nan rindang, batangnya doyong ngeluyur keatas kali yang air putihnya gemericik, sekali-kali keruh menguning kecoklat-coklatan karena terwarna tanah dari hulu Gunung.

Sekali dua kali dulu, aku sering berangkat ke gubug reot itu dengan bersungut-sungut, bahkan seplastik makanan kecil yang Ibu bungkus untuk menemaniku melakukan pekerjaan remeh-temeh itu sering sengaja aku tinggalkan sebagai bentuk protes kecil agar Ibu tak selalu menyuruhku.

Menjengkelkan kala itu, menarik tali rafia yang dihubungkan dengan jelaga dari bambu atau kayu jati muda diatasnya tergantung kaleng-kaleng bekas, kalau ditarik bunyinya akan mengagetkan koloni-koloni Burung Pipit yang bergerilya di petak-petak tanaman padi Ibuku. "Klontang... klontang... klontang..." ya pekerjaan free-lance bagi anak kampung  selain menjadi pelajar SMP, adalah mengusir burung bukan menjaga burung.

Lama kelamaan aku menikmati pekerjaan free-lance yang ibu berikan. Ternyata menikmati kacang tanah rebus berpolong tiga, sembari mendengarkan lagu - lagu Pop Sunda dari Radio Siaran Pedesaan Rangkat itu sangat asyik sekali.  Seraya hembusan angin yang tak henti mengusap -usap rambut ikal mie instanku. Suara Teh Nining Meida yang berduet dengan Mang Adang Cengos semakin mendayu - dayu.

Gubug ilalang reot yang sempoyongan didorong - dorong canda angin kian kanan kian kiri seperti sedang mengikuti dentang - denting kecapi yang mendominasi reffense lagu Potret Manehna. Aku ikut larut sesakali berdendang, "Potreeeet...manehnaaaa...Potreeeet...manehnaaaa..." malu sekali otot dileherku sampai tertegang - tegang, kupada-padakan dendanganku mengikuti cengkok khas sinden sunda, dari Biduan pop sunda yang termashyur seantero parahyangan ini. Padahal suaraku fals tak karuan, tak peduli kuikuti saja lengkingan suara  menyentuh oktaf tertinggi dan jatuh lagi menukik ke oktaf terendah, berkelok -kelok. Walhasil ngos-ngosan, tersedak - sedak dan keteranlah aku.

Gubug reot ini juga kadang berubah fugsi menjadi mimbar diskusi bebas dengan panelis angin dan gemerusuk gesekan daun - daun padi. Kadang gubug reot ini menjadi ring arena tinju bebas. Aku dan uleng sering memperebutkan ubi bakar terakhir, biasanya setelah ubi yang diperebutkan hancur berantakan kami terbahak bersama.

Kadang saung beratap ilalang, menjadi seperti rumah sastrawan dan filsuf besar, dengan angin yang berdesir, irama ajaib dari aduan biji - biji padi yang semakin berisi, selalu memberiku inspirasi lebih untuk menggubah puisi tentang pemujaan dan harapan.

kesenyapan gubug reot ini kadang bak gua indrakila di perut gunung srandil yang sepi senyap sangat, tempat Raden janoko tenang bertapa, untuk menerima wahyu jendrahayuningrat.

Aku pernah sukses membuat beberapa puisi dan sajak dari gubug reot ini, dan beberapanya pernah aku kirimkan ke surat kabar dan majalah nasional terbesar, walhasil aku sering mendapatkan kiriman amplop tebal dari redaktur yang berisi puisi dan sajaku yang dikembalikan, disertai surat permohonan maaf karyaku belum layak untuk dimasukan dalam salah satu rubrik diharian tersebut.

Ah, tapi aku tak pernah berhenti untuk menulis, setidaknya karya sajaku yang berjudul "Lantunan Mahabah Untuk Sang Mawar" pernah diapresiasi besar-besaran disekolah dan diganjar dengan hadiah satu lusin buku tulis pada saat lomba dalam rangka memperingati Hari kemerdekaan Nasional. That's Enough For Me, bagiku aku sudah siap jiwa raga untuk melanjutkan tongkat estafet Almarhum Willibrordus Surendra "Si Burung Merak" Bawana Rendra, dan Kahlil Gibran. berlebihan mungkin...?

Ah... pasti angan kalian lebih liar dariku?

Apatah lagi alam Desa Rangkat nan indah sering membuat buku gambar yang aku bawa selalu habis. Karena, keindahan yang selalu disajikan gratis selayang pandang, sepanjang jalan, adalah pemandangan bentangan pesawahan rangkat, gunung-gunung yang perawan, dan awan-awan dilangit rangkat yang nampak berarak-arak berkejaran satu dan yang lainya, sulit untuk aku abadikan keindahanya dalam goresan pensil 2B, kalaupun jadi aku kecewa sendiri karena hasilnya tak sesempurna apa yang mataku nikmati.

Meski sudah habis buku gambarku tapi belum satu gambar pemandanganku aku selesai gambarkan, selalu saja berhenti. Awan Rangkat yang dicumbu pelangi terlalu indah untuk aku lukiskan, biarlah hanya kurekam dalam anganku saja.

Tapi, dari Gubug reot di pesawahan rangkat ini pula pernah tercurah do'a dan harapan dari seorang anak desa yang sangat merindukan suasana damai, rasa tenggang rasa, saling asah, saling asih, saling asuh, sepertinya semua yang ada di desa Rangkat ini harus di copy paste-kan ke desa - desa yang lain diseluruh penjuru Nusantara, agar air mata dapat terhapuskan, tiada kemarahan, hanya ada satu kata damai.

Ini hanya harapan kecil dari anak kecil dari desa kecil Tuan... Jika kalian orang dewasa cuma bisa duduk berleha diruang kantor megah dilembaga yang amat penting untuk kebaikan masyarakat dan Negeri ini. Tolong berbuatlah.

Aku anak kecil, dari desa kecil, yang punya harapan kecil bahwa orang dewasa punya suara yang lebih kuat untuk mengatakan tidak pada KECURANGAN, KORUP, dan KEBOHONGAN. Pena yang kami pegang sekarang hanya bisa digunakan untuk melukis dan menulis hal atau semua yang remeh temeh.

Tak seperti kalian pembesar Negeri ini, pena kalian digunakan untuk menandatangani dan mengesahkan hal - hal besar yang tidak pernah kami ketahui untuk kebaikan kami atau keburukan. Jika kalian tidak bisa menolak kecurangan, setidaknya ubahlah cara anda, jangan nanti-nanti sekarang detik ini juga.

Mungkin selepas lulus SMP nanti kami tidak akan melanjutkan sekolah lagi. Tapi ingat pula, tuan-tuan sekalian janganlah tertawa dan berpuas selalu. Suara bahak kalian begitu keras sampai tidak mendengarkan sudah berapa anak-anak yang puas menamatkan pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar, atau bahkan tidak sekolah sama sekali.

Sebuah do'a kecil, dari anak kecil, dari Desa Kecil Rangkat yang penuh damai. "Semoga tak ada lagi anak-anak putus sekolah, jalanan sepi dari anak - anak pengemis jalanan, dan sejuta anak yang mati kelaparan di Negeri ini berkurang sampai tak ada lagi, semoga kalian memasukan semua luka dan penderitaan kami dalam daftar tugas  kalian wahai semua pembesar dan pemimpin Negeri ini". Sudahkah...?

Teriring pula do'a, Ya Tuhan Semoga Pintu Gerbang bertulis "Datanglah Ke Desa Rangkat" tetap kokoh berdiri, tiada siapa atau apapun yang mampu membuat goyah pondasinya, Semoga Mommy Tak lelah untuk memulas kembali warna catnya agar tak pudar memendar.  Nian pula semerbak wangi "Rampai Bunga Rangkat" Semoga keharumananya selalu tertebar searah berarak angin menjumpai indera-indera pencium setiap rakyat Rangkat, terima kasihku untuk "Kembang" yang tak penat menyiramnya dan memangkas rampai yang akan meliar. Kalian tersenyumlah aku berhatur mengatur puji, mengirim do'a semoga Desa Rangkat akan selalu ada untuk kita.

(*)

Tiada dendang semerdu Rangkat

Tiada syair seindah Rangkat

Tiada damai sedamai Rangkat

Tiada senyum sesumringah Rangkat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun